Lao Dao tak percaya mendengarnya, dia kira mereka tadi main catur buta. Jadi Nan Bo benar-benar menghipnotis Jin Xi di hadapan mereka semua tadi? Jin Xi memperingatkan semua orang untuk berhati-hati dengannya, dia orang yang sangat pintar.
Walaupun dia menyangkal hubungannya dengan Chen Li Jiang, tapi Nan Bo juga sengaja meninggalkan beberapa pertanyaan untuknya. Jin Xi rasa ada dua kemungkinan kenapa Nan Ho melakukannya.
Pertama dia ingin menghapus kecurigaan terhadapnya. Kedua, Nan Bo ingin bergabung ke dalam Tim Black Shield. Karena sudah jadi seperti ini, lebih baik mereka go with the flow saja untuk menangkap si monster.
Han Chen menemui Inspektur Polisi untuk melaporkan tentang sindikat pembunuh yang disebut-sebut Xin Jia. Dia yakin kalau sindikat ini ada hubungannya dengan pembunuhan berantai yang terjadi 5 tahun yang lalu.
Inspektur ingat kasus itu, mereka menangkap sekelompok penjahat tapi kemudian kasus itu ditutup. Dalam kasus itu, beberapa penjahat itu melarikan diri dan masih berkeliaran di luar.
Han Chen membenarkan, Xin Jia bilang padanya kalau dia harus berhati-hati terhadap sekitarnya. Dia rasa Xin Jia tidak bohong dengan peringatannya ini. Karena itulah, Han Chen meminta izin untuk menyelidiki kasus itu secara diam-diam.
"Aku tahu kau juga korban dalam kasus itu dulu, iya kan? Jujur saja, kau meminta izin apakah demi balas dendam?"
"Mereka membunuh banyak orang, memutarbalikkan kebenaran, kejahatan mereka tidak termaafkan, aku hanya ingin menangkap mereka dengan tanganku sendiri."
Inspektur ragu dan berkata kalau dia akan mempertimbangkannya dulu. Han Chen pun beranjak pergi. Tapi Inspektur tiba-tiba memanggilnya kembali.
"Anda sudah selesai mempertimbangkan?"
Tidak. Inspektur justru ingin mengkritiki Han Chen. Tim Black Shield belum lama terbentuk tapi Han Chen sudah pacaran dengan Jin Xi secara terang-terangan. Hubungan asmara dalam satu departemen itu seharusnya tidak boleh.
Mencari psikolog kriminal yang hebat itu sulit. Bagaimana lagi mereka menemukan seseorang seperti Jin Xi yang muda dan ambisius?
Han Chen dengan entengnya meminta Inspektur untuk memindahkannya ke bagian arsip saja asalkan Jin Xi tetap di Black Shield. Frustasi, Inspektur akhirnya menyerah.
Jin Xi sedang sibuk memikirkan huruf-huruf E dan K yang dia bolak-balik jadi berbagai macam karakter (huruf Cina). Saat Han Chen datang, Jin Xi langsung mengkonfrontasinya karena Han Chen ternyata diam-diam sedang mempelajari masalah ini juga.
"Han Chen, apa kau begitu ingin mengalahkan psikologi kriminal?"
"Aku hanya ingin menang darimu."
Xiao Zhuan muncul saat itu untuk memberitahu mereka bahwa tersangka kasus pembunuhan wanita berpakaian suster itu sudah diidentifikasi. (Eh, kukira kasus itu sudah dilupakan. hehe)
"Namanya Situ Yi. Dia sudah ada di ruang interogasi sekarang. Dan satu lagi, Prof Xu ada di sini."
"Kenapa?"
"Kita akan tahu saat kita melihatnya."
Mereka pun pergi ke ruang interogasi. Kali ini Han Chen yang menghadapi si tersangka dan terlebih dahulu membaca resumenya.
Di ruang sebelah, Xiao Zhuan memberitahu teman-temannya kalau Situ Yi itu adalah direktur pemasaran di sebuah perusahaan teknologi sekaligus anak tiri seorang konglomerat Hong Kong.
