"Augh! Aku punya lingkaran hitam. Kalau tambah menghitam terus dan si Han brengs*k melihatnya, entah bagaimana dia akan menggodaku nantinya." Gerutu Jin Xi.
"Menggodamu untuk apa?" Sapa Han Chen dari belakang.
"Dari mana kau datang? Kayak hantu saja bergerak tanpa suara."
"Bagaimana denganmu sendiri? Berkicau seperti burung pipit." Goda Han Chen sambil berkutat dengan komputernya.
"Burung pipit? Kalau aku burung, setidaknya aku akan jadi angsa."
"Angsa bermata panda. Apa itu jenis hewan baru?"
"Perkiraanku tidak salah. Kau pasti akan menggodaku. Hei! aku ini cewek, tahu. Salah kalau aku merawat diriku sesekali?"
"Kau cewek? Kalau begitu kontrollah ekspresi wajahmu sedikit. Masker matamu itu mungkin bisa copot."
"Apa kau tidak bisa melihat sisi feminin dalam diriku? Kau benar-benar Han brengs*k! Han brengs*k! Han brengs*k!"
"Apa semua siap di Xi Cheng?" Tanya Han Chen mendadak ganti topik.
Jangan khawatir. Semuanya sudah siap. Di Xi Cheng ada dua target, Xiao Chuan dan Lao Dao ada di sana. Semua orang bekerja keras sampai kurang tidur, tapi apa yang Han Chen lakukan?
Han Chen santai menunjukkan sesuatu yang sedari tadi dikerjakannya di komputer. Ternyata dia sedang merangkum area-area yang mungkin akan jadi lokasi pembunuhan selanjutnya.
Tapi Han Chen ragu kalau orang-orang ini yang akan jadi korban selanjutnya bukan orang-orang dalam daftar itu. Jin Xi yakin kalau si pembunuh tidak akan memilih korbannya besok.
"Psikolog kriminal, apa kau punya ide brilian?"
Jin Xi mulai menyebutkan 3 orang lainnya yang punya kasus sama persis dengan ketiga korban. Orang-orang yang sama-sama menghancurkan keluarganya, mengkhianati kekasihnya dan menggunakan kekuasaan keluarganya untuk lepas dari jeratan hukum.
Lalu kemudian ada seseorang lainnya yang bernama Luo Kai Fang, seorang wakil kepala sekolah di SMA Lan Ying. Dulunya dia bekerja di SMA di daerah pinggiran kota. Kabarnya, dia pernah melakukan perbuatan buruk pada murid perempuan yang kemudian berujung pada kematian si murid, tapi kasus itu ditutup.
Dia dipindahkan ke SMA di kota berkat kehebatannya mengajar hingga dia berhasil menjadi wakil kepala sekolah. Menurut Jin Xi, T tidak mungkin membunuh semua orang ini. Jika dia adalah T, dia pasti akan memilih target yang beda tipe dari ketiga korban.
Berbeda dari biasanya, kali ini Han Chen tampak serius mendengarkan analisis psikologinya Jin Xi. Tapi saat Jin Xi menyuruhnya untuk mengakui kalau psikologi kriminal memang bermanfaat, Han Chen menolak mengakuinya.
"Kau hidup dengan rasa bersalah, tapi masih ingin menyelamatkan mukamu sampai kau mati. Hei! Memangnya kau bakalan mati kalau harus mengakui kalau psikologi kriminal itu berguna?" Kesal Jin Xi sambil mengambil cangkirnya.
Tapi Han Chen tiba-tiba mencegahnya. Jin Xi langsung menampik tangan Han Chen dengan kesal dan menyuruhnya ambil minum sendiri saja. Dia santai meminum airnya... tepat saat dia melihat cangkir yang bentuknya sama persis, ada di mejanya sendiri. Oops!
Han Chen santai mengambil kembali cangkir itu di tangan Jin Xi. "Seharusnya aku yang bilang begitu. Apa kau sangat suka minum air sisaku?"
Han Chen sudah mau meminum airnya, tapi Jin Xi buru-buru mencegahnya. Cangkir itu memang milik Han Chen, tapi kan dia sudah memakainya. Terus ngapain Han Chen mengambilnya lagi?
Jin Xi mau mengambil kembali cangkir itu, tapi Han Chen cekatan menangkap tangannya lalu memutarnya hingga posisinya merngkul Jin Xi lalu menghabiskan airnya.
Segala hal punya aturannya sendiri. Cangkir ini miliknya, jadi harus dia yang menghabiskan semua air di dalamnya. Lagipula dia minum di sisi sebelah dan Jin Xi minum dari sisi sebelah satunya, kelihatan jelas dari bekas lipstiknya.
"Bukankah kau bilang kau lelah. Istirahatlah di ruang meeting. Akan kupanggil kau kalau terjadi sesuatu."
Malu, Jin Xi berjalan keluar sambil menggumam sendiri, berusaha menasehati dirinya sendiri untuk tetap tenang, lebih baik tidur saja sekarang.
Dalam tidurnya, Jin Xi berjalan seorang diri di sebuah terowongan sepi. Tapi tiba-tiba dia mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Ketakutan, Jin Xi langsung lari. Tapi tiba-tiba saja muncul segerombolan orang dari arah berlawanan yang menghalangi jalannya.
Seseorang menubruknya hingga dia berbalik dan tiba-tiba saja ada sinar laser senapan yang terarah ke kepalanya dan T ada di ujung terowongan, sedang menargetnya dengan senapannya dan berkata.
"Apa kau mencariku? Seorang sniper bisa menyembunyikan dirinya dengan baik di keramaian. Kau tidak bisa melakukan tindakan pencegahan melawanku tak peduli sepintar apapun kau. Good Luck!"
T menembaknya dan Jin Xi tersentak bangun dari mimpi buruknya itu. Saat dia mulai tenang, dia mendapati jaketnya Han Chen menyelimutinya dan Han Chen sendiri sedang sibuk bekerja di dekatnya.
Cold Face datang sesaat kemudian dengan membawa makanan. Han Chen cemas, apa dia mimpi buruk barusan? Jin Xi mengiyakannya. Dia bermimpi T mengejarnya dengan senapan. Dalam mimpinya, T bilang kalau dia menyembunyikan diri di dalam keramaian dan mereka tidak mengetahuinya.
Berdasarkan komentarnya di internet, Jin Xi merasa kalau walaupun komentarnya tidak banyak kata, tapi ada dua ciri yang jelas. Pertama, singkat dan sederhana. Orang seperti ini, biasanya adalah orang yang introvert di dunia nyata. Kedua, biarpun dia mengambil nyawa orang lain, tapi sepertinya dia tidak mengutamakan ego.
Tipe orang pertama adalah dia menghukum penjahat untuk menjadi pahlawan dan menjadi terkenal. Tipe orang kedua adalah dia tidak peduli akan keuntungan apa yang dia dapat dengan melakukan kejahatannya itu.
Dan menurut Jin Xi, T adalah pembunuh tipe kedua. Apalagi dia tidak pernah bilang kalau dialah yang akan menghukum orang-orang itu.
"Maksudmu, dia pembunuh yang baik?" Tnya Cold Face
Itu penggambaran yang kurang cocok. Tapi Jin Xi mengakui kalau si T ini levelnya lebih tinggi daripada pembunuh jahat yang lain.
Selesai makan, Han Chen melihat Jin Xi tampak masih lelah dan menyuruhnya tidur lagi saja. Jin Xi pun kembali tiduran di sofa, tapi diam-diam mengintip Han Chen.
Tiba-tiba Han Chen berpaling padanya dan tanya apakah dia tidak bisa tidur? Jin Xi buru-buru menutup mata dan berbalik membelakanginya.
Han Chen sendiri juga lelah dan memutuskan menyudahi pekerjaannya. Tapi sebelum itu, dia menyelimuti Jin Xi dengan jaketnya lalu keluar. Tapi begitu pintu tertutup, Jin Xi ternyata belum tidur dan merapatkan jaketnya Han Chen dengan senyum.
Saat Jin Xi terbangun keesokan paginya, dia mendapati Han Chen masih tidur di sofa. Diam-diam dia menyelimuti Han Chen dengan jaketnya, saat tiba-tiba saja Han Chen mendkapnya sambil ngelindur. "Akhirnya aku menemukanmu. Jangan tinggalkan aku, kumohon."
Canggung dan malu, Jin Xi cepat-cepat membangunkan Han Chen. Dia melihat apa sih dalam mimpinya? "Aku cuma mau menyelimutimu karena aku takut kau masuk angin. Tapi apa yang kau lakukan padaku? Kau menganggapku maling sampai kau mendkapku dan tidak melepaskanku."
"Maaf. Aku hanya bermimpi."
Jin Xi sok cool tak mempermasalahkannya. Tapi begitu Han Chen keluar untuk cuci muka, dia langsung tersenyum malu-malu.
Han Chen ditelepon Xiao Zhuan yang mengaku kalau dia sudah menemukan orang yang mungkin akan jadi korban selanjutnya. Han Chen menebak duluan sesuai prediksi Jin Xi, Wakasek Luo.
Wah! Xiao Zhuan langsung kagum. Dia benr-benar Dewa Han. Dia baru saja dapat info kalau dua hari yang lalu Wakasek Luo dikerjai seseorang yang menembak tinta merah ke dadanya.
Dia sudah tanya ke para target lainnya, tapi hanya Wakasek Luo yang mengalaminya. Han Chen pun mengintruksikan Xiao Zhuan untuk melindungi Wakasek Luo.
Di dalam, Jin Xi mengeluarkan foto Tim Black Shield dan memandangi fotonya Han Chen. "Kau itu sangat dingin, tapi berusaha sok cool. Siapa sangka kalau kau bisa gelisah saat bermimpi."
Dia lalu menggambar heart kecil di dadanya Han Chen tepat saat Han Chen memanggilnya dari belakang dan mengajaknya keluar untuk mengecek apakah tebakannya Jin Xi benar atau tidak. Untunglah Han Chen belum melihat apa yang barusan dilakukannya dan Jin Xi cepat-cepat membalik fotonya sebelum pergi.
Semua polisi menyamar dan berjaga di seluruh gedung sekolah itu, bahkan Wakasek Luo pun sudah bersiap. Tapi bahkan sampai siang, tidak ada yang terjadi.
Ponselnya Han Chen berbunyi tak lama kemudian dan Cold Face melapor bahwa 20 menit yang lalu, seseorang memposting tentang pembunuhan berantai itu dan sekarang T dipuja-puja sebagai kesatria Kota Lan dan korban lain ditemukan di tempat lain.
Dalam perjalanan menuju TKP, Xiao Zhuan membaca postingan itu dan mendapati banyak netizen yang mengagumi T sebagai Robin Hood jaman modern yang menggunakan kejahatan untuk menumpas kejahatan dan menegakkan kebenaran.
Lao Dao langsung merutuk kesal. Gara-gara postingan ini, T pasti tahu kalau mereka baru saja menemukan koneksi antar korban. Kalau begini, dia tidak akan muncul sesuai rencana.
Tapi menurut Han Chen justru sebaliknya. Kasusnya Nona Chen mendapat perhatian publik, jadi T pasti sudah menyadari kalau polisi pasti akan menemukan targetnya yang lain. Dia yakin kalau T pasti tidak ingin membunuh mereka sejak awal, mereka cuma dimanfaatkan.
Dia pembunuh profesional. Dia selalu penuh persiapan sebelum memulai aksinya. Setiap orang yang dia pilih, sudah dimata-matai dulu olehnya. Tentunya itu butuh waktu. Tapi orang-orang yang dipilihnya dilindungi polisi, jadi dia pasti tidak akan berani mengambil resiko.
Setibanya di TKP yang merupakan perusahaan peminjaman kredit, mereka mendapati ada 2 korban yang tertembak. Kedua korban tampaknya sedang ngobrol saling berhadapan saat sebuah peluru menembus kaca dan kepala korban pertama, lalu peluru kedua segera ditembakkan tepat mengenai jantung korban kedua.
Tapi Jin Xi bingung karena kedua korban ini bukan orang-orang yang mereka prediksi akan jadi korban. Xiao Zhuan juga tidak menemukan postingan apapun terkait kedua korban ini maupun perusahaan peminjaman kredit ini di BBS. Lalu kenapa T memilih mereka?
1 Comments
Lanjut kak....
ReplyDeleteSeru...
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam