Sinopsis The Eternal Love Episode 22 - 1

Sinopsis The Eternal Love Episode 22 - 1


Para penjaga di kamarnya Xiao Tan, mematung gara-gara Kakek Liu menotok mereka. Kesempatan, Xiao Tan langsung memanfaatkan saat itu untuk kabur mencari Lian Cheng.


Kakek Liu mau kabur, tapi tiba-tiba dihadang Yi Feng di tengah jalan. Yi Feng sinis menyindir sikap kekanak-kanakannya Kakek Liu. Dia bahkan masih berani mempermalukan dirinya di sini.

"Selama bertahun-tahun ini, sepertinya kau belum ada peningkatan sama sekali."

"Selama bertahun-tahun ini, masih saja sangat dingin. Kapan dendam di antara Suku Qu dan Suku Mo bisa terselesaikan?" Balas Kakek Liu

"Dendam yang dalam harus dibayar dengan darah."

"Kalau Raja Iblis berhasil menembus segel, maka Suku Qu dan Suku Mo takkan bisa memiliki kedamaian. Menurut pendapatku..." Tapi tiba-tiba Kakek Liu melotot melihat sesuatu di belakangnya Yi Feng. "Iblis! Berani sekali kau datang kemari!"


Yi Feng sontak menoleh ke belakang punggungnya... dan Kakek Liu langsung melarikan diri secepat angin. "Mo Berwajah Dingin! Aku masih ada urusan lain. Lain kali saja kita duel dan berhentilah bersikap sedingin itu!"

Dua orang pria menemukan para penjaga yang membeku itu. Mereka sontak meniup peliut peringatan. Yi Feng cemas mendengarnya.


Dengan mengikuti peta buatannya sendiri, Xiao Tan akhirnya menemukan tempatnya Lian Cheng. Tapi saat dia hendak mendekati kamarnya Lian Cheng, tiba-tiba dia terlontar keluar oleh dua orang penjaga.

Xiao Tan protes tidak terima. Kenapa dia tidak diperbolehkan masuk? Yang di dalam sana itu suaminya. "Kenapa kalian memisahkan kami? Logika macam apa itu?!"


Seorang tetua keluar dan langsung mengomeli Xiao Tan. Apa Xiao Tan tidak tahu kalau menerobos tanah terlarang bisa membuatnya dihukum mati?

"Aku bahkan tidak peduli kau siapa! Berhentilah mengambil keuntungan hanya karena kau lebih tua dariku! Kukasih tahu kau! Cepat lepaskan dia! Kalau tidak... aku takkan pergi hari ini!"

"Dari mana datangnya gadis liar ini? Kembalilah ke tempat asalmu!"

Xiao Tan jelas tidak mau dan berusaha mau masuk lagi. Tapi dua orang penjaga itu ngotot mencegahnya. Xiao Tan berusaha memanggil-manggil Lian Cheng, tapi Yi Feng datang saat itu dan menegur Xiao Tan.


"Kalian semua menindasku! Aku hanya ingin bertemu Cheng Cheng sekali. Kenapa kalian tidak memperbolehkanku masuk?"

"Aku sudah bilang sebelumnya. Kenapa kau tidak mau dengar? Lian Cheng masih dalam bahaya sekarang. Dia tidak boleh diganggu. Kembalilah dulu. Kalau ada berita, aku akan memberitahumu."

"Kalian semua tidak punya perasaan! Kalian semua menindasku!"


Terpaksa Xiao Tan akhirnya kembali dan menangis di kamarnya. "Kenapa hidupku seburuk ini? Aku ingin tahu bagaimana keadaan Cheng Cheng sekarang. Langit, tolonglah aku!"

Teringat perkamen pemberian Kakek Liu, Xiao Tan langsung menggerutui Kakek Liu dengan kesal. "Dasar si tua bodoh itu! dia tak ada di sini saat aku sedang membutuhkannya! Dia bahkan tidak bisa mengalahkan Mo Yi Feng. Lalu apa gunanya dia itu?"


Dia lalu membuka perkamennya dan bertanya-tanya apakah dia bisa menyelamatkan Cheng Cheng dengan teknik rahasia ini? Dengan pikiran itu, Xiao Tan memutuskan mempelajari ilmu itu saat itu juga. Pada saat yang bersamaan, Lian Cheng juga tengah diobati oleh para tetua.


Saat dia tidur, Xiao Tan bermimpi buruk... memimpikan Tuan Lian Cheng saat dia bertarung dengan sosok bertudung misterius. Orang itu membunuhnya dengan kejam. Si pembunuh itu lalu berbalik dan dia errr... Xiao Tan?

Xiao Tan tersentak bangun dari mimpi buruknya itu, "Aku membunuh Lian Cheng."


Dia buru-buru menggedor pintu kamarnya dan tanya apakah Yi Feng sudah datang. Tapi si penjaga kesal menyuruhnya diam, nanti juga akan dia kabari kalau Yi Feng datang.

Xiao Tan pura-pura mewek berusaha menarik simpati mereka, tapi tiba-tiba saja pintu terbuka dan bibi pengantar makanan datang.

Xiao Tan mendadak punya ide bagus, diam-diam dia menyelinap di belakang bibi lalu menghantam belakang lehernya sampai bibi pingsan.


Dia lalu menyamar memakai pakaian si bibi untuk menyelinap keluar. Para penjaga tak ada yang menyadarinya. Tapi Yi Feng datang saat itu dan langsung tahu kalau dia adalah Xiao Tan. Dia mau pergi ke mana?

Xiao Tan kesal, bisa tidak sih dia jangan datang dan pergi secara diam-diam seperti itu? Bikin kaget saja! Dia cuma mau keluar cari udara segar, sumpek di dalam terus.


Tapi alih-alih mengurungnya kembali ke kamar, Yi Feng malah tersenyum dan mengajak Xiao Tan pergi menemui Lian Cheng sekarang. Xiao Tan tentu saja senang. Lian Cheng sudah sadar? Bagaimana keadaannya?

"Lian Cheng sudah mengecek luka-lukanya dan bersikeras kalau dia bisa merawat dirinya sendiri. Kau tidak perlu cemas lagi."

"Lalu, apakah Cheng Cheng bertanya tentang aku? Apa dia merindukanku? Dia tidak benar-benar melupakanku, kan?"

"Bukankah kau akan tahu kalau sudah sampai di sana?"

"Dia harus ingat padaku!"


Di tengah jalan, mereka berpapasan dengan beberapa orang. Orang-orang itu menyapa Yi Feng tapi memelototi Xiao Tan.

Jelas saja Xiao Tan kesal dan langsung protes ke Yi Feng, "Sikap macam apa yang kalian miliki ini? Semua orang memelototiku. Apa seperti itu cara kalian memberi salam di sini? Aneh sekali!"

"Suku Qu dan Suku Mo sudah lama bermusuhan. Jangan terlalu memikirkan tentang itu. Jaga saja dirimu baik-baik."


"Seharusnya kau menyelidiki siapa aku. Aku ini adalah ratu kecil di kantor penjualan ibukota. Kau pikir mereka layak dapat perhatian dariku? Selain itu, hanya ada Cheng Cheng di dalam hatiku saat ini. Yang lain, terserah mereka mau melakukan apapun."


Saat mereka hampir sampai di kamarnya Lian Cheng, Xiao Tan melihat ada beberapa bunga mawar di sana. Xiao Tan menyuruh Yi Feng duluan saja sementara dia memetik setangkai mawar merah. Bunga kenangan mereka semasa hidup di Dong Yue.


Lian Cheng baru saja selesai dengan perawatannya bersama para tetua saat Xiao Tan tiba di sana. Yi Feng pun cepat-cepat mengusir para tetua.

"Cheng Cheng?" Xiao Tan lalu menyodorkan bunga mawarnya pada Lian Cheng, ini bunga mawar kesukaan Lian Cheng. "Kau masih ingat dengan janji kita, kan?"


Lian Cheng menerima mawarnya. Tapi sayangnya, dia benar-benar sudah melupakan Xiao Tan dan bicara pada Xiao Tan dengan cara formal seolah dia orang asing. "Kau terlalu baik, nona. Maaf karena tidak bisa memperhatikanmu dengan benar."

Sedih, Xiao Tan buru-buru berbalik dan menyembunyikan air matanya. Yi Feng memutuskan pergi meninggalkan mereka berdua.


"Nona, apa kau adalah istri yang kunikahi, Qu Xiao Tan?"

"Cheng Cheng! Kau belum melupakanku, kan? Kalau kau tidak mengingatku, lalu bagaimana aku bisa hidup? Cheng Cheng!"

Xiao Tan menangis sambil mendkap tangan Lian Cheng. Tapi Lian Cheng tak nyaman dan cepat-cepat melepaskan tangan Xiao Tan darinya.


Dia sungguh tak ingat akan janji apa yang ada di antara mereka. Tapi sepertinya mereka berdua punya hubungan yang baik. Xiao Tan mengangguk membenarkannya.

"Lalu saat hidupku berada dalam bahaya. Sebagai istriku, di mana kau waktu itu?"

"Cheng Cheng! Ini tidak seperti yang kau pikirkan! Bukan seperti itu! Bukan seperti itu! Kenapa juga aku tidak mau menemuimu? Aku memikirkanmu siang dan malam. Semua ini salahku. Aku bisa ikut menanggung masalahmu. Mereka tidak mengizinkanku menemuimu. Aku tidak bisa datang menemuimu."


Tak tega melihat air mata Xiao Tan, Lian Cheng memberinya sapu tangan. "Baiklah. Berhentilah menangis. Mari kita berjanji, bagaimana? Mulai sekarang, tak peduli siapapun aku, aku akan membiarkanmu tinggal di sisiku."

Xiao Tan senang, "Cukup bagiku jika kau membiarkanku mengawasimu."

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments