Sinopsis King is Not Easy Episode 2

Sinopsis King is Not Easy Episode 2



Mengira Da Xi adalah pemberontak yang menyelinap masuk ke istana, Ji Man langsung saja menariknya. Da Xi pun meluncur jatuh ke arahnya... tepat saat terjadi gerhana bulan aneh di langit.

Cahaya merah memancar dari gerhana itu tepat saat Da Xi jatuh menimpa Ji Man. Mereka berdua pingsan seketika. Tapi anehnya, tampak ada energi aneh yang menyelimuti mereka berdua.

Energi itu menghilang bersamaan dengan selesainya gerhana. Ji Man lah yang bangun duluan dan langsung menyingkirkan Da Xi darinya.


"Ini bukan alam baka, kan?" Heran Ji Man. Tapi anehnya, begitu dia bicara, dia malah tampak bingung sendiri dengan suaranya.

Da Xi pun bangun tak lama kemudian. Begitu mereka bersitatap, sontak keduanya sama-sama kaget dan bingung menatap satu sama lain.

Lebih anehnya lagi, Da Xi malah tanya ke Ji Man. "Kau siapa? Kenapa kau memakai pakaianku? Berani sekali kau menirukanku?!" (Hah?)

"Ti-tidak!" Sangkal Ji Man.

"Jelaskan! Apa maumu?"

Tak mendapat jawaban, Da Xi langsung memanggil pengawal. 

Tapi Ji Man malah panik. Dia sungguh tak tahu apa-apa. "Bukankah kau Raja-nya? Kenapa kau memakai pakaian pelayan istana?" (What? Mereka bertukar jiwa?)


Saat itulah keduanya mulai memperhatikan diri masing-masing dan meraba-raba diri mereka masing-masing. Ji Man kaget saat dia meraba bagian bawah dan Da Xi pun tercengang saat meraba d~~anya.

"Apa yang terjadi? Apa aku berubah jadi perempuan?" Heran Ji Man yang jiwanya ada dalam diri Da Xi.

"Apa aku jadi pria?" Heran Da Xi yang jiwanya ada dalam diri Ji Man.


Keduanya saling mendekat, tampak masih belum bisa mempercayai keanehan ini. Tapi pada akhirnya mereka mulai yakin kalau ini benar-benar terjadi. Da Xi panik tak mengerti, apa yang sebenarnya terjadi?

"Jika aku tidak salah. Karena alasan yang tidak kuketahui, kau berubah jadi aku, dan aku berubah... berubah jadi kau." Geram Ji Man sambil menepuki d~~anya dengan santai.

Da Xi sontak protes, "Hati-hati dengan tanganmu!"


Da Xi mewek lebay, dia tidak mau jadi cowok, nggak mau! Tepat saat itu juga, Shen Jia dan beberapa pengawal datang mencari Ji Man... dan langsung menghormat ke Da Xi.

"Shen Jia, apa kau tidak mengenaliku lagi?" Tegur Ji Man.

Shen Jia sontak ngomel memarahi Ji Man, berani sekali dia menyebut dirinya sebagai Yang Mulia Raja. Itu pelanggaran hukum. Ji Man langsung mendelik kesal, dia mau mati, yah? Shen Jia sontak mewek ke Da Xi.


Da Xi santai menikmati dirinya yang sekarang jadi Raja dan menuduh Ji Man sedang menirunya. Dan karenanya, dia menyuruh Shen Jia untuk menghukum Da Xi dengan 20 pukulan. Ah tidak, 30 pukulan.

Ji Man langsung menarik Shen Jia ke arahnya, "Aku adalah Rajanya. Berani sekali kau!"

Tentu saja Shen Jia langsung marah dan menyuruh para pengawal untuk menangkap dan mengurung wanita gila itu. Dua pengawal menangkapnya. Tapi Da Xi tegas menyuruh mereka melepaskannya hingga mereka kedua pengawal itu menurutinya.


"Kau mau memukulku? Baik. Tapi ini pasti akan menyakitkan." Ancam Ji Man sambil mengisyarakatkan dirinya sendiri. (Kalau dia dipukul maka tubuh Da Xi lah yang akan terluka)

Da Xi mengerti maksudnya dan langsung cepat-cepat menarik kembali perintah hukuman itu. Tapi Da Xi tak mau kalah dan balas mengancam, "Aku akan menghukum diriku sendiri dengan 20 pukulan."

Shen Jia panik mendengarnya dan langsung memerintahkan para pengawal untuk menyeret Da Xi pergi dari sini.

 

Begitu kembali, dua pelayan lainnya langsung meraba-raba Ji Man dengan keheranan. Kenapa dia kotor sekali? Dia dari mana? Ji Man tak nyaman dengan sentuhan mereka dan beralasan kalau dia jatuh saat ronda malam.

Mendengar itu, kedua pelayan langsung mengajaknya mandi air hangat saja. Ji Man sontak panik, tidak usah, dia sudah mandi, mereka berdua saja yang pergi.


Tapi kedua pelayan malah tambah getol menarik-narik bajunya dan terus berusaha membujuknya sampai Ji Man kesal dan membentak mereka. 

Kedua pelayan akhirnya melepaskan pegangan mereka... tepat saat seekor burung terbang dan buang air tepat di dahinya Ji Man. Wkwkwk!

 

"Sasaran yang tepat. Da Xi, sekarang kau tidak punya pilihan lagi. Ayo!" Kedua pelayan langsung menyeret Ji Man ke pemandian.

Ji Man menjerit panik setibanya di sana, apalagi melihat beberapa wanita setengah te~~~~~ng di bak air. An An heran dengan tingkahnya, mereka kan selalu mandi bersama. Ada apa dengan Da Xi hari ini?

"Masa sih?"

"Iya!"

"Betul! Betul banget! Ayo ganti baju!"


Terpaksalah Ji Man masuk bak air perlahan-lahan sambil menutupi pandangannya dan berendam agak berjauhan dari para gadis itu. Tapi kemudian, dia mendengar para pelayan itu menggosipkan selir baru Raja yang katanya kabur dari kamar Raja.

Mereka bertanya-tanya kenapa yah? Apa mungkin Raja terlalu bersemangat sampai menakutinya? Atau mungkin malah sebaliknya? Coba pikir, Raja punya banyak selir tapi tidak punya banyak putra. Mungkin dia sangat menyukai wanita tapi sebenarnya tidak terlalu subur.

Kesal, Ji Man langsung menegur mereka untuk diam dengan alasan mungkin saja ada seseorang mendengar mereka mengumpati Raja, itu tidak bagus. 

An An benar-benar heran, biasanya kan Da Xi yang suka menggosip duluan. Masa dia lupa? Ji Man cuma bisa ketawa garing. Tidak, dia tidak lupa kok. Dasar Da Xi!

 

Ji Man mau tidur. Tapi pelayan di sebelahnya malah ngorok keras. Lalu yang sebelahnya lagi malah menaruh kakinya di atas tubuh Ji Man. Ji Man jadi tidak bisa tidur. Kesal, akhirnya dia pergi merenung di luar.

"Yah Tuhan, kenapa Engkau lakukan ini padaku?"


Shen Jia sedang berjalan saat tiba-tiba dia merasakan seseorang sedang membuntutinya. Dia langsung berbalik dan memergoki Selir Ni Chang lah yang sedang membuntutinya.

Ni Chang mengeluh tentang Raja yang beberapa hari ini menolak bertemu dengannya. Karena itulah, sekarang dia berusaha membujuk Shen Jia untuk membantunya ngomong ke Raja.

Dia meyakinkan kalau dia sungguh mengagumi Raja dan ingin menghabiskan seluruh sisa hidupnya bersama Raja. Shen Jia tak yakin bisa membantunya, dia tidak mungkin melawan perintah Raja.


"Kalau kau tidak mau membantuku, aku akan membunuh diriku sendiri saja!" Ni Chang langsung mewek lebay sambil pura-pura memukul-mukulkan kepalanya ke tiang lampu.

Shen Jia akhirnya menyerah dan bersedia membantuya. Ni Chang sontak berhenti mewek dan sumringah seketika. Shen Jia lalu memberinya sebotol obat dan memberitahu kalau Raja sedang berada di kamarnya saat ini.

"Kuharap anda bisa kembali ke sisi Yang Mulia. Jika anda berhasil, harap anda ingat bahwa sayalah yang membantu anda."

"Tentu! Pasti! Tapi... apa yang harus dilakukan dengan obat ini?"

Shen Jia mau ngomong. Tapi Ni Chang mendadak berubah pikiran dan menarik kembali pertanyaannya lalu buru-buru pergi sambil jejeritan gaje. Untung aja, soalnya Shen Jia sendiri sebenarnya lupa, obat itu musti diapain yah?


Di kamarnya raja, Da Xi ketawa-ketiwi menirukan gaya raja. Dia tengah mengagumi tempat tidur besarnya raja saat tiba-tiba saja Ni Chang muncul dan memeluknya dari belakang. "Raja, sekarang sudah malam. Ayo kita tidur."

Da Xi sontak panik melepaskan diri darinya. "Kau siapa?!"

"Raja, ada apa? Aku selirmu."

"Oh, k-kau. Apa kau butuh sesuatu?"

Ni Chang perlahan membuka pakaiannya dengan gaya s~~~i. Dia tahu kalau dia sudah salah sebelumnya. Sekarang dia mau memperbaiki kesalahannya. Da Xi panik mencegahnya buka baju.


Jangan sekarang, dia sedang sangat lelah. Bagaimana kalau mereka ngobrol saja? Pakai baju lagi. Ni Chang terpaksa memakai bajunya lagi dengan cemberut.

Da Xi lalu memberinya nasehat tentang cara merayu cowok yang baik dan benar. Seharusnya dia jangan cuma buka baju. Dia juga harus tahu cara berpikirnya pria. Dia harus pintar. Dia harus tahu kapan dia harus maju dan kapan dia harus mundur.

"Dengan begitu, bahkan sekalipun kau kurang menarik secara fisik, kau bisa punya pendirian. Jangan terlalu menggoda, jadilah pintar. Mengerti?"

"Raja, apa maksudmu Ni Chang ini bodoh?"

"Banget... kau bahkan sampai harus tanya." Batin Da Xi.


Dia cuma menjawab dengan senyum manis yang sontak membuat Ni Chang kepedean dan langsung melompat ke Da Xi lagi. Tapi Da Xi dengan cekatan menepak jidatnya dan menjauhkannya.

Untunglah Shen Jia datang saat itu dan memberitahu Da Xi bahwa air mandinya sudah siap. Da Xi langsung pergi meninggalkan Ni Chang.


Setibanya di kamar mandi, Da Xi langsung terkagum-kagum melihat bak mandi besar dan mewah di hadapannya itu. Apalagi para kasim langsung sigap membantunya dan meladeninya mandi. 

"Wah, jadi raja itu hebat. Kau bahkan tidak perlu mengangkat jari untuk mandi. Luar biasa!" Batin Da Xi.

 

Selesai mandi, berbagai hidangan mewah yang tampak sangat lezat, sudah terhidang di atas meja. Da Xi sudah antusias mengangkat sumpitnya. Tapi Shen Jia mengingatkan bahwa pelayan harus mencicipi masakannya dulu.

Setelah pelayan selesai mencicipi, Da Xi akhirnya bisa mencicipi makanan itu. Tapi baru sedetik memakannya, dia langsung memuntahkannya. "Buruk sekali! Siapa yang membuat ini?"

Shen Jia sontak ketakutan dan memohon agar raja tenang dulu. "Ini dibuat koki istana sesuai seleranya Yang Mulia."

"Raja ini punya selera yang sangat aneh. Bagaimana bisa dia memakan sesuatu yang menjijikkan begini? Jika aku tidak melakukan sesuatu dan semua makanan terasa seperti ini, aku bisa mati." Batin Da Xi


Maka dia langsung mengajak Shen Jia pergi ke dapur istana. Para koki sontak gelisah dan ketakutan. Raja tidak memakan makan malamnya. Gawat! Sepertinya, sekarang saatnya mengucap selamat tinggal pada kepala mereka.

Shen Jia menuntun Da Xi sampai dapur. Da Xi pura-pura mengklaim kalau dia sudah pernah datang kemari sebelumnya. Shen Jia bingung, kapan Raja pernah kemari?


Da Xi langsung berkeliling mengecek bahan-bahan makanan di dapur sebelum kemudian mulai beraksi memperlihatkan kemampuan memasaknya yang keren abis. Shen Jia sampai melongo dibuatnya.

Tak butuh waktu lama, berbagai hidangan pun siap tersaji di atas meja. "Kau lihat? Ini yang namanya makanan. Makanlah."


Shen Jia jelas heran. Tapi Da Xi memaksanya makan. Shen Jia terpaksa mencicipinya dengan takut-takut. Tapi begitu dia mencicipinya, dia langsung kagum. "Yang Mulia, ini sungguh... luar biasa!"

Senang, Da Xi langsung menyuruh yang lain ikut makan juga. Para koki dan pelayan jelas tak ada yang berani bergerak. Da Xi sampai harus menyeret mereka semua untuk maju dan mencicipi masakannya. Mereka akhirnya mau makan dan terkagum-kagum dengan rasanya.

"Ayamnya langsung lumer di mulut."

"Rasanya enak sekali."

"Supnya juga lezat. Rasanya seperti ada ayam yang menari-nari di atas lidahku."

"Ikannya juga. Lembut dan tidak terlalu asin. Luar biasa!"

Shen Jia yang paling semangat makan. Da Xi malah tidak ikutan makan saking senangnya melihat reaksi semua orang yang mengagumi makanannya.


Tak berapa lama kemudian, semua makanan itu pun ludes dan semua orang kekenyangan. Tapi Da Xi malah mendapati Shen Jia mojok sambil mewek. Da Xi heran, dia kenapa? Kenapa dia nangis?

"Yang Mulia, masakanmu sungguh mengejutkan."

"Terus kenapa kau menangis?"

"Ini namanya air mata kebahagiaan."

Da Xi terharu dan langsung memeluk Shen Jia sambil ikutan mewek. "Jangan menangis. Kau jadi membuatku ingin menangis juga. Bagaimana kau bisa jadi segendut ini?"


Dalam perjalanan kembali, Shen Jia malah terus menerus cegukan. Dia mengaku kalau dia kekenyangan. Astaga, makanan tadi kan tidak seberapa banyak. Da Xi dengan soknya menyalahkan dirinya sendiri, masakannya memang terlalu enak.

"Bukan, bukan. Perut saya saja yang kurang besar." (Pfft!)

"Perutmu sudah besar."

"Ah, benar, benar."


Diam-diam Shen Jia membatin sinis. "Ini bukan salahku. Itu karena kau adalah raja. Jika aku menyisakan makanan dan membuatmu marah, kau pasti akan memotong kepalaku."

Da Xi membatin kepedean. "Aku memang raja. Kata-kataku adalah kata-kata raja. Tidak akan ada yang berani membantahku!"


Di tengah jalan, Da Xi melihat Shao Yong yang sedang mengecek para penjaga. Da Xi langsung antusias menghampirinya dan menyapanya akrab. Shao Yong pun langsung menghormat padanya dan tanya apa yang raja lakukan di sini.

"Tidak ada apa-apa. Aku cuma... tidak bisa tidur. Jadi aku datang mengunjungi kalian. Terima kasih atas kerja keras kalian melindungi istana. Terima kasih atas kontribusimu." Kata Da Xi sambil meraba-raba Shao Yong.

Shao Yong jelas heran dan tak nyaman dengan sentuhannya. "Itu sudah tugas saya. Yang Mulia, sekarang sudah larut. Silahkan anda kembali dan beristirahat."

"Baik. Semua yang Shao Yong katakan memang benar. Bagaimana kalau kau menemaniku kembali?"


Shao Yong jelas kaget, tapi dia tak berani menolak. Senang, Da Xi langsung merangkul lengannya mesra yang jelas mengherankan semua orang yang melihatnya. Shen Jia sampai bergidik ngeri.

Begitu sampai di depan kamarnya raja, Shao Yong buru-buru pamit. Da Xi kesal. "Kenapa kau pergi secepat itu? Aku kan bukan macan."


Keesokan harinya, Da Xi harus menghadiri apel pagi bersama dengan para pejabat yang satu per satu melaporkan berbagai masalah kerajaan.

Seorang menteri yang sudah tua, melaporkan banjir yang melanda kawasan selatan yang menyebabkan rakyat menderita dan gagal panen. Karena itulah, menteri menyarankan agar mereka mengirimkan tim penyelamat kerajaan ke area tersebut.

Dia terus nyerocos panjang lebar yang jelas membuat Da Xi bosan setengah mati dan ujung-ujungnya tak mendengarkan apapun yang dikatakan Menteri, malah sibuk melamun.


"Ternyata menjadi raja itu tidak mudah. Orang-orang mengerumuniku seperti burung dan mengoceh tentang ini dan itu. Entah kapan selesainya. Tapi... kalau aku jadi pelayan istana lagi, lalu bagaimana aku bisa berinteraksi dengan Shao Yong. Menyebalkan~~~!"


Saking sibuknya melamun, dia sampai tidak sadar kalau dia sudah membuat semua orang menunggu. Shen Jia sampai harus menegurnya baru dia sadar dan mengingatkan kalau Menteri baru saja selesai melapor dan sekarang menunggu keputusan raja.

Da Xi melihat wajah si menteri yang tua dan jelek lalu asal saja menyatakan kalau sarannya tidak bagus. Selanjutnya! Jelas saja semua orang heran mendengarnya. Menteri pun menuntut bagian mana yang tidak raja sukai.

"Kepuasanku tidak berhubungan. Kau jelek, jadi diam saja! Mengerti?"


Menteri selanjutnya masih muda dan tampan. Dia melaporkan tentang rumor para penyerbu di daerah utara. Da Xi sontak terpesona melihat ketampanannya.

Bersambung ke episode 3

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam