Sinopsis King is Not Easy Episode 1 - 1

Sinopsis King is Not Easy Episode 1 - 1


Seorang wanita muda diam-diam memperhatikan deretan pria-pria muda yang sedang berbaris mengantri di depan kedai dengan antusias. Sepertinya dia sedang mencari jodoh. Lalu satu per satu dia mulai menilai mereka.

Ada yang mukanya tampan dan tubuhnya kekar... tapi dia pakai sepatu yang solnya tinggi. Pfft! Berarti dia pendek, nggak menarik.

Pria selanjutnya lumayan juga. Bibirnya merah dan giginya putih... tapi ada tahi lalat gede di atas hidungnya. Wah! Nggak bisa. Kalau kayak gitu, bagaimana bisa mereka main mata nantinya?


Ada dua orang pria lain yang sedang berdebat gara-gara pria pertama nyerobot antrian. Pria kedua mengkritik sikapnya. Tapi pria pertama masa bodoh dan tak mau mengalah, dia malah balas mengancam si pria kedua.

Pria kedua tak bisa melawannya lagi. Tapi wanita itu langsung menghampiri si pria pertama dan melabraknya. Dia berputar-putar mengelilingi pria itu sambil mengoceh panjang-lebar mengkritiki sikap tidak sopannya barusan.

Begitu wanita itu selesai berputar-putar sambil ngomel-ngomel, pria itu akhirnya meminta maaf dan mengakui kesalahannya.

 

Wanita itu lalu kembali ke dapur dan mulai memasak. Dia memperkenalkan dirinya adalah Da Xi (Bai Lu), kata 'Da' diambil dari nama Selir Da dan Xi artinya kebahagiaan. Dia adalah koki perempuan paling terkenal di ibu kota.

Dia berumur 19 tahun tapi belum menikah. Kenapa? Karena syarat pertama dan utamanya dalam menilai pria adalah penampilan pria itu.

"Bagiku, penampilan fisik adalah prioritas utama dalam hal pria. Tujuan utamaku adalah menikah dengan cowok tampan."


Saat dia hendak menyajikan masakannya, tiba-tiba dia melihat seorang pria muda tampan. Dia sontak mendekati pria itu dengan senyum manis dan berusaha merayunya. 

Tapi pria itu tampak canggung dan sedetik kemudian, istri pria itu datang dan langsung ketus pada Da Xi.

Da Xi jelas kecewa. "Semua pria layak itu entah sudah menikah atau jelek. Entah apakah aku akan bisa bertemu dengan jodohku... Tapi aku akan menunggu. Lebih baik aku bertemu dengannya secara tak sengaja daripada ditentukan."


Da Xi lalu pergi ke pasar untuk belanja sayur. Saat dia tengah mengecek kesegaran seikat sayuran, tiba-tiba saja dari balik sayuran, dia melihat seorang pria muda nan tampan sedang belanja di kios sebelah.

Da Xi langsung terpesona. "Dia sangat sempurna, apa dia bahkan nyata? Sikunya... wajahnya... bibirnya... Yah, Tuhan! Aku ingin menyentuhnya. Dia pria impianku."


Saking terpesonanya, dia langsung mengabaikan sayurannya. Saat pria itu berjalan pergi, Da Xi langsung berjalan membuntutinya... sampai mereka tiba di gerbang istana. 

Pria itu memperlihatkan sebuah segel kerajaan dan penjaga langsung mempersilahkannya masuk.


Tanpa pikir panjang, Da Xi asal saja mau ikut masuk mengikutinya. Tapi penjaga menghalanginya. Da Xi protes, lalu kenapa pria tadi dibiarkan masuk? 

Penjaga berkata kalau pria itu adalah Shao Yong dan dia adalah prajurit istana. Dia keluar istana untuk mengecek warga.

"Dia jelas-jelas bisa masuk dengan santainya. Lalu kapan dia akan keluar lagi?"

"Bulan depan."


Hah? Tak mau lama-lama, Da Xi asal menggenggam tangan si penjaga dan tanya bagaimana caranya dia bisa masuk istana. Si penjaga melirik tangannya. 

Baru sadar, Da Xi buru-buru melepaskan genggaman tangannya dari tangan si penjaga sambil pasang tampang melas.

"Kau bisa jadi pelayan istana." Usul si penjaga. "Dengan begitu, kau bisa bebas keluar masuk sesuka hatimu."

Tapi Da Xi menolak usul itu. Dia tidak mau masuk istana secara permanen, dia cuma mau berkunjung sebentar. Dia lalu berjalan pergi sambil mengingat-ingat nama pria tadi, Pejabat Shao Yong.


Sementara itu di kota, beberapa prajurit istana sedang mengumpulkan para gadis-gadis muda di seluruh kota ke hadapan Kasim Shen Jia untuk dibawa ke istana. Sepertinya mereka mau dipilih untuk diberikan pada Raja.

Para gadis itu mewek serempak sampai Shen Jia membentak mereka. Untuk apa mereka menangis, seharusnya mereka bangga bisa masuk istana dan melayani Yang Mulia Raja.


Shen Jia mendekati gadis-gadis itu satu per satu. Tapi tak ada yang enak dilihat satu pun. Yang satu giginya tonggos, yang satu lagi bau badannya busuk dan yang satu lagi matanya juling.

Shen Jia langsung ngomel-ngomel kesal ke prajurit. Gadis-gadis macam apa sih yang dia bawa ini? Lalu harus bagaimana? Tak punya pilihan, Shen Jia akhirnya memutuskan untuk tetap membawa mereka semua ke istana. Biar mereka jadi pelayan istana saja.


Tepat saat itu juga, Da Xi melihat apa yang tengah terjadi. Melihat itu, Da Xi pun langsung memberikan sekantong uang suap pada kepala prajurit. 

Mengira Da Xi menyuapnya biar dia tidak dibawa ke istana, kepala prajurit santai menerima uang itu dan menyuruhnya pulang.

Tapi Da Xi malah mencegahnya pergi. Dia jadi bingung, bukankah Da Xi memberinya uang biar dia tidak perlu ke istana? Jangan bilang kalau dia malah ingin bekerja di istana?

"Iya, aku mau kerja di istana." Santai Da Xi yang jelas membuat orang-orang keheranan melihatnya.


Saat para gadis itu berjalan masuk istana, ternyata mereka semua normal. Mata juling dan gigi tonggos tadi cuma akal-akalan mereka biar tidak terpilih. Tapi ternyata gagal.

Karena sudah masuk istana, lebih baik sekarang mereka berusaha mempercantik diri mereka saja. Siapa tahu mereka bisa menarik perhatian Raja. Dengan begitu, mereka tak perlu lagi jadi buruh.


Di tengah jalan, mereka berpapasan dengan tiga orang prajurit. Para wanita itu pun segera menunduk hormat. Tapi Da Xia diam-diam mengintip dan mendapati kepala prajuritnya ternyata Shao Yong (Zhao Yi Qin).

Begitu para prajurit itu lewat, Da Xi langsung heboh ke salah satu wanita. Pria itu tampan sekali, kan? Tapi wanita itu tak peduli. Memang kenapa kalau pria itu tampan. Toh dia cuma seorang prajurit. Sepertinya Da Xi rabun jauh.


"Kaulah yang rabun jauh. Sama seperti seluruh keluargamu! Dasar sekumpulan orang bego. Tidak bisa melihat sesuatu yang berharga." Rutuk Da Xi dalam hati.

Sementara para wanita itu meneruskan perjalanan, Da Xi senyam-senyum gaje menatap punggung Shao Yong. Baguslah kalau para wanita yang lain mengejar Raja, dia jadi bisa memperhatikan kapten-nya itu seorang diri.


Dia langsung melamun mengkhayalkan dirinya sedang menyapu, lalu Shao Yong datang dan dengan romantisnya menawarkan dirinya untuk menggantikan pekerjaannya Da Xi.

Da Xi sontak berbunga-bunga melihatnya lalu berlari antusias menghampirinya. Tapi tiba-tiba dia kesandung... dan terjatuh dalam pelukan Shao Yong. Suasana pun menjadi semakin romantis.

"Xi Xi, apa kau baik-baik saja?"

Da Xi minta dilepasin, dia malu kalau ada yang lihat. Tapi tangannya malah menggenggam erat bajunya Shao Yong.

"Jangan khawatir Xi Xi. Hanya ada kita berdua dan angin. Apa kau merasakan angin sepoi-sepoi?"

"Iya. Aku juga bisa merasakan nafasmu."


Dengan lebaynya mereka saling memanggil nama satu sama lain lalu sama-sama merem dan bergerak mendekat dengan bibir monyong.

Bibir mereka sudah hampir nempel saat tiba-tiba saja bibir Da Xi ditabok seseorang dan seketika itu pula dia sadar dari khayalannya. Seorang pelayan langsung ngomel-ngomel memarahinya. Ngapain dia melamun di sini? Cepat masuk!

"Padahal kami hampir berciuman," gerutu Da Xi.


Setelah para wanita itu memakai seragam pelayan mereka, mereka langsung diceramahi kepala pelayan. Dia memperingatkan mereka bahwa ini istana, jadi mereka harus mengikuti aturan di sini.

"Jika kalian melanggar aturan atau menghina pejabat. Maka lebih baik kalian bersiap menawarkan leher kalian dan bertemu pencipta kalian!"

"Kedengarannya menakutkan." Bisik Da Xi. Tapi bisikannya didengar Kepala Pelayan yang sontak melempar tatapan menakutkan padanya.


Dia mengingatkan mereka bahwa sekarang mereka adalah wanita milik Istana, anggota pelayan Raja. Jadi mereka harus selalu tahu tempat mereka dan jangan pergi ke tempat yang tidak seharusnya mereka datangi.

"Terutama, kalian tidak boleh berinterasi dengan pria di luar istana. Jika aku mengetahuinya, kalian akan dihukum berat."

Da Xi kaget mendengarnya. "Nyonya. Apa maksudnya, kami tidak boleh keluar masuk istana sesuka hati kami?"

"Sesuka hatimu? Kau pikir istana itu tempat yang bisa kau datangi dan tinggalkan seperti pasar?"

"Lalu bagaimana kalau aku tak sengaja memasuki area terlarang?"

"Maka kusarankan kau bersiap berjalan dengan tanganmu (dihukum potong kaki)."


Da Xi langsung nelen ludah ngeri. "Menakutkan sekali. Lalu... lalu apakah orang luar boleh mengunjungi kita?"

"Jangan harap. Tidak ada seorang pria pun di Istana dalam selain Yang Mulia. Tidak pula lalat jantan."

Da Xi langsung mewek, "Kakak Shao Yong..."

Bersambung ke part 2

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam