Nasib Thit pun sama seperti Jee, stres menghadapi Piak yang lagi menggila karaokean sambil jejeritan merutuki Chaiyan. Lama-lama dia tidak tahan lagi dan langsung mematikan TV-nya.
"Piak. Bahkan sekalipun kau menyanyi sampai mati, P'Chaiyan tidak akan pernah mengerti perasaanmu. Pergilah bicara dengannya di rumah. Katakan apa yang kau pikirkan dan perasaanmu agar dia mengerti."
Piak pesimis. Apapun yang dia katakan sekarang tidak akan berguna. "Karena sekarang ini di matanya aku... adalah iblis." Kata Piak sambil membuat tanduk di atas kepalanya pakai jari.
"Itu sapi, bukan iblis."
"Sapi dan iblis sama saja! Apa bedanya, P'Thit? Hei, P'Thit. Kalau aku pintar, mungkin aku akan jadi iblis. Tapi jika aku bodoh, maka aku akan jadi sapi. Apapun yang kulakukan selalu salah, P'Thit."
"Siapa yang bilang? Apa yang kau lakukan itu benar. Hanya saja terkadang... agak kelewatan. Piak, cinta itu seperti gula. Tanpa itu, rasanya akan hambar dan menyakiti tenggorokanmu. Kau harus menyeimbangkannya agar manis dan lezat."
"Tapi sekarang biarpun kutambah gula atau tidak, Chaiyan tidak akan peduli padaku karena di hati Chaiyan sekarang ini cuma ada Jeerawat. Mengerti tidak?!"
Thit mengingatkan Piak bahwa Chaiyan sekarang ini masih tinggal bersamanya, jadi Piak masih punya kesempatan untuk mengubahnya sebelum Jee mendapatkan tbuh dan hati Chaiyan.
Piak mulai bisa tenang mendengar nasehat Thit itu. Thit berniat membantu memapahnya dan mengantarkannya pulang, tapi Piak ngotot mau jalan sendiri, dan ujung-ujungnya malah pingsan di sofa.
Jee mengantarkan Chaiyan pulang lalu menyerahkannya pada pembantu. Baru saja dia lega karena mengira tidak perlu bertemu Piak, Thit malah muncul mengantarkan Piak yang juga sama-sama teler.
"Keberuntunganku cepat datang tapi juga cepat pergi." Gerutu Jee.
Dia mempercepat jalannya untuk menghindari Thit, tapi Thit dengan cepat mengejarnya dan menyindirnya terang-terangan. Apa Jee mengendus kalau sang istri sedang tidak ada, makanya dia datang kemari untuk menemui sang suami? Hidungnya cepat sekali bekerja.
Tapi alih-alih menjelaskan yang sebenarnya dan membela diri, Jee malah membiarkan Thit berpikir buruk tentangnya.
"Itu memang kemampuan spesialku. Hidungku memang sangat cepat seperti anjing untuk mengejar pria. Dan itu belum termasuk naik ke atas ranjang para pria yang menginginkanku."
Thit jelas kesal mendengarnya. Padahal dia sudah berusaha menenangkan Piak, tapi Jee malah tidak mau berhenti. Apa Jee begitu haus akan pria hingga dia melibatkan dirinya dengan Chaiyan?
Atau dia melakukannya demi sebuah keuntungan. Katakan saja, berapa banyak lakorn yang ingin Jee bintangi, Thit janji akan membicarakannya dengan pamannya, jangan menjual tbuhnya dengan cara seperti ini.
"Oh, begitu. Kalau bukan karenamu, aku mungkin tidak akan memikirkan hal ini. Kenapa juga aku mengejar P'Chaiyan dan bukannya Khun Pattana (Ayahnya Piak) sendiri?"
"Jeerawat!"
"Berhenti! Bicaralah padaku baik-baik, Khun Sathit. Karena sebentar lagi, aku mungkin akan menjadi iparmu."
Jee pergi, dan Thit langsung membuntutinya. Bahkan saat Jee mencegat taksi, Thit dengan sengaja merebut taksi itu dan masuk duluan. Sengaja biar Jee tahu bagaimana rasanya saat seseorang merebut miliknya.
Jee tidak terima dan langsung menendang kasar kaki Thit dengan sepatu boot-nya lalu duduk di sebelahnya Thit.
Thit jelas kesal dan mengancam akan melaporkan Jee atas tuduhan kekerasan. Tapi Jee sama sekali tak gentar dengan ancamannya, dia rela membayar denda demi kesenangannya sendiri.
Belum sempat Thit membalasnya, pak supir menyela mereka. Mereka mau pergi ke mana? Jee dan Thit serempak menjawab arah rumah masing-masing yang saling berlawanan arah, tapi tetap saja keduanya keras kepala tak ada yang mau mengalah.
Jee santai mencopot topinya dan menggunakan kekuatan selebritis-nya untuk membujuk supir mengantarkannya duluan. Dia bahkan berjanji akan mengiklankan taksinya si supir sebagai taksi dengan costumer service terbaik. Si supir langsung setuju tanpa ragu.
Thit tidak terima dan langsung ceramah panjang lebar tentang hukum yang intinya, jika si supir menolak mengantarkannya sebagai penumpang, maka itu artinya dia melanggar hukum dan bisa didenda.
Pak Supir hampir saja ketakutan dengan ancaman Thit, tapi Jee santai memberitahu Thit bahwa Pak Supir bukan menolak mengantarkan Thit, Pak Supir hanya akan mengantarkannya duluan.
