Sinopsis King is Not Easy Episode 4

Sinopsis King is Not Easy Episode 4


Ji Man kesal mengingatkan Da Xi untuk tidak sok tahu tentang dirinya, masa lalunya atau segala sesuatu tentangnya hanya karena Da Xi ada di dalam tubuhnya sekarang. Sebaiknya dia tidak usah ikut campur dalam hal-hal yang bukan urusannya.

"Kebencianku? Dendamku? Kau tak tahu apapun tentang kebenarannya. Kau pikir kau punya hak apa untuk menceramahiku? Kau pikir kau punya hak untuk membuat keputusan untukku? Aku muak dengan sikap aroganmu itu. Menjijikkan! Aku tidak mau melihatmu lagi, pergi!"


Da Xi bingung harus pergi ke mana soalnya dia hanya bisa kembali ke kamar raja. Akhirnya Ji Man sendiri yang pergi. Da Xi malah heboh sendiri. "Wah, dia marah. Tapi dia jadi kelihatan menarik."


Pelayan pribadinya Ibu Suri, Qiu Shui, senang melihat Raja yang belakangan ini sering mengunjungi Ibu Suri. Sepertinya Raja sudah mulai bisa melihat perjuangan Ibu Suri dan memaafkannya.

Da Xi datang saat itu dan mendengar percakapan mereka dari belakang. Dari percakapan mereka, Ibu Suri ternyata sangat baik. Ia bahkan begitu peduli dengan kondisi kesehatan ayahnya Qiu Shui.

Qiu Shui sontak berlutut dan berterima kasih atas kepedulian Ibu Suri terhadap keluarganya. "Saya tidak akan ragu untuk berjalan di atas api demi membalas kebaikan Yang Mulia."


Da Xi menyela mereka dan meyakinkan Qiu Shui kalau Ibu Suri sangat baik, jadi ia tidak akan meminta Qiu Shui untuk membalas kebaikannya. Ibu Suri senang melihatnya datang, tapi ada apa lagi Raja datang kemari, apa dia sudah selesai dengan rapatnya?

"Itu tidak sepenting Ibu Suri. Aku datang untuk mengucap selamat pagi sebelum pergi."

"Dasar kau. Aku tidak penting. Selama kau melindungi negara yang dibangun leluhurmu, aku akan bisa menghadapi ayahandamu di surga."

"Baik, aku mengerti. Ibunda, beberapa tahun ini pasti sangat berat untukmu. Aku tidak selalu mengerti. Aku janji mulai sekarang, aku akan berusaha untuk jadi raja yang adil dan bijak. Aku tidak akan membiarkan usahamu sia-sia."

Ibu Suri tentu saja senang melihat putranya bersikap seperti ini.

 

Kembali ke kamar, Da Xi malah mendapati semua dokumen memorialnya masih belum Ji Man kerjakan. Saat dia menanyakan keberadaan Da Xi (Ji Man), Shen Jia berkata kalau Da Xi sedang sakit dan tidak ingin menulari Raja. Makanya dia tidak bisa datang hari ini.


Tahu betul kenapa Ji Man mendadak bisa sakit, Da Xi memutuskan mendatangi Ji Man di kamar pelayan dan mendapati Ji Man sedang merenung. Kenapa? Dia masih marah? Kenapa dia tidak ke ruang memorial hari ini?

Ji Man terus saja ngambek tak mau bicara padanya. Berusaha menghiburnya, Da Xi memasakkan berbagai macam makanan enak untuknya. Setelah Ji Man kenyang, Da Xi tanya sekali lagi, kenapa Ji Man tidak mengevaluasi memorial hari ini.


"Aku tidak suka kau dekat-dekat dengan Ibu Suri sebagai aku. Melihatmu menjilatnya benar-benar membuatku jijik. Aku sudah memutuskan, aku akan menjaga jarak darimu selama kau masih bicara mewakilinya."

"Kenapa kau begitu keras hati dalam masalah ini? Aku tidak mengerti. Kecuali... terjadi sesuatu antara kau dengan beliau?"

Flashback.


Ji Man bercerita saat dia kecil, dia pernah menemukan Pangeran Regen mau menc~~m Ibu Suri. Ibu Suri berusaha mencegahnya dan mengingatkan kalau orang-orang bisa melihat mereka.

Pangeran Regen santai, kalau mereka melihat maka bunuh saja mereka. Ji Man kecil langsung masuk dan mengkonfrontasi mereka, "Kenapa? Apa Ibu mau membunuhku juga?"

Ibu Suri berusaha meyakinkan kalau dia salah paham. Tapi Ji Man kecil langsung menampik tangan Ibu Suri dengan marah, dia sungguh tidak menyangka kalau Ibu Suri ternyata tidak tahu malu.

Ayahanda Raja baru saja mangkat, tapi Ibu Suri malah terang-terangan berdekatan dengan orang jahat itu. Ibu Suri langsung panik berusaha menghentikan Ji Man.


Pangeran Regen sontak marah mendengar hinaan Ji Man dan memanggil pengawal untuk menghukum Ji Man. Tapi Ibu Suri menggunakan kekuasaannya untuk mengusir para pengawal itu dan memperingatkan Pangeran Regen bahwa orang asing tidak boleh ikut campur dalam urusan menegur putranya.


Ibu Suri lalu menghukum Ji Man di ruang memorial, menyuruhnya berlutut di hadapan leluhur dan membaca setiap buku yang ada di sana. Dia akan tetap dikurung di situ sampai dia selesai membaca semua buku.

Jadilah Ji Man kecil harus mempelajari puluhan dokumen itu sambil berjuang menahan rasa kantuknya. Saat akhirnya dia selesai, dia langsung ambruk.


Ibu Suri lalu mengetesnya dengan mengajukan pertanyaan dan Ji Man bisa menjawabnya dengan benar. Tapi kemudian, pengawal datang mengabarkan kedatangan Pangeran Regen.

Ibu Suri tak senang tapi tetap mengizinkannya masuk. Dia lalu mengajukan pertanyaan lagi pada Ji Man tapi kali ini Ji Man tidak tahu jawabannya. Ibu Suri langsung marah dan memukuli Ji Man.

Hmm... sepertinya dia cuma pura-pura marah gara-gara kedatangan Pangeran Regen yang tampak senang sekali melihat Ji Man dihukum seperti itu. Tapi perbuatan Ibu Suri itu jelas membuat Ji Man sedih dan marah.


Suatu malam saat Pangeran Regen kembali ke istana, pengawal penjaga gerbang tiba-tiba mencegahnya masuk. Pangeran Regen jelas marah, tapi perbuatannya itu malah membuat para prajurit lain bermunculan menyerang dan mengepungnya.

Pangeran Regen sontak ngomel-ngomel marah, mengingatkan mereka kalau dia adalah Pamannya Raja dan mereka akan dihukum begitu dia bertemu Raja nanti.

Yang tak disangkanya, Ji Man sebenarnya sudah ada di sana, menatapnya dengan sinis dari atas benteng lalu memerintahkan para prajurit untuk memenggal kepala Pangeran Regen.


Ji Man lalu mendatangi Ibu Suri dengan membawakan hadiah tahun baru... kepalanya Pangeran Regen. Ibu Suri santai saja melihat itu, mengkritiki perbuatan Ji Man dan berterima kasih atas hadiahnya.

"Lalu apa rencanamu sekarang, Yang Mulia?"

"Aku yakin ibu sudah bekerja keras selama bertahun-tahun ini. Aku sekarang sudah cukup umur dan bisa memerintah dengan bebas. Kuharap ibu bisa menyerahkan kekuasaan padaku lalu ibu bisa pensiun dari Istana Kekaisaran dan menghabiskan hari-hari ibu dengan tenang. Itu yang paling penting."


Ibu Suri menyetujuinya dengan mudah. Tapi sebelum itu, dia punya beberapa pertanyaan. Pertama, Pangeran Regen masih punya pendukung di Istana Kekaisaran yang kebanyakan adalah para pejabat tinggi dan punya kekuasaan. Apa rencana Ji Man untuk menghadapi orang-orang itu?

Kedua, suku di kawasan utara sudah lama menindas warga perbatasan. Para jenderal yang ditempatkan di sana, punya pasukan yang kuat. Lalu apa rencana Ji Man untuk menyeimbangkan kekuatan mereka dan apakah dia bisa melindungi keamanan negara secara serentak?

Terakhir, hubungan politik di antara para bangsawan sangatlah rumit. Banyak faksi yang mengincar tahta sekian lama. Apa rencana Ji Man dalam menghadapi situasi ini?


Ji Man gugup mengakui kalau dia belum menemukan cara yang tepat untuk menghadapai semua itu. Jadi, dia meminta saran Ibu Suri.

"Ji Man, ingatlah. Kekuasaan itu memang bagus, tapi jangan bersikap impulsif hanya untuk meraihnya. Jika tidak, kau sendirilah yang pada akhirnya akan menderita. Ingat baik-baik, seluruh negara ini milik keluarga Ji. Kita keluarga, kekuasaanku adalah kekuasaanmu. Lagipula, aku adalah ibumu. Aku tidak akan membantu orang lain untuk menyakitimu."

"Ibu tidak perlu mengatakannya lagi. Aku akan belajar menjalankan pemerintahan. Akan kurebut kembali segala sesuatu milik kita sedikit demi sedikit."

Flashback end.


Ji Man memang Raja negeri ini, tapi dia tidak punya apapun. Ibu Suri bahkan punya kekuasaan lebih daripada dirinya, sementara pamannya ingin merebut segalanya darinya.

Semua yang dikatakan orang tentang kesetiaan keluarga, itu tidak ada di dalam dinding istana ini. Di sini, kekuasaan adalah segalanya.

Ibu Suri bilang kalau dia mencintai Ji Man dan semua yang dia lakukan adalah demi Ji Man dan demi kestabilan negaranya. Tapi Ibu Suri tetap saja terus menerus ikut campur dalam masalah pemerintahan. Dia selalu mengkritiki keputusan dan perbuatan Ji Man.

"Kau itu terlalu naif. Orang sepertimu bisa hancur jadi debu dengan mudah di tempat seperti ini, di mana semua orang saling memangsa satu sama lain hidup-hidup."


Mendengar semua itu, Da Xi tiba-tiba memeluk Ji Man dan meminta maaf. "Aku tidak tahu kalau kau harus mengalami semua itu. Aku janji aku akan jaga jarak dari Ibu Suri. Aku minta maaf atas arogansiku dan ketidaktahuanku. Mulai sekarang, aku janji akan menjadi raja yang baik."

"Kuharap kau menepati ucapanmu. Jangan kecewakan aku."

"Tidak akan! Aku ini koki wanita nomor satu di Dinasti Zhou! Tidak ada yang tidak bisa diselesaikan dengan makanan. Jika ada, maka dua makanan bisa menyelesaikannya. Mulai sekarang, urusanmu adalah urusanku. Aku akan mendukungmu."


Ji Man tersenyum mendengarnya. "Sekarang kau kelihatan lebih bisa diandalkan."

"Sedikit? Banyak, tahu!"

"Benarkah? Kita lihat saja nanti."

"Jangan keterlaluan."

"Kau berani melawan rajamu? Awasi kepalamu."

"Raja? Itu aku sekarang. Aku bisa memenggalmu sekarang." Ejek Da Xi. Jadilah mereka main kejar-kejaran keliling kamar.


Keesokan harinya saat baru saja kembali dari rapat, Da Xi bertemu Ibu Suri di tengah jalan. Ibu Suri menggenggam tangannya dan tanya apakah ada masalah penting yang perlu di bantu.

Tapi sikap Da Xi sekarang berubah. Dia buru-buru menarik tangannya dari genggaman Ibu Suri dan menolak tawaran bantuannya. Semuanya masalah kecil kok, dia bisa menanganinya sendiri.

Menyadari sikap defensif Ji Man, Ibu Suri hendak menjelaskan maksudnya. Tapi Da Xi cepat-cepat memotongnya dan buru-buru pamit pergi.


Keheranan karena Ji Man bersikap seperti ini lagi setelah beberapa lama, Ibu Suri langsung menyuruh Qiu Shui untuk mencari tahu siapa yang sudah membuat Ji Man marah.

Qiu Shui melapor kalau belakangan ini dia mendengar kabar yang mengatakan kalau Raja tidak sebaik biasanya dalam rapat kerajaan. Mungkin Raja lelah, jadi dia bersikap aneh. Qiu Shui yakin kalau Raja pasti akan kembali ke sisi Ibu Suri begitu dia istirahat nanti.


Di tengah jalan, Da Xi melihat Shao Yong sedang melatih para prajurit. Da Xi langsung gemetar saking antusiasnya bisa bertemu Shao Yong lagi.

Dia sampai harus mengomeli dirinya sendiri untuk tenang, "Tarik nafas dalam-dalam. Satu-dua, satu-dua. Astaga! Aku serasa mau pingsan setiap kali melihat wajah Shao Yong yang menawan."

Melihat kedatangan Raja, Shao Yong dan para prajuritpun bergegas memberi hormat padanya. Da Xi menyuruh mereka berdiri dan hendak menggenggam tangan Shao Yong, tapi Shao Yong cepat-cepat menarik tangannya.


Tapi tetap saja Da Xi bahagia banget bisa dekat dengan Shao Yong. Shao Yong sampai heran melihat sikapnya, "Yang Mulia, ada apa?"

"Tidak apa-apa, hanya saja setiap kali melihatmu..." Da Xi buru-buru berhenti bicara dan mengomeli dirinya sendiri lalu pergi dengan senyum lebar seperti orang yang lagi kasmaran.


Para prajurit yang melihat keanehan sikapnya, diam-diam tersenyum geli. Malam harinya, para prajurit menggosipkan kedatangan Raja tadi. Kenapa yah Raja tiba-tiba datang untuk mengobservasi latihan mereka?

Seorang prajurit yakin kalau yang dilihat Raja bukan mereka, Raja justru datang untuk melihat Shao Yong. "Untuk melihat lengan ini, bahu ini, pinggang ini, perut ini. Aku hampir tidak tahan," goda si prajurit.


Shao Yong langsung mengomeli sikap mereka yang tambah lama jadi semakin konyol. "Kalau Raja sampai tahu, bisa-bisa kalian akan dipenggal nanti."

"Dulu aku takut padanya. Tapi sekarang kami punya kau, Prajurit Shao. Kami tidak takut apapun lagi."

"Jangan konyol. Baginda Raja hanya lewat, khayalan kalian itu sungguh mengherankan."

"Prajurit Shao, jangan naif. Apa kau tidak melihat tatapan Raja padamu? Penuh cinta, sangat lembut. Menurutku, kau akan kesulitan untuk menjaga kesucianmu. Kalau beliau menangkapmu di lorong sepi... *muah*!"

Shao Yong tetap menolak mempercayainya dan cepat-cepat menghentikan ocehan mereka. Tapi dia mulai gelisah memikirkan ucapan mereka.


Keesokan harinya saat tengah melatih prajurit, Shao Yong terus gelisah memikirkan keanehan sikap Ji Man padanya. "Tidak mungkin. Kenapa juga Baginda Raja menyukai prajurit sepertiku? Jangan dipikir terus, fokus saja latihan."


Da Xi datang lagi tak lama kemudian sambil tersenyum malu-malu. Shao Yong sontak gugup. Tapi dia meyakinkan dirinya sendiri untuk tenang, Raja cuma lewat, tidak masalah.

Dia menyapa Raja dan Da Xi langsung tanya ini itu dengan cemas dan berusaha menggenggam tangannya. Shao Yong sontak menarik tangannya dan jadi semakin ketakutan, sepertinya omongan para prajurit benar.

"Apa yang harus kulakukan? Tidak. Aku harus mencari cara untuk mengakhiri harapan Paduka Raja. Aku tidak boleh lagi dekat-dekat dengannya. Jika tidak, maka aku tidak akan bisa melarikan diri." Batin Shao Yong.


Shao Yong pun cepat-cepat pamit dan fokus latihan dan memperagakan beberapa gerakan. Tapi itu malah membuat Da Xi semakin antusias mengaguminya.

Shao Yong dengan sengaja melakukan gerakan berputar, tapi entah sengaja atau tidak, tiba-tiba dia terjatuh sampai kepalanya terbentur lantai. Da Xi sontak cemas dan bergegas berlari padanya dalam gerakan slow motion.

Bersambung ke episode 4

Post a Comment

0 Comments