Sinopsis How, Boss Wants to Marry Me Episode 3 - 4

 Sinopsis How, Boss Wants to Marry Me Episode 3 - 4

Anran berkomentar kalau Yi Zhou kan bisa saja berinvestasi di sebuah drama dan menjadikan Xia Lin sebagai aktris utama. Xia Lin menolak, dia lebih suka masalah pribadi dan masalah pekerjaan terpisah.


Chu Yan langsung mendengus sinis, Bukankah waktu itu Xia Lin terlihat di audisi iklan untuk Group Ling? Memisahkan kehidupan pribadi dan pekerjaan apaan?

Kesal, Xia Lin langsung merangkul tangan Yi Zhou mesra dan memberitahu Chu Yan bahwa waktu itu mereka masih belum saling mengenal.

"Tentu saja dia tidak mengenalmu, tapi entah apakah kau mengenalnya atau tidak."

"Aku yang mengejarnya duluan." Tegas Yi Zhou sambil menggenggam mesra tangan Xia Lin.


Cemburu, Anran buru-buru menyuruh mereka untuk makan saja dulu, nanti saja melanjutkan cerita cinta mereka.

Yi Zhou langsung balas dendam dengan menyuapi Xia Lin sepotong bawang putih dan mengklaim kalau 'Mumu' sangat menyukai bawang putih. Wkwkwk! Xia Lin terpaksa menelannya sambil nyengir garing.


Usai makan malam, kedua pria minum-minum di taman. Chu Yan terang-terangan mengaku kalau dia tidak suka dan tidak setuju dengan Xia Lin. Biarpun Xia Lin itu terlihat seperti gadis lugu yang tidak menginginkan apapun dari Xia Lin, tapi dia itu sebenarnya sangat pintar.

Coba pikir deh, seorang aktris bisa melakukan apapun demi menjadi terkenal, Chu Yan sering banget melihat cewek semacam ini. Makanya, sebaiknya Yi Zhou memikirkan segalanya dengan baik dan jangan terpedaya olehnya.

Yi Zhou geli mendengarnya. "Apa kau pernah melihat aku ditipu?"

"Aku tidak mencemaskan hal lain, tapi dalam masalah cinta, kau itu seperti papan tulis kosong dengan pengalaman yang sangat sedikit. Siapa yang tahu kau akan gila?"


"Mana mungkin. Menikah adalah keputusanku sendiri."

"Lalu apa kau secara pribadi tahu seperti apa dia?"

"Siapapun dia, aku tetap menyukainya."

"Kurasa kau sudah dibodohi."

"Kalau dia benar-benar membodohiku, aku rela."

Chu Yan tak percaya mendengarnya. Temannya yang masih lugu ini benar-benar sedang dimabuk cinta. Kalau begitu, dia harus membuat Yi Zhou melihat bagaimana Xia Lin yang sebenarnya.


Maka kemudian dia sengaja ikut pulang ke rumah Yi Zhou sambil berakting mabuk dan ngotot mau tidur di rumah ini saja. Tak masalah biarpun tidak ada kamar kosong, dia bisa tidur di sofa.

"Aduh!!! Kepalaku sakit!"

Yi Zhou tak terpedaya sedikitpun. "Aturan keluargaku adalah menutup pintu jam 10 malam. Sekarang jam 9.30, kau cuma waktu setengah jam untuk bangun dan pergi."

Xia Lin kaget, dia baru tahu kalau ada aturan semacam itu di rumah ini. Chu Yan pantang menyerah dan langsung jejeritan lebay mengklaim dirinya sakit perut sekarang. Dia perlu ke kamar mandi. Yi Zhou santai saja mengikutinya naik ke kamar mandi.

 

Tapi pemandangan itu malah membuat Xia Lin jadi berkhayal liar... membayangkan kedua pria itu di kamar mandi sedang cuci tangan mesra sambil melempar pandang malu-malu. Wkwkwk!

 

Padahal di kamar mandi, muka Chu Yan asem banget gara-gara Yi Zhou malah mengancamnya untuk berhenti bertingkah atau persahabatan diantara mereka akan putus.


Mumpung cuma berduaan, Anran memanfaatkannya untuk ngobrol dengan Xia Lin. Dia memberitahu Xia Lin kalau dia tumbuh bersama Yi Zhou. Karena itulah dia selalu penasaran wanita seperti apa yang Yi Zhou sukai.

"Sebaiknya kau tidak berpikir kalau wanita itu aku, aku juga takut."

"Mungkin orang-orang itu (yang Yi Zhou sukai) adalah orang-orang yang sangat berbeda darinya."

Xia Lin mengiyakannya saja sambil membatin sinis. Sayang sekali yang Yi Zhou sukai justru pria yang sangat berbeda darinya.

Anran memberitahu Xia Lin kalau Yi Zhou itu orang yang suka pilih-pilih makanan dan punya beberapa kebiasaan. Kalau Xia Lin mau tahu, Xia Lin boleh tanya padanya.

"Tidak perlu, aku tidak akan mengganggumu." Tolak Xia Lin. "Aku bisa tanya langsung padanya."

Anran mendengus kecewa mendengarnya. Baiklah. Tapi dia tidak punya banyak teman, bolehkah dia menelepon Xia Lin kalau kapan-kapan dia ingin shopping?

"Tentu, tidak masalah."

"Apa yang kalian bicarakan?" Tanya Yi Zhou. "Chu Yan sudah merasa baikan. Anran, kau bisa pulang bersamanya."


Kedua orang itu akhirnya pergi, tapi tidak pulang. Anran malah melampiaskan frustasinya dengan minum-minum di bar. Chu Yan sampai cemas dan berusaha mencegahnya.

"Kakak Chu, apa kau tahu? Sejak kecil sampai dewasa, aku selalu bisa mendapatkan apapun yang kuinginkan dengan mudah. Jadi kali ini pun akan sama. Akhirnya, dia akan menjadi milikku."

"Kau pikir si tua Ling itu boneka barbie yang bisa kau beli dengan uang? Sebaiknya kau menyerah saja, terlalu sulit untuk menaklukkannya. Bagaimana kalau kau jadi pacarku saja?"

"Kakak Chu Yan, memangnya kau pernah mencintai seorang wanita?"

"Fansku banyak yang tergila-gila mencintaiku. Kalau aku pilih satu, yang lain pasti bakalan nangis."

"Makanya kau tidak mengerti. Cinta itu bukan kehidupan, aku harus mendapatkannya! Ling Yi Zhou, kau harus menjadi milikku."


Fei Fei prihatin mendengar sahabatnya itu bertemu dengan dua orang saingan cinta, Ling Yi Zhou ternyata menarik bagi pria dan wanita.

Tapi Xia Lin kadang bingung, soalnya sikap Yi Zhou terkadang kayak cowok normal. Hmm, Fei Fei jadi curiga. Jangan-jangan mereka berdua sudah...

"Tidak! Hubungan kami murni hubungan teman serumah. Ini cuma perasaanku saja."

"Kalau begitu, gampang saja. Kau akan mengetahuinya kalau kau mencobanya."

"Caranya?"


Tak lama kemudian, Xia Lin mendatangi ruang kerja Yi Zhou lalu mencoba menarik perhatiannya dengan berpose s**si pakai baju terbuka. Yi Zhou bingung, dia kenapa?

"Mau nonton TV bersama?"

"Apa kau merasa kedinginan?" Bingung Yi Zhou.

Xia Lin tak percaya mendengarnya. Reaksinya itu membuat Xia Lin jadi yakin akan kata-kata Fei Fei bahwa seorang g*y tidak tertarik pada wanita. Bahkan sekalipun dia te*****ng bulat di hadapannya, Yi Zhou tidak akan tergoda.


Saat mereka nonton TV bersama, Yi Zhou tampak fokus melihat iklan cowok mandi lalu tanya ke Xia Lin. Menurutnya, model iklan itu tampan atau tidak? Kalau menurutnya, Chu Yan itu lebih tampan daripada si model.

Xia Lin makin tercengang mendengarnya, soalnya Fei Fei pernah bilang bahwa seorang g*y pasti akan mengomentari pria lainnya. Cinta benar-benar buta.

Cara terakhir menurut Fei Fei, ini cara paling efektif, yaitu membuatnya mabuk. Kalau dia mabuk, maka Xia Lin bisa menginterogasinya. Maka Xia Lin tanya apakah di rumah ini ada wine?

"Kau bisa minum?"

"Serius deh, aku bisa minum banyak sekali alkohol."

 

Tapi tak lama kemudian, Xia Lin malah ketagihan sampai menghabiskan satu botol wine dan akhirnya mabuk duluan lalu blak-blakan tanya apakah dia menyukai Chu Yan atau Wen Li? Jangan takut, katakan saja sejujurnya, dia janji akan menjaga rahasianya?

"Dan aku akan menghormatimu sebagai seorang g*y."

"Siapa yang memberitahumu?"


"Aku menebaknya. Kau bersih, tidak merokok, dan punya selera bagus, dan kau tidaak tertarik pada wanita." Cerocos Xia Lin sambil duduk dengan santainya di pangkuan Yi Zhou.

"Siapa yang memberitamu kalau aku tidak tertarik pada wanita?"

"Memangnya tidak?"

"Aku akan dengan senang hati membuktikannya padamu."

Mendengar itu, tiba-tiba saja Xia Lin menautkan bibir mereka yang jelas saja membuat Yi Zhou shock.

Epilog:



Saat si pencuri itu berhasil melarikan diri dari Xia Lin, tiba-tiba saja muncul dua bodyguard sangar menghadangnya dari dua arah. Wkwkwk! Si pencuri kontan gemetar ketakutan, dan begitulah bagaimana kemudian dia mengembalikan dompet itu ke Xia Lin.

Yi Zhou mendapat laporan itu tak lama kemudian lalu memerintahkan Wen Li untuk terus melindungi Xia Lin.

"Baik, Bos. Saya akan melakukan yang terbaik."

Bersambung ke episode 4

Post a Comment

4 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam