Sinopsis Memory Lost Episode 4 - 2

Sinopsis Memory Lost Episode 4 - 2



Xiao Zhuan mulai menelusuri Jalan Feng Yuan. Di tengah jalan, dia berpapasan dengan seorang pesepeda motor. Yakin kalau itu si tersangka, Xiao Zhuan langsung putar arah mengejarnya.

Jin Xi menghubunginya saat itu. Xiao Zhuan pun melapor kalau dia sedang mengejar tersangka sekarang. Dia sekarang sedang menuju ke taman hiburan. Han Chen pun langsung ngebut ke sana.


Xiao Zhuan berusaha mengejar secepat mungkin. Tapi sayang, dia kehilangan si tersangka dengan cepat saat si tersangka nekat melaju menuruni tangga. Begitu mendapat laporan itu, Han Chen langsung ngebut makin cepat.


Mereka tiba di depan gedung sirkus, tepat saat mereka melihat si tersangka juga baru tiba. 

Selama beberapa saat, mereka kejar-kejaran dan berputar-putar sampai si tersangka meninggalkan sepeda motornya di depan gedung dan bergegas masuk.

Han Chen dan Jin Xi pun bergegas masuk mencarinya. Mereka tanya ke salah satu pegawai, apa dia melihat orang yang basah kuyup. Si pegawai menunjuk ke suatu arah.


Mereka pun pergi mengikuti arahannya... tapi malah mendapati tempat itu adalah panggung pertunjukkan sirkus dan para badut sedang main perang air bersama para penonton.


Mereka buru-buru ke belakang panggung dan menanyakan keberadaan Fang Ping. Si pegawai berkata kalau Fang Ping sedang mabuk dan sekarang istirahat di ruang peralatan.

Saat mereka masuk ke sana, mereka mendapati Fang Ping tidur di kursi dan menutupi wajahnya dengan topi. Han Chen mengarahkan lampu ke wajahnya lalu mencopot topinya untuk mengecek apakah Fang Ping tidur beneran.

Fang Ping bergerak dalam tidurnya karena merasakan gangguan itu tapi dia tidak bangun. Sepertinya dia tidur betulan. Han Chen mengecek bajunya dan mendapati bajunya kering. Tak mendapati apapun, mereka pun pergi ke Mall Chen Xi.


Seorang satpam sedang diinterogasi saat mereka tiba. Dia yang menemukan korban. Tadi saat dia sedang patroli, dia melihat ada yang aneh di area permainan ini. Saat dia mengarahkan senternya, dia menemukan sebuah baju tergeletak di sana.

Lalu tiba-tiba saja dia mendengar sesuatu bergerak dari dalam kolam bola. Saat dia mengarahkan senternya ke situ, tampak tak ada yang aneh. Tapi tiba-tiba saja seorang pria muncul dan langsung melompat menyerangnya lalu cepat-cepat kabur.

Satpam terlalu shock hingga dia tidak sempat mengejar pria itu. Saat dia kembali mengarahkan senternya ke kolam bola, dia malah mendapati seorang wanita setengah terkubur di sana.


Han Chen tanya apakah korban terluka. Polisi yang bertugas bilang tidak, untunglah dia belum sempat diapa-apakan oleh si pelaku gara-gara ketahuan duluan.

"Kau konfirmasilah status korban, aku akan berkeliling untuk mencari lebih banyak informasi." Perintah Han Chen.

Jin Xi tak percaya mendengarnya, apa Han Chen sedang memberinya perintah? Han Chen cuma menatapanya sinis lalu pergi yang jelas membuat Jin Xi kesal padanya.


Korban - Nona Zhao, masih sesenggukan saat Jin Xi tiba. Berbeda dari dua korban sebelumnya yang mana mereka ditemukan dengan memakai kostum, Nona Zhao masih memakai pakaian biasa. Jin Xi menawarkan tisu dan memberitahu Nona Zhao kalau dia cukup beruntung karena pelaku tidak melakukan apapun padanya.

"Tapi aku sangat ketakutan."

Membaca informasi profil korban, Jin Xi mendapati kalau dia adalah pemandu wisata dan tinggal di daerah ini. Jin Xi tanya pada petugas, apa Nona Zhao dalam keadaan seperti ini saat mereka menemukannya.

Petugas membenarkannya. Mereka menemukan cheongsam (baju tradisional Cina) di TKP. Sepertinya pelaku ketahuan terlalu cepat, jadi dia tidak punya waktu untuk mendandani Nona Zhao.

Nona Zhao tidak mengerti, "Kenapa orang c***l itu menargetku?"

"Karena dia orang c***l. Logikanya berbeda dari orang normal. Tapi karena dia punya logika, aku bisa mengidentifikasinya berdasarkan logikanya."


Jin Xi tanya apakah Nona Zhao bermimpi saat dia dihipnotis? Nona Zhao membenarkannya. Dia bermimpi dirinya jadi peri cantik di sebuah tempat yang sangat amat indah, jauh lebih indah daripada semua tempat wisata yang pernah didatanginya.

Lalu kemudian, muncullah seorang pangeran peri tampan. Pangeran itu mengundangnya mendekat, Nona Zhao pun perlahan mendekat padanya.


Mereka hampir saja berc**man, tapi tiba-tiba muncul sebuah lubang hitam yang menghisap pangeran peri ke dalamnya dan mereka pun terpisah.

Nona Zhao kira itu mimpi yang indah, tapi ternyata tidak. Saat dia bangun, dia malah mendapati dirinya hampir diperk***a.


Xiao Zhuan datang tak lama kemudian dan melapor kalau ternyata informasi tentang memata-matai Fang Ping itu sudah bocor duluan dari mulut ke mulut di antara para pegawai taman hiburan. Jin Xi langsung kesal, pantas saja mereka kehilangan jejak Fang Ping, dia pasti sudah tahu.

Xiao Zhuan memperhatikan kalau reaksi Nona Zhao terhadap mimpi indahnya, tidak sehebat reaksi dua korban sebelumnya. Jin Xi berpikir apa mungkin karena dia tahu kalau dia dimata-matai, dia jadi terpengaruh.

Seorang polisi lain melapor bahwa mereka menemukan jejak sepatu tersangka di lumpur. Sepertinya dia terburu-buru melarikan diri sampai menginjak lumpur di pintu belakang.


Saat Jin Xi tiba di sana, dia mendapati Han Chen baru saja selesai mengamati jejak sepatu itu. Han Chen menawarkan kotak permennya. Jin Xi menerimanya sambil mengeluh bingung menghadapi perubahan situasi di kasus ketiga ini.

Han Chen setuju, mereka perlu menemukan lebih banyak bukti. Jin Xi melempar kembali kotak permennya ke Han Chen dan berkata kalau mereka perlu mereview ulang kasus ini lebih detil. Dia yakin ada sesuatu yang mereka lewatkan atau belum mereka temukan.


"Wajahmu," kata Han Chen tiba-tiba.

Jin Xi bingung, memangnya kenapa dengan wajahnya? Han Chen tak mengatakan apapun, tapi dia langsung mengusap pipi Jin Xi dengan lembut, wajahnya kotor. 

Xiao Zhuan kaget melihat kedekatan mereka. Jin Xi buru-buru menyeka wajahnya lalu mengajak Han Chen sarapan bersamanya.


Han Chen setuju. Mereka hendak pergi. Tapi tepat saat itu juga, Xiao Zhuan melihat Si Bai datang. Cemburu, Si Bai pun berbalik pergi.

Xiao Zhuan buru-buru menghentikan Jin Xi dan tanya apakah Han Chen barusan menyentuh wajah Jin Xi. 

Canggung dan malu, Jin Xi langsung menjitak kepala Xiao Zhuan. Dia mikir apa sih? Han Chen cuma membantu membersihkan wajahnya karena wajahnya kotor.

"Begitu? Tapi teman baikmu melihatmu sepanjang waktu tadi."

 

Saat itulah dia melihat Si Bai yang berjalan pergi. Jin Xi pun bergegas menyusul Si Bai, kenapa Si Bai tidak memanggilnya dan langsung pergi? Si Bai beralasan kalau dia hanya baru ingat kalau dia ada urusan lain di rumah sakit.

"Kudengar, kepribadian orang itu tidak baik. Aku tidak suka kau berteman dengannya."

Jin Xi menyangkalnya. Dia hanya bekerja sama dengan Han Chen untuk memecahkan kasus. Tapi biarpun pria itu kelihatan agak arogan, tapi sebenarnya dia cukup baik kok. Han Chen juga mengajarinya banyak hal.

"Intinya, dia tidak seperti yang kau pikirkan."


Si Bai lalu mengalihkan topik mengajak Jin Xi sarapan bersama. Jin Xi setuju... sebelum kemudian ingat kalau dia juga sudah janjian dengan Han Chen. Akhirnya dia berinisiatif untuk mengundang Han Chen sarapan bersamanya dan Si Bai.

Tapi Han Chen yang sedari tadi diam memperhatikan interaksi akrab mereka, tampak cemburu dan langsung berjalan pergi tanpa mengucap sepatah kata.

Jin Xi jadi tak enak gara-gara itu dan akhirnya memutuskan untuk menolak undangan makan Si Bai. Lain kali saja mereka makan bersama, Jin Xi janji akan mentraktir Si Bai sebagai ungkapan terima kasih atas bantuan Si Bai sebelumnya.


Dalam perjalanan kembali ke kantor, Jin Xi memerintahkan Xiao Zhuan untuk mengambil semua informasi pribadi dari semua tersangka di sirkus.

Melihat Jin Xi membawa makanan hangat untuk Han Chen, Xiao Zhuan bertanya-tanya, apa mungkin Jin Xi mulai menyukai Han Chen? Soalnya tadi waktu Jin Xi melihat Han Chen marah, dia langsung menolak undangan sarapannya Si Bai. Jin Xi langsung diam tak menjawabnya.

"Jangan khawatir. Aku selalu mendukungmu. Siapapun yang kau sukai, aku akan mendukungmu tanpa syarat."

Hanya saja, dia merasa kasihan pada Dr. Xu. Selama ini dia selalu baik pada Jin Xi, lalu tiba-tiba saja muncul orang lain. Pepatah memang benar, kehendak langit jauh lebih pasti daripada teman masa kecil.


Jin Xi langsung kesal menyodok kepalanya, bisa tidak sih dia mikir yang benar sedikit? Masa dia tidak tahu bagaimana hubungannya dengan Si Bai?

"Han Chen? Aku tidak boleh menyukainya."

"Kenapa? Dia kan baik dan berbakat. Segala sesuatu tentangnya membuat orang lain kagum."

"Dia terlalu sempurna."


Setibanya di kantor, Jin Xi mendapati Han Chen sedang makan sandwich sambil memikirkan ketiga kasus itu. Jin Xi memberikan makanan hangat yang dibawanya, tapi Han Chen tampaknya masih ngambek dan mengacuhkannya.

"Kau kenapa? Kau tadi sangat terburu-buru. Aku tahu kalau aku bilang aku mau makan denganmu. Tapi semua orang juga belum makan, kenapa kau marah dan pergi?"

"Menghargai pria tampan, meremehkan teman dan tidak menepati janji. Itu normal, kau tidak perlu menjelaskannya padaku. Kau juga tidak berhutang padaku."

"Siapa yang menghargai pria tampan? Apa Zhou Xiao Zhuan mengatakan sesuatu padamu?"


Han Chen mengalihkan topik menanyakan makanan yang dibawanya. Jin Xi langsung senang memberitahu kalau dia membelikan pangsit, isinya daging dan kubis. Dia membelinya di kios pinggir jalan yang terkenal.

Han Chen hampir saja mengambilnya. Tapi begitu mendengar itu dibeli dari kios pinggir jalan, dia langsung urung dan cuma berterima kasih atas kebaikan Jin Xi.

Jin Xi jelas kesal tidak terima. "Apa kau meremehkan kios pinggir jalan? Astaga. Kios itu ada di kota lama. Kualitasnya tidak kalah daripada resto besar. Lagipula, kebanyakan makanan enak itu dijual di kios lama."

Tapi Han Chen cuma menatapnya dengan acuh. Kesal, Jin Xi mengambil kembali makanan itu dan berbalik mengacuhkannya.


Xiao Zhuan datang tak lama kemudian memberikan semua dokumen yang Jin Xi minta tadi. "Kalian berdua akan menganalisa kasus, kan? Apa aku boleh dengar?"

"Terserah kau."

Han Chen mengizinkan Jin Xi bicara duluan. Jin Xi mengeluh kesal, baiklah, dia akan bicara duluan. 

Dari kedua kasus sebelumnya, dia menyimpulkan jika si pelaku adalah orang yang tenang dan pendiam.

Akan tetapi, berdasarkan investigasi kasus ketiga, Jin Xi merasa Cheng Fang Ping tidak terlalu cocok dengan deskripsi si pelaku. TKP diatur dengan baik dan rapi dan begitupun dengan mimpi yang dia buat untuk para korbannya.

Semua itu membuat Jin Xi berpikir bahwa pelaku ingin mewujudkan imajinasi untuk membuktikan dirinya. Bahkan apa yang diperbuatnya itu bisa membuatnya menyangkal fakta kalau dia sebenarnya melakukan kejahatan.


Akan tetapi kasusnya Nona Zhao tidak seperti itu, banyak yang berbeda. Xiao Zhuan tidak mengerti apa bedanya selain dia ketahuan satpam.

Jin Xi menjelaskan bahwa dalam dua kasus sebelumnya, si pelaku membuat segalanya dengan sangat sempurna yang pastinya butuh waktu lama untuk mempersiapkannya. Pekerjaan Fang Ping sebagai pesulap sangat sesuai dengan semua itu.

Karena mereka mencurigainya, mereka pun membuntutinya dan kasus ketiga pun terjadi. Tapi saat kasus ketiga terjadi, Fang Ping tidak ada di TKP. Karena itulah, Jin Xi menduga, apa mungkin ada dua orang yang saling bekerja sama.


Di tempat lain, seorang pria misterius tampak sedang membakar beberapa surat yang bersegel K. Sepertinya dia memang diperintah untuk membakar surat-surat itu setelah selesai membacanya.

Terdengar narasi seseorang yang berkata bahwa hipnotis tidak bisa dilakukan jika kita tidak mengetahui apapun tentang target mereka.

Uang dan kekuasaan, semua itu tidak cukup memiliki kekuatan. Kedua hal itu mungkin bisa mengontrol beberapa orang. Tapi beberapa orang lainnya, tidak akan terpengaruh.

Hanya satu hal yang membuat semua orang sama, yaitu ketakutan. Kunci utama untuk menghipnotis orang adalah ketakutan paling dalam di dalam hati korban.

Bersambung ke episode 5

Post a Comment

0 Comments