Dia sangat sesuai dengan profil tersangka, punya mansion, mobil SUV dan 4 bulan yang lalu dia pernah diperiksa gara-gara kasus penyerangan, tapi pada akhirnya dia dibebaskan. Dia memukul pacar seorang wanita.
Waktu Xiao Zhuan bicara dengannya tadi, sikapnya sangat sopan. Sulit disangka kalau dia adalah seorang pembunuh gila.
"Kita tidak bisa menilai keadaan mental seseorang hanya dari penampilannya," ujar Nan Bo yang baru masuk. "Apa menurut kalian aku sehat secara mental?"
Lao Dao dan Cold Face langsung berpandangan canggung, tapi Xiao Zhuan yakin kalau Nan Bo orang yang sangat normal.
Nan Bo mengaku kalau bahwa dalam banyak tes, dia sering diklasifikasikan sebagai paranoia dan agak OCD.
Misalnya, ada satu kursi yang letaknya tidak lurus, maka dia akan langsung meluruskannya. Jika tidak, maka dia akan memikirkannya seharian.
Tapi dia mengklaim kalau keabnormalannya ini tidak sebanding dengan mental gila seorang pembunuh, jadi mereka tidak perlu cemas. Xiao Zhuan ketawa garing.
"Senior, candaanmu cukup buruk. Aku akan masuk dulu." Ujar Jin Xi.
"Baiklah. Aku akan melihatnya dari sini dan mempelajarinya."
Jin Xi lalu masuk ke ruang interogasi saat Han Chen mulai menanyai tersangka. Situ Yi terdengar sombong saat dia menyebutkan namanya.
Han Chen langsung menuntut apa hubungan Situ Yi dengan kedua korban. Situ Yi mengklaim kalau mereka cuma teman biasa. Dia mengklaim tak tahu kenapa mereka terbunuh, malah tanya apakah mereka sudah menangkap pembunuhnya.
"Kami mencurigai kau yang membunuh mereka."
Situ Yi mendengus sinis mendengarnya. Yah, dia tahu kalau dia dicurigai. Jika tidak maka mereka takkan menginterogasinya seperti ini. Tapi dia tidak mengerti kenapa pembunuhan itu dikaitkan dengannya?
Dia mengakui kalau dia ada hubungan dengan banyak wanita yang berbeda-beda, tapi hubungan mereka tidak pernah serius. Mereka semua cuma teman, dia bahkan tidak ingat wajah-wajah para wanita itu.
"Aku benar-benar kecewa dengan tindakan polisi, karena kalian mencurigai orang yang tidak bersalah."
"Kenapa kau pikir kau tidak bersalah?"
"Entahlah. Tapi kupikir hanya ada beberapa alasan untuk membunuh: cinta, balas dendam dan masalah finansial. Kalian bisa mulai menginvestigasi ketiga bidang itu. Siapa tahu kalian bisa menemukan rentenir."
"Kau lupa satu alasan. Ada tipe orang yang suka menyiksa orang lain, merampas kehidupan orang lain. Dia pikir itu menyenangkan. Menurutmu, mungkinkah mereka dibunuh oleh orang semacam itu?"
"Entahlah. Setiap orang memiliki harsat hidup yang berbeda-beda. Hidup seharusnya dihargai dan bukannya dibunuh. Terutama wanita. Sulit dimengerti kenapa orang itu membunuh mereka."
Di ruang sebelah, Xiao Zhuan tampak sedang memperhatikan gerak-gerik Nan Bo. Lao Dao heran melihat sesi interogasi itu, bagaimana bisa mereka bicara sesantai itu dengan pembunuh sinting?
"Kelihatannya santai, tapi sebenarnya sedang terjadi perang sengit." Ujar Nan Bo "Jika kalian menjernihkan pikiran kalian dan memperhatikan, kita hendak masuk ke topik utama."
Jin Xi berusaha memancing reaksi Situ Yi dengan memberitahunya bahwa para wanita itu disiksa dan dikurung sangat lama. Karena itulah, dia menyimpulkan kalau si baj*ngan itu sangat membenci wanita dan merasa lebih rendah daripada wanita.
"Sebelum mereka mati, mereka pasti sangat membenci baj*ngan itu. Melihatnya jauh lebih buruk daripada binatang. Menurutmu bagaimana?"
Situ Yi mengklaim kalau dia pernah membaca beberapa buku psikologi. Menurutnya, pertanyaan Jin Xi itu bisa pahami dalam 2 cara. Pertama, perasaan manusia itu rumit. Kedua, cinta dan benci itu sulit dibedakan. Terutama wanita.
Saat kita melihat seorang pembunuh gila, mereka akan terlihat kotor. Tapi dari sudut pandang mereka, apa yang mereka lakukan itu tidak kotor sama sekali, melainkan sebuah hasrat dalam hati mereka.
Menurut moral masyarakat, mereka harus menghukum orang seperti itu. Tapi menurut sudut pandang si pembunuh, dia tidak merasa salah. Wah! Benar-benar pikiran seorang pembunuh gila yang arogan.
Jin Xi tidak setuju. Menurutnya, si pembunuh sadar betul apa yang dilakukannya itu salah. Jin Xi bahkan bisa membayangkan seperti apa orang itu dalam kehidupan sehari-harinya. Hina, pengecut dan dia sangat berhati-hati dalam menyembunyikan kesesatannya dari orang lain.
"Tentu saja penampilannya menarik dan kaya. Jadi dia bisa menarik wanita-wanita ini dengan mudah. Tapi di tahu betul, tak ada seorangpun dari mereka yang mencintainya. Karena setelah beberapa waktu, wanita-wanita itu akan mengetahui... 'Astaga! Ternyata dia gila. Dia psiko yang moodnya mudah berubah-ubah. Hatinya sangat kotor'."
Jadi semua wanita yang mengenalnya, akan mengabaikannya. Pastinya, sebelum mereka mati, para wanita ini pasti memohon-mohon padanya. Si baj*ngan ini tahu betul kalau para wanita ini merasa takut, benci dan jijik padanya.
"Di mata mereka, dia adalah monster."
"Kau yang monster, mengatakan hal-hal yang tidak kupahami. Cewek sinting. Aku tidak membunuh mereka. Tangkap aku kalau kau punya bukti. Tidak ada bukti. Enyahlah kau!"
Nan Bo keluar lalu diam-diam menelepon seseorang dan menyuruh orang itu untuk menjalankan rencana. Para polisi itu butuh bukti, keluarkan semua rekaman yang dia dapatkan.
Cold Face dan Lao Dao pergi ke rumah mewahnya Situ Yi yang sangat amat rapi dan terlalu bersih. Dari salah satu rak, salah seorang petugas dengan mudahnya menemukan sebuah kamera yang di dalamnya berisi rekaman saat Situ Yi menyiksa korbannya, bahkan jeritan pilu korbannya terdengar begitu nyaring.
Sementara itu, Situ Yi masih terus dikurung di sana berjam-jam dan tim Black Shield mengawasinya dari ruang sebelah. Han Chen lalu menanyakan tugas yang tadi dia berikan pada Xiao Zhuan untuk mengawasi Nan Bo, apa dia sudah melakukannya?
Xiao Zhuan melapor kalau tadi Nan Bo minum dua kali dan mengetuk-ngetukkan jarinya sebanyak 7 kali dan setiap kali meletakkan gelasnya di meja, dia mengetukkannya hingga bersuara. Dan dia juga menyentuh telinganya sekali sebelum bicara pada mereka tadi.
Yang paling aneh menurut Xiao Zhuan, Nan Bo sepertinya selalu bisa memperkirakan strategi interogasinya Jin Xi.
Jin Xi tidak kaget, orang itu sangat berbakat, makanya dia bisa menduga semua strategi interogasinya.
Tapi Xiao Zhuan tidak mengerti, untuk apa sebenarnya dia harus mengamati semua itu? Han Chen mengklaim tak ada alasan.
Cold Face dan Lao Dao kembali saat itu dengan membawa bukti rekaman itu. Lao Dao terlebih dulu memperingatkan Jin Xi untuk siap mental sebelum dia melihat rekaman itu, soalnya rekaman itu mengerikan.
Jin Xi dan Han Chen langsung masuk kembali ke ruang interogasi dengan membawa barang bukti itu. Anehnya, kali ini Situ Yi dengan mudahnya menyerah dan mengakui kejahatannya.
Dia bahkan bersedia memberitahukan di mana dia membuang mayat-mayat lainnya. Tapi dia tidak mau membicarakan masa lalunya ataupun masalahnya.
"Tapi kuberitahu kalian. Yang memilih gadis-gadis itu bukan aku, melainkan takdir." Kata Situ Yi.
Xiao Zhuan senang, akhirnya mereka mendapatkan pengakuan tersangka. Dia bahkan langsung mengajak yang lain minum-minum.
Tapi Jin Xi masih tampak tak tenang saat mereka kembali ke meja kerja masing-masing. Dia merasa kasus ini berjalan terlalu mulus. Rasanya seperti ada seseorang yang menyodorkan pembunuh itu ke hadapan mereka. Dan apakah karakter api itu hanya representasi dari Situ Yi?
"Baiklah. Sebenarnya aku ingin kau tidur nyenyak dan karena itulah aku tidak memberitahumu. Tapi melihatmu seperti ini, sepertinya kau tidak akan bisa tidur."
Han Chen lalu menulis huruf E besar di selembar kertas dan L di kertas lainnya. Dia lalu membalik bentuk L-nya dan menempelkannya dibawah huruf E. Perpaduan kedua huruf itu pun berubah menjadi simbol yang tertulis di batu yang mereka temukan di dekat korban.
"Maksudmu sindikat pembunuh itu dengan sengaja menyodorkan si pembunuh ini pada kita selama ini?"
"Tapi E sudah meninggal."
"Menurutku, mungkin L ingin melindungi E tapi tidak berhasil. Sekarang kalau dipikir-pikir, kita menemukan tentang pembunuh berantai cosplay ini sebelum kita menemukan tentang E."
"Seseorang lainnya juga mengekspos dirinya sendiri," ujar Han Chen sambil menunjukkan headphone yang tadinya dipakai Situ Yi.
Xiao Zhuan mulai mengerti sekarang kenapa Han Chen tadi menyuruhnya untuk mengawasi pergerakan Nan Bo, karena siapa tahu dia punya maksud tersembunyi.
"Dia ingin mengontrol Situ Yi."
Jin Xi menduga kalau Nan Bo bukan ingin mengontrol Situ Yi, tapi mengganggu. Situ Yi ini menyusahkan, dia monster pembunuh berantai dan Sindikat Alfabet pasti ingin menutupi sesuatu.
"Karena itulah kasus ini hanya akan selesai jika kita menangkap semua anggota sindikat itu. Semuanya, bekerja keraslah!"
Si Bai sedang mengotopsi dua mayat yang sudah jadi tengkorak dan masing-masing memegang pisau yang sudah karatan.
Melihat dari arah bengkoknya tulang mereka, dia memutar salah satu mayat lalu memposisikan kedua tangan mereka yang sama-sama memegang pisau ke t**uh satu sama lain dan mendapati kedua orang ini meninggal karena saling membunuh.
Dalam flashback... kita melihat kedua mayat itu ternyata dulunya adalah korbannya Nan Bo alias si K dan mungkin mereka saling membunuh satu sama lain setelah dihipnotis.
Saat E dan T melihat apa yang diperbuatnya, E sontak mengkonfrontasi perbuatan K itu. K santai menyinggung E yang bahkan tidak pernah membunuh.
T langsung membela Xin Jia. Xin Jia tidak mau membunuh, itu pilihannya. Tidak seperti K yang punya cacat kepribadian dan tidak punya perasaan.
Kesal, K langsung menghipnotis T dengan memutar-mutar gelas wine-nya dan balas menyinggung kematian ayahnya T.
1 Comments
Lanjuutt min...
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam