Sinopsis Le Coup de Foudre Episode 3 - 3

 Sinopsis Le Coup de Foudre Episode 3 - 3

Suatu malam, Yan Mo masih semangat belajar tapi kemudian dia malah mendapati Qiao Yi dan Da Chuan sudah ketiduran. Dan Yan Mo tampak mulai terpesona saat dia menatap wajah damai Qiao Yi dalam tidurnya.


Tapi saat Qiao Yi semakin oleng ke arahnya, Yan Mo sontak bangkit dan sampai membuat Qiao Yi terjatuh. Yan Mo akhirnya memutuskan untuk mengakhiri sesi belajar mereka sampai di sini.


Qiao Yi pun pamit pulang seorang diri. Tapi kali ini, tiba-tiba saja dia menyadari ada orang yang menguntitnya dari belakang.


Di rumah, Yan Mo menyalakan TV yang memberitakan tentang banyaknya kejadian wanita yang dikuntit dan diper~~sa belakangan ini. Karena itulah, wanita tidak disarankan jalan sendirian di malam hari.

Yan Mo tampak jadi semakin cemas gara-gara berita itu, apalagi saat dia teringat akan peringatan Da Chuan waktu itu.


Qiao Yi mulai ketakutan... saat tiba-tiba saja Yan Mo muncul di depannya sambil membawa Lao Ye. Fiuh! Syukurlah. Orang itu, entah dia penguntit atau tidak, terus jalan melewati mereka.


Yan Mo mengantarkannya pulang. Tapi Qiao Yi penasaran, sedang apa Yan Mo di sini? Yan Mo mengklaim kalau dia cuma mengajak Lao Ye jalan-jalan, tapi Lao Ye-nya dia gendong.

"Ini caramu mengajak anjing jalan-jalan?"

"Lao Ye menderita batu ginjal."

"Anjing juga bisa kena batu ginjal?"

"Anjing itu sama seperti manusia. Jika kita mengconvert umurnya ke dalam umur manusia, dia sekarang berumur 79 tahun."

"Jadi karena itu kau menamainya Lao Ye (Kakek)?"

"Tidak. Tapi karena dia bersikap seperti kakekku."


Mereka akhirnya berhenti di depan rumah Qiao Yi saat Qiao Yi bertanya-tanya penasaran apakah Yan Mo hidup sendirian? Apa dia punya teman?

"Apakah Lao Ye bisa dianggap sebagai teman?"

"Berteman itu sebenarnya mudah. Pergi ke sekolah bersama dan pulang bersama. Terus saat kau membeli snack, belikan satu juga untuk temanmu. Kau harus selalu ingat ultah temanmu. Setiap kali kau beli makan dan minum, kau juga harus membelikannya untuk temanmu."

"Itu merepotkan."

"Kau juga tidak boleh menganggap temanmu merepotkan."

"Yang terakhir itu kau tambah sendiri, yah?"

Tidak. Memang begitu aturannya. Kalau Yan Mo tidak percaya, dia bisa tanya Wu Yi. Dan karena mereka sekarang pulang bersama... apakah mereka sekarang mereka teman? Yan Mo cuma diam saja, tidak mengiyakan tapi juga tidak menolak lalu pergi. Qiao Yi senang.


Besok hari ujiannya, Qiao Yi jadi makin gugup. Tapi saat dia ke rumahnya Yan Mo hari itu, Da Chuan tidak datang karena ada urusan keluarga. Jadi hari ini mereka berduaan saja.

Qiao Yi bertanya-tanya apakah dia bisa lulus tes besok? Yan Mo santai, Qiao Yi kan sudah bisa menjawab segala macam soal yang dia berikan. Tapi tetap saja Qiao Yi gugup, bagaimana kalau soal-soal ujian besok tidak ada yang sama persis dengan yang Yan Mo ajarkan?

"Yah salahkan saja ketidakberuntunganmu. Selesaikan soal-soal ini." Santai Yan Mo lalu memberikan lembar soal lagi ke Wu Yi.


Tapi saat Qiao Yi selesai mengerjakannya tak lama kemudian, dia malah mendapati Yan Mo sudah tertidur. Qiao Yi jadi merasa bersalah padanya. Yan Mo pasti lelah banget.

Mumpung dia lagi tidur, Qiao Yi ingin mengusilinya dengan mencoret muka Yan Mo. Tapi sedetik kemudian, dia mendadak berubah pikiran. Yan Mo pasti akan membunuhnya kalau dia melakukan itu.

Saat Yan Mo terbangun tak lama kemudian, Qiao Yi sudah pulang dan hanya meninggalkan sebuah pesan ucapan terima kasih karena Yan Mo sudah mau mengajarinya. Dia juga punya hadiah untuk Yan Mo. Yan Mo langsung celingukan mencari hadiahnya.


Di tempat lain, Guan Chao bukannya mengajari Wu Yi, malah membawanya ke  warnet. Guan Chao beralasan kalau dia melakukannya supaya Wu Yi bisa relax sebelum ujian besok, ini adalah ilmu psikologi.


Wu Yi hampir saja senang mengira Guan Chao mengajaknya ke sini buat main game. Tapi nyatanya, Guan Chao malah memanfaatnya untuk jadi asistennya selama dia nyervis komputer. Wu Yi sebal, ini cara Guan Chao biar dia bisa relax? Dengan cara jadi asistennya?!

"Apa kau sudah menyelesaikan asoal-soal yang kubuat?"

"Tentu saja."

"Yah sudah, kalau begitu. Secara teknik, kau sudah bisa menjawab soal-soal yang dibuat oleh seorang legenda sepertiku ini. Secara psikologis, aku sudah membuatmu relax. Terus apa yang kau khawatirkan?"

"Bagaimana kalau kau soal-soalmu itu salah?"

"Itu tidak mungkin."


Wu Yi mau tanya ke Qiao Yi saja, Yan Mo pasti juga sudah membuat soal-soal. Guan Chao tersinggung, nggak perlu tanya. Soal-soal yang dia buat itu kisi-kisi soal ujian.

"Yan Mo itu juara satu, kau cuma juara dua."

"Itu karena aku nggak serius. Kalau aku serius, aku bisa mengalahkannya setiap saat."

"Buktikan kalau begitu."

"Bodoh!"


Keesokan harinya para murid menunggu di depan kelas dengan tegang. Wu Yi gugup banget, apa Da Chuan dan Qiao Yi yakin bisa melakukan tes matematika.

"Nggak. Tapi aku punya jimat keberuntungan." Ujar Da Chuan sambil menunjukkan jimat keberuntungannya yang ternyata fotonya Yan Mo.

Dia bahkan langsung menempelkan foto Yan Mo itu di dinding lalu menyembahnya bagai dewa. Wkwkwk! Bahkan Qiao Yi dan anak-anak yang lain langsung ikut-ikutan menggila menyembah fotonya Yan Mo itu. Yan Mo sampai jadi risih sendiri melihat kealayan mereka.


Cuma Wu Yi yang nggak ikut-ikutan lalu bergegas menjauh dari mereka. Nggak, bukan menjauh biar dia nggak ikutan gila, tapi menjauh agar dia bisa menyembah dewanya sendiri, yaitu fotonya Guan Chao. Wkwkwk! Guan Chao yang membuntutinya, jadi geli melihat tingkahnya itu.



Ujian akhirnya dimulai. Semua orang mengerjakannya dengan serius. Yan Mo yang selesai duluan. Dia lalu membeli air mineral kesukaannya di toko terdekat.

Si penjual berkata kalau dia bisa dapat cola kalau dia nambah 1 RMB aja. Yan Mo menolak, tapi sedetik kemudian, tiba-tiba dia terdiam memikirkan sesuatu.

Tak lama kemudian, dia berdiri di depan kelas, mendengarkan lagu dengan headsetnya dan cuek dengan sekitarnya seperti biasanya. Dia bahkan tidak sadar para murid yang baru keluar dari kelas lagi menyembahnya seolah dia dewa yang bisa meluluskan ujian mereka.

Qiao Yi yang keluar paling akhir dan dia langsung lari ke Yan Mo untuk mengecek jawaban-jawabannya. Tapi kemudian ada sesuatu yang lebih menarik perhatiannya. Di dekat Yan Mo, ada sekaleng cola. (Aww, dia beliin cola buat Qiao Yi)

Bahkan saat Qiao Yi kesulitan membuka kaleng colanya, Yan Mo langsung membantu membukakannya dan itu kontan membut Qiao Yi terpana.

Epilog: 


Saat Yan Mo celingukan mencari hadiahnya Qiao Yi, ternyata dia mendapati Qiao Yi menggambar jam tangan di tangannya lengkap dengan 3 jarum jam penunjuk 3 waktu makan, mengingatkannya agar Yan Mo makan sandwaich tepat waktu.

Gambar itu refleks membuat Yan Mo tersenyum... sebelum akhirnya dia sadar sedetik kemudian dan buru-buru menormalkan wajahnya sambil nyinyir. "Kekanak-kanakan!"

Bersambung ke episode 4

Post a Comment

0 Comments