Sinopsis Le Coup de Foudre Episode 4 - 2

 Sinopsis Le Coup de Foudre Episode 4 - 2

Qiao Yi lagi mengerjakan tugasnya membersihkan peralatan BBQ menggantikan Miao Miao saat Yan Mo mendadak muncul lalu merebut kuasnya dengan gaya alay.


Qiao Yi berusaha mengambil kuasnya itu saat tiba-tiba saja dia menyadari baunya Yan Mo yang menyengat. Pfft! Dia mabok? Yan Mo mengakuinya, dia tak sengaja minum mirasnya Da Chuan kurang-lebih 80 mg. Qiao Yi jadi cemas, nanti jangan ngomong sama Guru Gao biar dia tidak ketahuan.

"Kenapa?" Tuntut Yan Mo tiba-tiba.

"Apanya yang kenapa?"

"Ini bukan tugasmu. Kenapa kau tidak menolaknya?"

"Maksudmu Yu Miao Miao. Rasanya tidak enak menolaknya secara langsung."

"Kenapa kau tidak terus terang mengemukakan pikiranmu kalau kau tidak menyukainya?"

"Tentu saja aku tidak bisa. Lagian rasanya memalukan kalau menolaknya."

"Bagaimana kalau kau suka?"

"Yah tidak masalah."


Yan Mo tidak mengerti, itu tidak masuk akal. Qiao Yi heran, kenapa dia jadi begini kalau lagi mabuk. Yan Mo terus saja nyerocos gaje, menggerutui dirinya sendiri karena beli cola. Qiao Yi nggak nyambung, siapa yang beli cola?

Yan Mo tiba-tiba tersenyum lebar hingga membuat lesung pipinya kelihatan. Qiao Yi kagum melihatnya, tak disangka kalau Yan Mo ternyata punya lesung pipi kalau lagi senyum. Banyak-banyaklah tersenyum. Yah udahlah, ayo balik. Yan Mo pun langsung berdiri dengan patuh.


"Nanti begitu naik bis, kau langsung tidur saja."

"Oke!"

"Patuh sekali. Bagaimana kalau kau mengerjakan PR-ku selama seminggu?"

"Nggak oke! Aku mabok tapi nggak goblok." (Wkwkwk!)


Karena Yan Mo jalannya sempoyongan, Qiao Yi harus memapahnya sampai ke bis biar dia tidak ketahuan lagi mabok. Dia benar-benar berubah jadi orang yang sangat berbeda saat mabuk. Dia yang biasanya bermuka dingin, sekarang malah senyam-senyum ramah pada teman-teman sekelasnya.

Da Chuan heran, ada apa dengannya? Yan Mo dengan santainya mendekatkan dirinya dan saat itulah Da Chuan langsung bisa mengendus bau alkohol.

Qiao Yi berusaha menyuruhnya tidur aja biar tidak ketahuan Guru Gao. Tapi Yan Mo malah santai mengukur jarak Guru Gao dari tempat duduk mereka dan menyimpulkan kalau dia aman.

"Tapi si tukang gosip lagi duduk di dekat kita. Kalau dia sampai tahu, maka Guru Gao pasti akan tahu."


Tapi tiba-tiba saja Yan Mo menggila dengan menarik dasinya Da Shi dan memaksa Da Shi untuk menyerahkan dasinya, kayaknya gara-gara tadi dia cemburu karena Qiao Yi memuji Da Shi tampan pakai dasi. Da Chuan dan Qiao Yi sampai panik melihat tingkah gilanya.

"Kalau kau menginginkannya, aku akan membawamu ke toko." Ujar Qiao Yi.

"Sungguh?"

Dan begitu Qiao Yi mengiyakan, Yan Mo langsung menurut lalu tidur. Da Chuan sampai heran melihat Yan Mo patuh banget sama Qiao Yi.


Semua orang langsung berpisah dan pulang sendiri-sendiri begitu tiba di sekolah. Guan Chao heran melihat Yan Mo dipapah terus sama Qiao Yi, dia kenapa?

"Dia mabuk."

"Hah?"

"Aku tidak bisa mengontrolnya." Keluh Da Chuan.

"Kenapa kau ingin mengontrolku?" Tanya Yan Mo sambil nyengir lebar.

"Tuh, lihat. Dia tidak mau mendengarkanku. Qiao Yi, katakan sesuatu, dia cuma mau mendengarkanmu."

"Kenapa aku?"

"Karena kau bosnya," kata Yan Mo.

"Kenapa?"

"Karena kau masuk akal."

"Maksudmu aku nggak masuk akal gitu?" Da Chuan tidak terima.

"Kau punya banyak cela."


"Ah, sudahlah. Tidur saja." Perintah Qiao Yi dan Yan Mo langsung patuh lalu pingsan dalam pelukan Da Chuan. Guan Chao sampai heran melihat Yan Mo benar-benar patuh pada perintahnya Qiao Yi.

 

Sesampainya di rumah, mereka mendapati Ayah tengah menatap sebuah buku berjudul Panduan Kesehatan Mental Remaja lalu tiba-tiba menyuruh mereka duduk lalu nyerocos panjang lebar tentang sebuah kasus seorang anak remaja 15 tahun yang dihamili oleh cowok berumur 17 tahun.

Karena itulah, Ayah ingin mereka mempelajari buku ini biar mereka tidak sampai salah jalan dan melakukan kejahatan. Ia bahkan memutuskan untuk mengadakan rapat keluarga tiap jumat.

Guan Chao dan Qiao Yi sontak saling berpandangan dengan bosan. Guan Chao meyakinkan Ayah untuk tidak khawatir, dia dan Qiao Yi sehat secara fisik dan mental kok.

Mereka berusaha cepat-cepat kabur, tapi Ayah menolak melepaskan mereka begitu saja sambil terus nyerocos tentang pentingnya buku ini bagi mereka berdua.


"Yah, sepertinya Ayah lagi nganggur banget yah belakangan ini." Heran Qiao Yi.

"Kok tahu? Ibumu belum bicara padaku selama 2 hari ini."

"Coba pikirkan. Apa mungkin Ayah membuat kesalahan? Kesalahan kecil bisa menyebabkan derita berkepanjangan loh. Itu pasti akan terjadi!" Seru Guan Chao lalu kabur ke kamarnya.

Qiao Yi pun langsung pergi meninggalkan Ayah yang mulai memikirkan apa kira-kira kesalahan yang diperbuatnya.


Tak lama kemudian Qiao Yi masuk kamarnya Guan Chao untuk pinjam PR matematikanya. Tapi dia malah menemukan sebuah kado di atas meja. Guan Chao mengaku kalau itu hadiah buat Miao Miao.

Qiao Yi sinis mendengarnya. Apa sebenarnya yang Guan Chao pikirkan, Wu Yi jauh lebih cantik daripada Miao Mieo. Guan Chao tidak terima, Miao Miao jelas jauh lebih cantik. Wu Yi bahkan nggak ada feminin-femininnya.

Hadiahnya itu adalah sebuah buku diary yang Miao Miao sukai. Tapi kalau cuma ngasih buku diary doang kan boring, makanya Guan Chao menulis janji-janji di setiap halamannya.

Janji yang pertama, saat mereka berusia 20 tahun nanti, mereka akan tinggal bersama (tanpa nikah). Lalu umur 30 tahun, mereka akan pelihara anjing. Umur 40, Guan Chao akan mengajaknya keliling dunia.

Lalu pada usia 50 tahun, dia akan beli rumah pinggir pantai. Umur 60 tahun, dia akan menanam bunga-bunga mawar yang Miao Miao sukai. Umur 70 tahun, dia akan belikan tongkat buat Mo Mo. Umur 80 tahun, Guan Chao akan tetap mengagumi kecantikan Miao Miao dan menulis kisah hidup mereka.


Duh, rencana masa depannya Guan Chao romantis bener. Gadis yang Guan Chao cintai sungguh beruntung. Tapi kalau begitu, kenapa Guan Chao tidak mau menikah?

"Tidak ada yang namanya pernikahan dalam kamus hidupku."

"Kenapa? Kalau kau menyukai seseorang, kau harus menikahinya. Iya kan?"

"Jika aku menikahi seorang wanita, hati wanita-wanita lainnya akan hancur. Menikah itu nggak penting. Yang penting adalah jadi pasangan."

Malas meladeninya lebih lama, Qiao Yi buru-buru mengambil buku PR-nya Guan Chao lalu keluar.


Keesokan harinya, Yan Mo terbangu oleh telepon dari Qiao Yi yang berkata kalau dia akan menjeput Yan Mo nanti, mereka bisa makan siang di shopping mall.

Yan Mo seketika teringat kegilaan yang dilakukannya di bis kemarin dan janji Qiao Yi yang akan mengajaknya beli dasi di toko. Yan Mo langsung beranjak bangkit lalu mengambil satu kaos putihnya. Tapi sedetik kemudian, tiba-tiba dia tampak mulai berubah pikiran.


Di tempat lain, Guan Chao lagi kencan sama Miao Miao. Dia memberikan hadiahnya sambil ngegombal dan mengumbar segala macam janji-janji yang sukses membuat Miao Miao klepek-klepek. Tapi... apa Guan Chao mengucap kata-kata seperti itu juga pada Wu Yi?

"Kau satu-satunya."

Baiklah, kalau begitu. Miao Miao akan menerima Guan Chao jadi pacarnya... yah, walaupun dia agak terganggu dengan fakta kalau Guan Chao adalah kakaknya Qiao Yi. Tapi nggak papa.

Tapi begitu mendengar Miao Miao meremehkan adiknya, Guan Chao kontan menarik tangannya dari Miao Miao. Memangnya kenapa dengan adiknya?

"Dia... kau tidak pernah dengar? Orang bilang kalau Zhao Qiao Yi mengikuti Hao Wu Yi setiap hari karena keluarga Hao itu kaya."


Seketika itu pula Guan Chao berubah jadi ilfil sama Miao Miao dan langsung pamit. "Kau memang cantik, tapi adikku adalah intiku." Guan Chao langsung merebut kembali hadiahnya lalu pergi. (Wkwkwk! Kakak idaman)

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments