Sinopsis King is Not Easy Episode 1 - 2

Sinopsis King is Not Easy Episode 1 - 2


Malam harinya, Da Xi jalan-jalan di benteng istana padahal diam-diam dia sedang mencari jalan keluar. Tiba-tiba dia menemukan sebuah lubang kecil di tembok. Dia memperkirakan ukuran lubang itu cukup sebadannya.

Maka diapun nekat merangkak ke situ tapi malah nyangkut setengah badan. Waduh! Apa badannya tambah melar? Tiba-tiba seseorang menendangnya dari belakang.


Terpaksalah Da Xi musti keluar dari sana dan ternyata yang menendangnya adalah Nyonya Feng, sang kepala pelayan.

Ditanya dia lagi ngapain, Da Xi asal saja beralasan kalau dia sedang mencari anting-anting Nyonya Feng yang hilang, ada anjing mencurinya barusan. Nyonya Feng langsung memeriksa kupingnya dan mendapati anting-antingnya masih ada di sana.

"Bukan yang itu! Yang sepasang lainnya. Kalau kau tak percaya, lihat sendiri saja. Tapi anjingnya sangat menakutkan. Dia menggigit. Guk-guk-guk!"

Nyonya Feng jelas tak percaya. Da Xi santai saja menawarkan anting-antingnya sendiri sebagai ganti. Tapi Nyonya Feng langsung menampiknya dengan kesal.


Gara-gara itu, Da Xi dihukum berlutut. Dua orang pelayan lainnya lewat sambil membicarakan titah Ibu Suri yang akan memilihkan istri untuk para anggota prajurit kerajaan. Kedua pelayan itu berharap bisa terpilih biar mereka bisa pergi dari istana ini.


Itu jelas berita bagus untuk Da Xi. Dia tak peduli lagi dengan hukumannya dan langsung bangkit untuk menemui Nyonya. Dia tahu kalau Nyonya Feng tidak menyukainya, dia juga tidak menyukai Nyonya Feng kok.

Tapi dia dengar kalau Ibu Suri sedang memilih istri untuk para prajurit kerajaan. Dia ingin tahu apakah Prajurit Shao juga salah satunya?

"Aku ingin menikah dengan Prajurit Shao! Dengan begitu, kita tidak perlu saling bertemu lagi."

"Itu akan bagus sekali," sinis Nyonya Feng dengan senyum licik.


Tak lama kemudian, datanglah beberapa orang datang membawakan hantaran pernikahan dari errr...  Prajurit Shao? Dia Prajurit Shao? Wkwkwk.


Da Xi langsung mewek alay dan menggila memeluk seorang kasim. "Ayah! Akhirnya aku menemukanmu. Ternyata kau jadi kasim?! Terus bagaimana aku bisa terbentuk kalau kau kasim? Apa aku diadopsi dari jalanan?! Huuaaaa..."

Si prajurit langsung ilfil mengira Da Xi sudah gila dan langsung membatalkan lamarannya lalu pergi.

"Bukankah itu Prajurit Shao-mu?" Goda Nyonya Feng. Da Xi langsung manyun.


Saat yang lain sibuk bekerja, Da Xi malah enak-enakan melamun. Sedih karena sudah beberapa hari dia belum bertemu lagi dengan Shao Yong.

"Aku ingin sekali bertemu dengannya. Aku bahkan tidak punya tenaga untuk melakukan apapun."

"Da Xi!" Tegur Nyonya Feng. "Kenapa kau lagi? Kau selalu saja lambat!"

Da Xi seperti biasanya, selalu saja punya kata-kata manis untuk diucapkan. Kali ini dia beralasan kalau Nyonya Feng sudah seperti Ibunya sendiri. Ibunya meninggal dunia saat dia masih kecil. Dulu dia anak nakal dan Ibunya selalu mengomelinya.

"Aku membuat Nyonya marah karena setiap kali Nyonya memarahiku, aku jadi teringat pada Ibuku. Nyonya, aku ingin pulang."

Nyonya Feng langsung melunak mendengarnya. Dia tahu hidup di istana itu sulit, tapi jangan coba-coba kabur. Sebagai gantinya, Nyonya Feng mengizinkannya istirahat beberapa hari. Setelah dia merasa baikan, baru mereka bisa membicarakannya lagi.


Jelas bukan itu yang Da Xi harapkan. Tapi terpaksa dia menerimanya. Nyonya Feng lalu meminta An An untuk menggantikan pekerjaannya Da Xi selama beberapa hari. An An menyetujuinya dengan setengah hati.

Diam-diam dia curhat kesal ke pelayan lainnya tentang kemalasan Da Xi. Dia terpaksa setuju menggantikan Da Xi hanya gara-gara Nyonya Feng yang meminta.

"Kita harus memberi Da Xi pelajaran. Dia tidak boleh dibiarkan. Bagaimana?" Usul si pelayan. An An setuju.


Maka pada saat makan malam, semua pelayan dengan sengaja memenuhi meja dan tak menyisakan makanan padahal Da Xi sudah sangat lapar. Tapi kemudian, Da Xi melihat ada semangkok nasi di mejanya An An.

Mengira An An menyisakan itu untuknya, Da Xi dengan pedenya menghampiri An An dan berterima kasih. Tapi An An dengan dinginnya memberikan sisa nasi itu pada anjing.

"Dia kan tidak akan memamakan semuanya. Pemborosan saja."

"Kau kira kami boros? Kalau begitu, kau bisa makan sisa makanan anjing ini saja."

"Tidak usah, aku tidak lapar kok." Kata Da Xi, padahal perutnya sudah keroncongan.


Malam harinya, Da Xi diam-diam masuk ke kamar tidur saat yang lain sudah tidur. Mengira semuanya sudah tidur, Da Xi santai bersendawa. Tapi begitu dia berbaring, dua orang pelayan bangkit dan langsung membangunkan Da Xi lagi.

Mereka curiga, dari mana dia barusan. Da Xi menolak memberitahu. Baiklah, dia mau lihat apa yang akan Da Xi katakan saat Nyonya Feng datang nanti.


Nyonya Feng datang saat itu juga. Si pelayan langsung mengaduhkan Da Xi dan menuduh Da Xi mencuri makanan dari dapur. Da Xi menyangkal keras.

Si pelayan tak percaya, kalau dia tidak mencuri makanan di dapur, lalu kenapa dia bersendawa tadi? Semua orang tahu kalau Da Xi tidak makan malam tadi.

"Nyonya, aku sungguh tidak mencuri makanan. Memang benar kalau aku tidak makan malam tadi. Tapi dapur pelayan bukan satu-satunya tempat yang punya makanan."


Beberapa saat kemudian, Da Xi membuktikan klaimnya dengan menuntun semua orang ke kolam. Dia akan membuktikan kalau dia bisa mencari makan tanpa harus mencuri dari dapur.

Da Xi lalu mengambil akar lotus dari dalam kolam dan dengan cepat mengolahnya jadi makanan enak. Hampir semua orang mengagumi masakannya, kecuali si pelayan nyinyir tadi.

"Kalau kalian mau, aku bisa memasak untuk kalian setiap hari."


Di kamarnya Raja, seorang wanita sedang berbaring s~~si di ranjangnya Raja, menanti Raja yang belum muncul sampai sekarang. Tapi kemudian terdengar pintu terbuka. Wanita itu langsung lari-lari manjah menyambut Raja.

Tapi Raja malah datang dengan baju berlumur darah dan nafasnya terdengar memburu saat dia berkata ada pemberontak menerobos masuk istana. Raja berusaha meraih wanita itu sambil berjanji akan melindunginya.

Tapi wanita itu malah berlarian mondar-mandir menghindari sentuhan Raja saking takutnya lalu buru-buru kabur meninggalkan Raja sendirian dengan alasan mau memanggil bantuan.


Tapi begitu wanita itu pergi, Raja Ji Man (Zhang Yi Jie), langsung bisa berdiri tegak dan mendengus sinis melihat reaksi wanita itu. Dia langsung memanggil Shen Jia dan ngomel-ngomel kesal.

"Kau lihat, kan? Para wanita yang mengklaim ingin bersamaku itu, sama sekali tak peduli aku hidup atau mati. Yang paling penting di mata mereka hanyalah kekuasaan dan posisiku. Dasar pembohong! Dasar sekumpulan pembohong!"

"Tapi Yang Mulia, beliau kan sedang mencari bantuan."

"Kepalaku akan berada di gantungan begitu bantuan datang."

Menurut Shen Jia, kekuasaan dan posisi Raja Ji Man kan memang bagian darinya. Jadi jika para wanita itu menyukai posisi dan kekuasaan Ji Man, berarti mereka menyukai Ji Man dong. Jadi Shen Jia merasa, Ji Man tidak perlu mencurigai para wanita itu.


Ji Man tidak terima dengan ceramahnya. Berani sekali Shen Jia membela para wanita itu. Shen Jia sontak bersujud ketakutan dan memohon pengampunan.

"Sudahlah. Kau tidak akan pernah bisa mengerti aku. Tak ada seorangpun di sini yang bisa memahamiku. Kau boleh pergi."


Keesokan harinya, Da Xi menggerutu kesal sepanjang jalan mengantarkan bajunya Ibu Suri. Dia hendak belok saat tiba-tiba dia melihat beberapa kasim keluar dari arah berlawanan.

Mendadak dia punya ide bagus. Ini kesempatan untuk mencari Shao Yong. Da Xi pun nekat mau masuk ke tempat para kasim keluar barusan. Tapi tiba-tiba saja seorang kasim menghadangnya dan memperingatkan kalau ini area terlarang.

Da Xi buru-buru berlutut memohon ampun dan beralasan kalau dia pelayan baru yang disuruh mengantarkan baju ke Ibu Suri. Tapi dia belum hapal tempat ini, jadi dia tak sengaja lewat sini.

"Tolong maafkan aku." Mohon Da Xi dengan tampang melas.


Tapi beberapa saat kemudian, semua pelayan berlutut di hadapan Nyonya Feng sementara Nyonya Feng marah-marah mengomeli mereka. Para pelayan sontak menatap tajam Da Xi. Nyonya Feng pun langsung menuntut penjelasan Da Xi atas insiden kali ini.

"Nyonya, aku sungguh tersesat. Semua bangunan di sini terlihat sama dan aku belum pernah mengantarkan baju ke Ibu Suri sebelumnya. Di sini juga tidak ada tanda-tanda jalan..."

"CUKUP!" Nyonya Feng tidak mau terima alasan apapun dan memerintahkan pelayan untuk menghukum Da Xi dengan 13 pukulan.


Da Xi panik berusaha memohon-mohon pada Nyonya Feng. Tapi Nyonya Feng tak mau tahu. Para pelayan senang-senang saja melihat Da Xi dihukum. Tapi walaupun kejam dan tegas, Nyonya Feng tampak tak tega saat Da Xi kesakitan.


Malam harinya, Da Xi hanya bisa berbaring tengkurap. Nyonya Feng datang tak lama kemudian. Dia mengerti kalau dia pasti membuat Da Xi ketakutan hari ini. Tapi dia mengingatkan Da Xi bahwa di istana ini, ada banyak orang yang bisa menyingkirkan orang-orang seperti mereka dengan sangat cepat.

"Aku menghukummu hari ini demi menyelamatkanmu."

Nyonya Feng lalu memberinya map istana biar Da Xi tidak tersesat lagi. Da Xi langsung sumringah seketika... Tapi tentu saja, dia senang bukan karena tidak akan tersesat lagi, tapi karena sekarang dia bisa mencari jalan keluar dari istana ini dengan mudah. Ada untungnya juga dipukuli.


Ji Man tengah berjalan-jalan sendirian saat tiba-tiba saja dia mendengar suara-suara aneh. Dia sontak panik mengira ada pemberontak betulan yang masuk ke istana.

Dia langsung mencari asal suara dan menemukan seorang pelayan sedang berusaha memanjat keluar tembok istana. Dia adalah Da Xi yang sedang berusaha kabur dari sana.

Tapi Ji Man langsung curiga kalau dia penjahat yang menerobos masuk istana dan langsung menarik talinya. Da Xi sontak terlepas dari pegangannya dan meluncur jatuh tepat ke arah Ji Min.


Tiba-tiba di langit, terjadi gerhana bulan yang aneh. Cahaya merah tampak bersinar dari gerhana bulan itu... tepat saat Da Xi terjatuh menimpa Ji Man dan seketika itu pula, tubuh mereka tampak diselimuti sebuah kekuatan aneh. Hmm... apa yang terjadi?

Bersambung ke episode 2

Post a Comment

0 Comments