"Betul. Betul. Anggaplah ini sikap seorang gentleman untuk mengantarkan wanita pulang duluan."
"Aduh, Pak Supir. Anda gentleman sekali... tidak seperti seseorang yang kukenal." Sindir Jee.
Dia lalu menggunakan tas dan topinya sebagai penghalang di antara mereka berdua. Saat Pak Supir belok, Jee dengan sengaja menginjak kaki Thit sambil pura-pura seolah dia tak sengaja melakukannya. Maaf.
"Kalau kau berniat menyakiti seseorang, maka jangan minta maaf."
Tak mau kalah, Thit mendadak meneriaki Pak Supir untuk berhenti. Pak Supir sontak mengerem mendadak dan jadilah kepala Jee terbentur jok depan. (Wkwkwk! Mereka kayak anak kecil)
Pak Supir bingung kenapa disuruh berhenti mendadak padahal tidak ada apa-apa di depan. Thit santai meminta maaf, dia kira ada sesuatu yang lewat tadi.
"Kalau kau berniat menyakiti seseorang, maka jangan minta maaf." Kesal Jee.
"Aku tidak minta maaf padamu. Aku minta maaf pada Pak Supir."
Sesampainya di apartemennya Jee, Thit lagi-lagi cari perkara dengan menyindir Jee. Dia sungguh tidak mengerti karma apa yang dimilikinya di kehidupan sebelumnya hingga sekarang dia terus menerus bertemu Jee.
"Bukan cuma kau yang ingin mengatakan itu."
"Kalau begitu, biarkan aku memperingatkanmu sekali lagi. Berhentilah terlibat dengan P'Chaiyan. Aku menghentikan investigasi kasusmu karena Bibi Wadee yang meminta. Tapi jika kau terus menyakiti Piak, aku mungkin akan berubah pikiran."
"Hei, kau!"
"Jangan! Jangan beri aku alasan untuk menggali kasusmu kembali, Jeerawat." Thit lalu pergi dan membuang topinya Jee yang ketinggalan.
Keesokan harinya, Piak terbangun duluan saat tiba-tiba Chaiyan bergerak dalam tidurnya, menggenggam tangan Piak dan menc**mnya tanpa sadar. Piak sedih membelai wajah damai Chaiyan dalam tidurnya sembari mengingat kembali kenangan indah mereka dan betapa manisnya Chaiyan semasa pacaran dulu.
Flashback.
Suatu hari, Piak mendapati Chaiyan sudah menyiapkan tempat yang sangat romantis untuk melamarnya. Chaiyan mengakui dirinya bukan pria yang sempurna, tapi dia hanyalah seorang pria yang ingin menjaga wanita yang dicintainya.
Dia bukan cuma ingin menjadi orang pertama yang Piak pikirkan saat Piak sedang bahagia, tapi dia juga ingin menjadi orang pertama yang Piak pikirkan saat dia terluka.
"Aku ingin menjadi orang pertama yang kau peluk saat kau merasa ingin menyerah. Aku tahu cintaku padamu tak bisa diukur. Tapi aku janji aku akan mencintaimu seorang sepanjang hidupku."
Chaiyan lalu berlutut, meminta Piak untuk menikah dengannya, menyelipkan cincin di jari manis Piak dan mengec*p lembut keningnya.
Flashback end.
Piak menangis teringat kenangan indah itu. "Aku tidak akan pernah kehilanganmu pada siapapun."
Jee dan Dao mau pergi liburan ke pantai. Jee bahkan sudah siap dengan peralatan selamnya, sementara Suki nyerocos di telepon, meminta Dao untuk menjaga Jee dan menyuruh Jee istirahat sepenuhnya jiwa dan raga selama liburan.
Kedua sahabat itu benar-benar menikmati perjalanan mereka sambil bercanda tawa dan saling menjahili satu sama lain hingga mereka tiba di pantai.
Bertekad mau merebut hati Chaiyan kembali, Piak bekerja sama dengan ayahnya untuk pura-pura seolah Piak memasakkan sarapan untuk Chaiyan. Ayah bahkan mengolesi wajah Piak pakai saus biar tambah meyakinkan kalau dia habis masak, padahal nggak.
Begitu Chaiyan turun, Piak pura-pura sibuk di dapur dan Ayah langsung memanggilnya untuk sarapan. Hari ini Piak memasak sendiri loh. Tapi Chaiyan menolak dengan alasan kalau dia harus bergegas ke ruang editing.
Piak jelas kesal setengah mati dibuatnya dan langsung menelepon Thit untuk mengeluhkan sikap Chaiyan barusan.
"Tenang dulu, Piak. Tidak ada peperangan yang bisa dimenangkan dalam waktu semalam. Butuh waktu sebelum seseorang memperhatikan kebaikanmu. Aku yakin P'Chaiyan memperhatikan, hanya saja dia tidak yakin apakah kau benar-benar berbuat baik. Teruskan dan biarkan dia melihat kalau kau sudah berubah untuknya."
"Baiklah."
"Semangat!"
Selesai bicara dengan Piak, seorang pegawai masuk memberikan daftar resume para pelamar kerja. Dari semuanya, yang paling menarik perhatian Thit adalah resume-nya Jane.
3 Comments
Lanjut y, semangat 😁
ReplyDeleteLanjuut ka semangaaatt...jng lama2 donk
ReplyDeletenice post :* sinopsis yang paling ku tunggu... lanjut ya kak,, Khop khun na ka
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam