Sinopsis Catch Me / Steal My Heart part 2

Sinopsis Catch Me / Steal My Heart part 2



Flashback,
Ho Tae pertama kali bertemu dengan Jin Sook di sebuah bis. Saat masuk ke dalam bis, Jin Sook langsung duduk disampingnya. Selain Jin Sook, Ho Tae melihat ada beberapa pria yang juga ikut masuk kedalam bis lalu duduk di bangku belakang. 

Jin Sook melirik Ho Tae lalu secara diam-diam mengetik permintaan tolong pada Ho Tae agar Ho Tae mau menemaninya turun karena ada beberapa pria yang sedari tadi sedang mengikutinya.

Pria yang dimaksud Jin Sook adalah pria yang tadi ikut masuk kedalam bis dan sekarang sedang mengawasi Jin Sook dari bangku belakang.


Ho Tae melihat pria yang mengikuti Jin Sook itu berwajah sangar seperti preman, maka ia pun langsung bersedia menemani Jin Sook turun dari bis.



Setelah mereka sudah cukup aman dan Jin Sook merasa dia bisa pulang sendiri, Ho Tae tetap bersikeras untuk menemaninya sampai ke rumah.

Dalam perjalanan menuju rumah Jin Sook, Ho Tae memberitahu bahwa dia adalah seorang siswa yang sedang berusaha lulus ujian masuk fakultas seni rupa.

"Aku juga suka dengan lukisan" kata Jin Sook.

"Lukisan seperti apa yang kau suka?"

"Hmmm, lukisan yang mahal-mahal."


Saat mereka sampai di sebuah rumah pojok, Jin Sook memberitahu bahwa dia telah sampai di rumahnya.

Ho Tae tanya yang mana rumahnya. Jin Sook menunjuk sebuah sebuah toko yang terletak di sebelah rumahnya dengan canggung. 


Ho Tae melihat papan nama toko itu adalah Sook Ja, maka Ho Tae pun mengira Jin Sook bernama Sook Ja. Dan Jin Sook membiarkan Ho Tae mengira namanya Sook Ja. 

"Kalau begitu masuklah, Sook Ja-ssi"

"Baiklah"


Tapi saat tiba waktunya untuk masuk ke rumah, Jin Sook malah berusaha keras meminta Ho Tae pergi duluan. Pfft!! pasti bukan rumahnya deh!!!

Tapi Ho Tae tetap bersikeras untuk melihat Jin Sook masuk ke dalam rumahnya dulu.


Ho Tae tidak melihat kecemasan diwajah Jin Sook saat Jin Sook membuka pagar rumahnya dan langsung melihat anjing penjaga rumah menggonggong dan menggeram kejam padanya.

Namun Jin Sook berusaha bersikap tenang saat dia berbalik menyuruh Ho Tae untuk pulang lewat arah lain.

Dan bahkan ketika Jin Sook sudah menutup pintu pagarnya, Ho Tae tetap terdiam di depan rumahnya. Ho Tae mendengar anjing penjaga rumah menggonggong semakin keras saat Jin Sook masuk, ia juga mendengar suara Jin Sook yang mengomeli anjingnya dengan kesal dan beberapa saat kemudian, Ho Tae melihat anjing itu terlempar ke udara diiringi sumpah serapah Jin Sook.


Ho Tae terngangah melihat kejadian itu, tapi bukannya curiga ada yang aneh, dia malah terkagum-kagum pada sumpah serapahnya Jin Sook.

Dalam perjalanan pulang, Ho Tae tiba-tiba ingat kalau dia tadi lupa menanyakan homor teleponnya Jin Sook. Setelah yakin Ho Tae sudah pergi, Jin Sook langsung keluar dari rumah itu.


Kembali ke masa kini,
Keesokan harinya, Ho Tae masih belum menyerahkan Jin Sook ke kantor polisi. Maka pada saat ia sedang makan siang bersama detektif Kim, detektif Kim menyarankan agar mereka mengeluarkan surat penangkapan saja.

Tapi Ho Tae langsung menolak ide itu, dia meyakinkan detektif Kim bahwa dalam waktu 2 hari, Jin Sook pasti akan menyerahkan diri.

"Eih, mana mungkin" detektif Kim tidak percaya omongan Ho Tae.

Ho Tae tersinggung "Kau tidak percaya padaku? Mau taruhan? Traktir minum?"

Detektif Kim yang masih belum percaya, langsung menerima tantangan itu.


Malam harinya, saat Ho Tae pulang dia langsung kesal karena dia tidak melihat Jin Sook dimana-mana.

Tapi Ho Tae melihat tas Jin Sook masih ada di sofa, ia lalu melihat-lihat isi tasnya dan langsung heran saat dia menemukan sebuah stetoskop dan tang dari dalam tas itu. 

Tiba-tiba Ho Tae mendengar suara pintu terbuka, maka dia pun langsung memasukkan kedua barang itu kembali ke tas.


Jin Sook ternyata baru pulang dari berbelanja dan saat masuk rumah dia sedang bicara di telepon dengan seseorang tentang masalah uang sewa. 


Jin Sook memberitahu bahwa rumah yang ia sewa di daerah Seongbook-dong masih belum ia bayar cicilannya. Mendengar Jin Sook menyewa rumah di kawasan elit, Ho Tae langsung kagum.

"Kau pasti mendapat uang banyak"

"Tidak"


"Kukira kau kab..." Ho Tae merasa tidak enak karena salah berprasangka pada Jin Sook maka dia pun cepat-cepat mengubah kalimatnya "Kukira kau pergi kemana, aku sampai khawatir"

Jin Sook mengatakan bahwa dia keluar rumah karena dia merasa aneh sendirian di rumah orang tanpa tuan rumahnya. 


Jin Sook memberitahu Ho Tae bahwa tadi dia pergi memberi kuliah. Ho Tae jelas kagum mendengar Jin Sook memberi kuliah, Ho Tae lalu bertanya dia memberi kuliah apa.

"Ada deh" Jin Sook tidak mau memberitahu Ho Tae.

Tapi Ho Tae malah jadi semakin penasaran dan bersikeras agar Jin Sook memberinya jawaban. Jin Sook susah menjelaskannya maka dia pun hanya memberi jawaban ambigu bahwa dia memberi kuliah spesialisi sesuatu.


"Kau lapar kan? Hari ini akan kumasakkan makan malam yang lezat untukmu." 

Jin Sook lalu mulai memasak, tapi ia memasak dengan membuat kerusuhan di seluruh dapur.

Jin Sook memasak pasta dan untuk mengecek apakah spaghetti-nya sudah matang atau belum, dia mengetesnya dengan melemparkannya ke kulkas dan spaghetti itu langsung terpental.

Jin Sook heran kenapa spaghetti-nya tidak lengket ke pintu kulkas karena kalau spaghetti matang seharusnya langsung lengket. Ho Tae tertawa geli melihatnya. Ia lalu duduk menunggu di meja makan sambil menuang white wine. 


Tiba-tiba Ho Tae mendengar suara ledakan kecil dari kompor tapi sepertinya tidak terjadi apapun karena Jin Sook masih asyik memasak. Karena semuanya masih baik-baik saja, maka Ho Tae pun mengalihkan padangannya dari dapur. 


Setelah melakukan eksperimen dengan api kompor, Jin Sook berusaha mematikan apinya dengan meniupnya tapi apinya tidak mau padam. Maka ia pun langsung asal melemparkan api itu ke belakang dan sukses mendarat di itu-nya Ho Tae. hahaha...XD

Tapi Ho Tae masih belum menyadari itunya terbakar, malah senyam senyum sendiri memandangi Jin Sook memasak .


dan dia baru menyadarinya saat dia memalingkan pandangannya ke bawah dan melihat apinya sudah mulai membesar.

Ho Tae langsung berteriak-teriak dengan panik, Jin Sook juga ikutan panik melihat Ho Tae terbakar. Jin Sook lalu berusaha membantu memadamkan apinya dengan memukul-mukulkan kain lap ke area yang terbakar, tapi apinya tidak mau padam.

"Panas! cepat! cepat!" teriak Ho Tae panik.

"Bagaimana ini?!" Jin Sook juga ikut panik.


Saat sedang panik, Jin Sook melihat segelas white wine di meja. Serta merta dia mengambil wine itu lalu menyiramkannya ke area yang terbakar, jelas saja api itu langsung membesar sampai ke wajah Ho Tae tapi setelah itu apinya langsung mati.


Mereka akhirnya tidak jadi makan spaghetti dan sebagai gantinya mereka makan malam dengan mie instan. Jin Sook merasa khawatir dengan keadaan itunya Ho Tae tapi Ho Tae meyakinkannya bahwa dia baik-baik saja.

Ho Tae penasaran kenapa pada malam tabrakan itu Jin Sook malah memundurkan mobilnya. Jin Sook langsung menundukkan kepalanya penuh penyesalan. Jin Sook lalu mulai menceritakan masalahnya malam itu.


Flashback,
Malam itu saat Jin Sook menabrak si pembunuh berantai, dia kaget menyadari bahwa sepertinya dia telah menabrak sesuatu.

Jin Sook sebenarnya ingin berhenti tapi dalam kepanikannya dia malah memundurkan mobilnya dan akibatnya dia menabrak si pembunuh 2 kali.


Kembali ke masa kini,
Setelah mendengar penjelasan Jin Sook, Ho Tae sama sekali tidak mempermasalahkannya karena dia mengerti bahwa orang bisa bersikap seperti itu saat sedang panik.

Tapi Ho Tae menyarankan Jin Sook untuk menyerahkan diri saja, Ho Tae meyakinkan Jin Sook bahwa dialah yang akan menangani kasus tabrak lari ini.

"Berapa lama aku akan dihukum?"

Ho Tae mengatakan hukuman Jin Sook tidak akan lama jika dia bersedia menerima investigasi dan sidang tanpa perlawanan.

Ho Tae bertanya-tanya apakah Jin Sook masih ingat dengan kejadian masa lalu di hari ke-100. Jin Sook langsung canggung mendengar pertanyaan itu.


Suasana diantara mereka jadi semakin canggung saat Ho Tae mulai membicarakan tentang masa lalu mereka. Ho Tae bertanya apakah di hari jadian mereka yang ke-100 waktu itu Jin Sook datang, dan Jin Sook hanya terdiam canggung.

Ho Tae mengatakan bahwa selama 10 tahun ini dia merasa bersalah karena di hari ke-100 itu dia tidak datang dan takutnya Jin Sook malah datang.

Tapi sekarang setelah yakin Jin Sook juga tidak datang hari itu, Ho Tae sekarang merasa lega. 

Jin Sook terlihat cukup kecewa saat Ho Tae mengatakan bahwa dia tidak datang, namun dia cepat-cepat tersenyum kembali.


Keesokan harinya di kantor polisi,
Detektif Kim mengingatkan Ho Tae tentang perjanjian mereka yang hanya tinggal sehari dan Ho Tae langsung menyuruh detektif Kim untuk bersiap-siap mentraktirnya minum.

Detektif Kim merasa mungkin Ho Tae ada benarnya, mungkin Jin Sook tidak akan kabur karena dari mobil impor yang dikendarai Jin Sook malam itu, dia pasti memiliki karir yang cemerlang.


Membicarakan masalah karir Jin Sook, tiba-tiba Ho Tae teringat kalau Jin Sook adalah seorang pengajar dan menyewa rumah di Seongbook-dong, Ho Tae bertanya-tanya berapa harga sewa rumah di Seongbook-dong.

"Seongbook-dong itu kawasan elit" ujar detektif Kim.

Detektif Kim bingung kenapa Ho Tae bertanya tentang masalah sewa rumah di Seokbook-dong, apa dia mau pindah. Tapi Ho Tae cepat-cepat menyangkalnya.


Saat dia hendak mengambil minuman di vending machine, tiba-tiba sebuah tangan yang memakai sarung tangan muncul untuk menepuk tangan Ho Tae lalu mengambil minuman milik Ho Tae untuk dirinya sendiri. Orang itu adalah detektif Oh.

"Lama tak bertemu Lee Ho Tae. Kudengar kau sedang menangani kasus... kriminal yang melarikan diri" ejek detektif Oh.


Ho Tae lalu ikut dalam rapat yang dipimpin oleh detektif Oh dengan setengah hati, sama sekali tidak melihat ke arah detektif Oh malah asyik sendiri menggambar robot-robot kesayangannya.


Detektif Oh memberitahu semua orang bahwa 3 bulan yang lalu terjadi sebuah pencurian lukisan mahal di perumahan elit dan keberadaan tersangka terekam di kamera CCTV. Mereka melihat si pencuri memakai pakaian hitam dengan hoodie hitam yang menutupi wajahnya. 


Saat hendak memperkenalkan nama pelukisnya, detektif Oh malah tergagap merasa sulit mengucapkan nama pelukis dalam bahasa rusia itu.

"Andro...Androno..."

"Andronov Nikola Ivanovic. Seorang maestro aliran realisme baru tahun 1960" ujar Ho Tae dengan lancar dan membuat semua orang langsung berpaling memperhatikannya.

Detektif Oh jadi malu "Iya... benar kata dia"


Detektif Oh cepat-cepat mengalihkan perhatian semua orang kembali padanya, dia memberitahu semua orang bahwa lukisan itu sekarang ada di musium seni Soviet tapi lukisan yang sedang dipegang si pencuri dalam kamera CCTV itu adalah lukisan yang asli.

Kepala detektif jadi bingung dari mana detektif Oh bisa tahu kalau lukisan yang dipegang si pencuri itu asli.

"Eih, pencuri yang tidak mencuri di galeri seni tidak mungkin mencuri barang palsu..." ujar detektif Oh dengan tidak sopan pada kepala detektif.

Saat dia melihat kepala detektif sedang melotot padanya, detektif Oh langsung diam lalu kembali fokus ke rekaman CCTV selanjutnya.


Ada sebuah rekaman CCTV lain di sebuah mini market di hari yang sama 10 menit setelah kejadian di perumahan elit.

Di kamera CCTV dalam mini market terlihat si pencuri masih memakai pakaian dan hoodie yang menutupi wajahnya sehingga kamera CCTV tidak berhasil merekam wajah si pencuri yang tidak cuma mencuri lukisan mahal tapi juga mencuri sebuah barang di mini market itu.


Walaupun wajahnya tidak terlihat namun dari postur tbuhnya kepala detektif yakin kalau si pencuri adalah wanita.

Dengan keyakinan itu, kepala detektif menyuruh semua orang untuk memperkecil jaringan pencarian dan investigasi ulang semua insiden yang mirip dengan insiden ini.

Detektif Oh mengatakan bahwa dia sudah melakukan apa yang kepala detektif perintahkan tapi profil pelakunya tidak bisa ditemukan begitu saja.

"Kenapa? Karena dia adalah 'new face'" ujar detektif Oh.

Tapi tanpa sengaja mereka menemukan jejak tersangka yang mereka dapatkan dari rekaman CCTV lain yang terdapat di tempat parkir seberang jalan.

"Dia adalah tersangkanya... Yoon Jin Sook" Terlihat di rekaman CCTV wajah Yoon Jin Sook yang tengah menikmati semangkok ramyun di mini market itu. Saat detektif Oh menyebutkan nama itu, Ho Tae yang sedari tadi cuma cuek langsung memperhatikan rekaman CCTV dengan shock.


Detektif Oh mengatakan bahwa Jin Sook biasanya muncul di tempat-tempat yang sepi untuk menghindari keramaian.

"Dia adalah pencuri barang seni paling top di Korea"

Akhir-akhir ini detektif Oh tahu bahwa Jin Sook menyewa rumah di daerah Seongbook-dong. Kepala detektif penasaran berapa banyak uang untuk menyewa rumah di kawasan elit itu.

"Kurang lebih 500 juta won"

"Jadi lukisan itu laku terjual 500 juta won?"


Tapi nama Yoon Jin Sook membuat kepala detektif teringat pada seseorang "Ah, si pelaku tabrak lari itu?"

Saat teringat hal itu, kepala detektif langsung berbalik ke Ho Tae tapi ternyata Ho Tae sudah hilang duluan tanpa pamit.


Ho Tae ternyata sudah berada di jalanan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi sambil berusaha untuk menelepon Jin Sook tapi tidak diangkat-angkat. Saking paniknya, Ho Tae langsung meminta bantuan polisi lainnya untuk melacak nomor teleponnya Jin Sook.


Jin Sook tidak mengangkat teleponnya karena dia saat itu sedang mengajar, dia mengajari murid-muridnya bagaimana cara membedakan guci porselen asli dan palsu.

"Jika porselennya putih dan enteng maka harus langsung dicurigai. Jika porselennya hijau dan berat berarti palsu."


Jin Sook memberitahu bahwa kelas yang dia ajar ini dengan terpaksa harus libur selama beberapa waktu karena Jin Sook punya masalah pribadi.

Murid-muridnya khawatir bagaimana dengan catatan kriminal Jin Sook tapi Jin Sook meyakinkan mereka bahwa dia pasti akan baik-baik saja karena salah satu temannya adalah seorang polisi.

"Kalau kalian punya pertanyaan silahkan bertanya" dan semua muridnya langsung angkat tangan.


Sementara itu di kantor polisi, rapat masih berlangsung. Detektif Oh memberitahu bahwa sistem keamanan di perumahan elit tempat kejadian pencurian itu sangat hebat bahkan tidak ada duanya di Korea.

Jika memang sistem keamanannya sehebat itu kepala detektif penasaran bagaimana caranya Jin Sook bisa menembus lantai 24 gedung yang penjagaannya sangat ketat itu.


Detektif Oh menduga (dan membayangkan) sebelum Jin Sook masuk kedalam gedung, dia telah mengamati gedung itu dari gedung sebelah dengan teropong.


Setelah itu, Jin Sook langsung mengambil senapannya lalu mengarahkannya dan menembakkan kawat besi ke gedung sasaran. Detektif Oh menduga Jin Sook pasti melakukannya dengan kawat besi khusus dalam melakukan aksinya itu. Setelah yakin kawat besinya tertembak ke tempat yang tepat, Jin Sook pasti langsung meluncur masuk ke dalam gedung sasaran.


Tapi tiba-tiba kepala detektif menghancurkan khayalan detektif Oh saat ia bertanya apakah gedung itu tidak punya jendela sampai Jin Sook bisa langsung masuk.

Pertanyaan itu berhasil membuat detektif Oh terdiam, maka kepala detektif pun yakin kalau dugaan (dan khayalan) detektif Oh itu pasti salah.


Di tempat les, murid-muridnya Jin Sook menanyakan hal yang sama. Jin Sook memberitahu mereka bahwa dia masuk kedalam gedung itu dengan cara... mengetuk pintu.


Flashback,
pada malam pencurian itu, Jin Sook datang ke gedung sasaran dengan membawa paket barang.

Ia mengetuk dan meminta pihak sekuriti untuk membukakan pintu untuknya dan setelah pintu terbuka, Jin Sook berjalan dengan tenang menuju lobi untuk memberikan paket barang yang dibawanya pada pihak sekuriti.


Setelah itu, Jin Sook berjalan melewati seorang sekuriti sambil mengucapkan salam perpisahan padanya dengan ramah. Namun yang tidak disadari oleh sekuriti itu adalah Jin Sook telah mencuri kartu ID-nya yang Jin Sook gunakan untuk masuk kedalam gedung. 


Setelah berhasil masuk, jaket yang tadinya berwarna coklat tanpa hoodie langsung ia balik dan hasilnya jaket itu berubah jadi jaket hitam berhoodie yang terekam dalam kamera CCTV.


Kembali ke masa kini,
Jin Sook memberitahukan murid-muridnya bahwa pada saat-saat seperti itu yang paling penting adalah tidak boleh sampai ketahuan. Ada 3 hal yang selalu Jin Sook tekankan pada murid-muridnya.

"Ayo kita baca bersama-sama" 

Maka murid-muridnya pun secara serempak membaca buku panduan "Tidak boleh sembunyi-sembunyi, biasanya kalau seperti itu, pasti akan tertangkap."


Setelah menyelesaikan acara lesnya, Jin Sook melihat seorang murid wanitanya menyembunyikan wajahnya dibalik topi, Jin Sook yang curiga langsung melepas topinya dan melihat mata wanita itu lebam. Dengan malu-malu wanita itu mengatakan bahwa itu adalah akibat eksperimen pribadinya.

Jin Sook langsung mengomelinya untuk tidak terburu-buru "Kau harus menguasai taktik perang dengan benar sebelum masuk ke medan perang."


Jin Sook lalu bertanya dimana dia melakukan eksperimennya dan wanita itu menjawab dia melakukannya dengan membongkar berangkas milik ayahnya sendiri.

Mendengar itu, murid-murid yang lain langsung mengatainya gila. Tapi hanya Jin Sook satu-satunya yang memberi nasehat.

"Hanya karena ada hubungan keluarga, bukan berarti harus lengah. Barang-barang milik pribadi semuanya berharga."


"Hei, Yoon Jin Sook!" dari kejauhan Jin Sook mendengar suara teriakan Ho Tae

Jin Sook melihat Ho Tae sedang berjalan cepat ke arahnya maka Jin Sook pun cepat-cepat memberitahukan bahwa pria itu adalah teman polisi yang dia singgung tadi. Saat Ho Tae sampai di tempat mereka berkumpul, para murid itu langsung melarikan diri.


Ho Tae to the point bertanya kemana Jin Sook menjual lukisan yang telah dicurinya itu. Jin Sook jadi bingung tapi kemudian dia meminta maaf pada Ho Tae karena telah membohonginya. Ho Tae sebenarnya sudah curiga pada Jin Sook saat dia bilang masalah uang sewa, Jin Sook sekarang jadi menyesal kenapa dia tidak membayar penuh saja waktu itu.

"Kuliah yang kau berikan itu, adalah bagaimana cara mencuri barang?" tanya Ho Tae.

"Apa kau sedang menginterogasiku?"


Ho Tae jadi curiga apakah Jin Sook cuma seperti ini saja, pasti dia sedang menyembunyikan sesuatu. Atau jangan-jangan Jin Sook sebenarnya bukan wanita, jangan-jangan setelah membuka membuka baju Jin Sook berubah jadi pria.


PLAAAK!!! Jin Sook menampar Ho Tae, merasa tersinggung mendengar tuduhan Ho Tae itu. Jin Sook mengaku memang benar dia seorang pencuri, semua yang terucap dari mulutnya hanya kebohongan, dia tidak berpendidikan dan tidak punya uang.

"Demi bertahan hidup aku menjadi pencuri. Kenapa memangnya? Tidak boleh?"

"Apa ucapanmu itu masuk akal?"

"Kenapa tidak masuk akal? Kenapa kau tidak langsung tangkap dan seret saja aku ke kantor polisi?"

"Baik, jika kau memang sehebat itu, kita langsung saja ke kantor polisi"

"Baiklah, ayo pergi! ke kantor polisi"


Jin Sook bahkan dengan senang hati meletakkan sirine polisi diatas mobilnya Ho Tae. Saking inginnya cepat-cepat tiba di kantor polisi, Jin Sook langsung mengeluh saat dia melihat Ho Tae melewati jalan yang macet.

"Sepertinya kau sudah tak sabar untuk mencicipi makanan penjara" sindir Ho Tae dengan geli.

"Bukankah kau sendiri yang bilang makanan penjara tidak enak?"


Jin Sook lalu menyuruh Ho Tae untuk belok kanan agar bisa lebih cepat. Tapi Ho Tae tidak percaya pada ucapan Jin Sook, maka dia pun membelokkan mobilnya ke kiri. Jin Sook langsung protes kenapa belok kiri, daerah ini kan daerah tempat tinggalnya.

Tapi Ho Tae tetap tidak peduli karena dia sama sekali tidak mempercayai apapun yang dikatakan Jin Sook.

"Belok kiri di depan" perintah Jin Sook. Karena masih belum percaya ucapan Jin Sook, maka Ho Tae langsung belok kanan. 


Dan bukannya menemukan jalan yang benar, mereka malah bertemu dengan turunan tangga yang curam.


Sudah sangat terlambat untuk mengerem dan jadilah mobil itu meluncur membawa mereka berdua turun tangga yang curam.


Untung saja setelah sampai di bawah, mereka terselamatkan oleh air bag, tapi bumper mobil Ho Tae rusak parah.


Beberapa saat kemudian, Ho Tae dan Jin Sook sama-sama memakai penyangga leher sementara mobilnya harus dirawat di bengkel.

Saat itu, Ho Tae mendapat telepon dari sekretaris Kim yang memberitahunya bahwa dia sudah mendapatkan informasi keberadaan Yoon Jin Sook.

"Beberapa hari yang lalu sepertinya dia sempat mampir ke apotik. Menurut keterangan apoteker, dia datang bersama seorang pria. Aku sudah mendapatkan rekaman CCTV-nya. Kita tinggal konfirmasi saja" kata detektif Kim.


Ho Tae langsung panik mendapat kabar itu, takut ketahuan kalau dia yang waktu itu datang bersama Jin Sook ke apotik.

Dia lalu menyuruh Jin Sook untuk menyerahkan ponselnya karena tadi dia sudah menyuruh salah seorang polisi untuk melacak nomor telepon Jin Sook dan bisa bahaya kalau mereka sampai tahu nomor telepon Jin Sook dan melacaknya. Setelah Jin Sook menyerahkannya, Ho Tae langsung menghancurkan ponsel itu.


Dan setelah itu, dia memberikan sebuah ponsel lain pada Jin Sook, ponsel yang digunakan untuk mentransfer informasi pada saat melakukan investigasi rahasia.

Jin Sook melihat ponsel itu sama dengan ponsel milik Ho Tae, jadi apakah itu berarti ponsel itu adalah ponsel pasangan. Tapi Ho Tae langsung menampik tangan Jin Sook dengan kesal.


Saat Ho Tae sedang memperhatikan mobilnya, Jin Sook melihat sesuatu terjatuh di lantai bengkel, sebuah kotak kecil berwarna merah. Saat Jin Sook membukanya, dia melihat didalamnya ada 2 buah cincin emas pasangan.


Ho Tae melihatnya sedang memandangi kotak cincinya, Ho Tae sontak merampas kotak itu kembali dengan kesal.

"Kenapa pegang-pegang barang milik orang lain sesuka hatimu?" omel Ho Tae.

"Tadi kulihat jatuh, jadi kupungut"


Tapi Jin Sook tidak mengerti desain cincin macam apa yang ada dalam kotak itu, apa Ho Tae tidak tahu kalau trend perhiasan saat ini adalah platinum.

"Tahu apa kau!" teriak Ho Tae. Jin Sook jadi bingung kenapa Ho Tae marah-marah.


Setelah itu, Ho Tae pergi ke kantor polisi dengan taksi sementara Jin Sook kembali ke apartemen. Tapi tiba-tiba Ho Tae teringat kalau dia lupa memberikan kuci apartemennya pada Jin Sook.


Dia lalu menelepon Jin Sook yang ternyata sudah masuk ke dalam apartemennya tanpa kunci.

Ho Tae memberitahunya kalau dia lupa memberikan kunci, Jin Sook meyakinnya bahwa dia baik-baik saja.

Tapi Ho Tae tidak percaya, Ho Tae khawatir bagaimana kalau Jin Sook sampai tertangkap. Jika itu terjadi, dia sendiri juga akan ikut mati.

"Aku sudah masuk, Aku sudah ada didalam rumah."

Ho Tae jelas heran, apakah Jin Sook mendatangkan tukang kunci untuk membuka pintu apartemennya.


"Buat apa buang-buang uang? Aku buka sendiri" ujar Jin Sook sambil meletakkan kembali jepit rambutnya ke kepalanya.

"Kau... bongkar kuncinya?" 

Ho Tae langsung menggeram marah pada ponselnya, saking marahnya Ho Tae sampai menjedot-jedotkan belakang kepalanya ke jok sampai membuat lehernya sakit lagi.


Setelah mematikan teleponnya, Jin Sook melihat ada seorang pria mabuk tiba-tiba masuk ke dalam apartemen Ho Tae sambil memanggil nama Ho Tae.

Saat melihat Jin Sook, pria itu langsung meminta maaf mengira dia salah masuk apartemen. Tapi saat pria itu hendak keluar, dia bingung sendiri bukankah rumah itu memang rumahnya Ho Tae. Pria itu lalu bertanya siapa Jin Sook dan Jin Sook mengatakan kalau dia adalah temannya Ho Tae.

"Aku juga temannya Ho Tae" ujar pria itu.


Setelah sampai kantor polisi, Ho Tae langsung berlari mengejar detektif Kim yang tengah membawa harddisk rekaman CCTV dari apotik.

Ho Tae berusaha bersikap tenang walaupun sebenarnya dia terus memperhatikan harddisk itu dengan cemas.


Detektif Kim mengatakan bahwa itu adalah rekaman asli dan mereka harus menduplikasikannya sebelum dikembalikan ke pemiliknya. Ho Tae merasa mendapat kesempatan lalu cepat-cepat meminta harddisk itu diserahkan padanya saja.


Saat detektif Kim hendak menyerahkan harddisknya, Ho Tae dengan sengaja menyenggol tangan detektif Kim dan membuat harddisk itu melayang ke udara.

Mereka langsung panik melihat harddisk itu melayang di udara lalu mendarat tepat di kaki seorang rekan polisi mereka. Detektif Kim merasa lega tapi Ho Tae diam-diam kesal karena harddisk itu selamat. 


Tapi kesempatan kedua tiba-tiba datang menghampiri Ho Tae saat harddisk itu diserahkan padanya. Ho Tae pun langsung berpura-pura lega harddisk itu selamat.


Mereka lalu kembali melanjutkan perjalanan, dan kali ini Ho Tae dengan sengaja menyenggol kakinya sendiri sampai ia jatuh terjerembab dan harddisknya meluncur di lantai. Detektif Kim dan rekan polisi mereka berteriak ketakutan, sementara Ho Tae tersenyum senang.


Harddisk itu meluncur dengan selamat melewati sebuah troli beroda dan kaki wanita bersepatu high heels. Lalu saat harddisk itu meluncur turun tangga, Ho Tae langsung gemas menantikan detik-detik hancurnya harddisk itu.


Tapi harddisk itu malah berhasil terselamatkan oleh detektif Oh yang berhasil menangkap harddisk itu. Detektif Kim dan rekan polisi mereka sontak berteriak senang dan Ho Tae sedih, harapannya menghancurkan harddisk itu telah pupus.


Setelah semua anggota polisi berkumpul untuk melihat rekaman CCTV-nya bersama-sama, Ho Tae satu-satunya yang ingin duduk paling belakang.

Mereka melihat seorang pria berjalan masuk duluan, tapi kamera tidak merekam wajah pria itu. Detektif Oh yakin kalau pria itu pasti orang yang telah membantu Jin Sook bersembunyi, atau mungkin kaki tangannya.

Ho Tae yang mendengarkan dari bangku paling belakang langsung panik dalam diam. Detektif Oh yakin sekali kalau pria itu pasti penjahat juga karena postur tubuhnya pun mirip kriminal.

"Begitu wajahnya berhasil kita konfirmasi, dia akan menjadi sasaran empuk" kata detektif Oh.


Ho Tae melihat dia di rekaman CCTV masih membelakangi kamera. Dan saat dia berbalik, sebuah botol yang ditaruh oleh Jin Sook di atas rak, sukses menutupi wajahnya dari sorotan kamera.

Semua polisi bahkan Ho Tae langsung terngangah. Kepala detektif bingung kenapa bisa tertutup botol. Walaupun tidak berhasil melihat wajahnya, mereka melihat dalam rekaman itu pria yang Jin Sook menggerak-gerakkan tangannya seperti sedang mengejek orang yang melihat rekaman CCTV-nya.


Jin Sook keluar minum-minum bersama temannya Jin Sook yang tadi. Pria itu memberitahu Jin Sook bahwa setelah Ho Tae putus dengan Sook Ja, dia langsung menangis meraung-raung bahkan mau bunuh diri.

Dan gara-gara Sook Ja inilah, Ho Tae yang awalnya ingin belajar seni malah beruabh mempelajari kriminologi.

Jin Sook langsung tercengang mendengar semua itu, ini pertama kalinya Jin Sook mendengar Ho Tae menjadi seorang polisi karena dia.

Pria itu mengatakan bahwa dulu Sook Ja pernah bilang kalau dia bercita-cita menjadi istri polisi, karena itulah Ho Tae mengira Sook Ja sudah menjadi istri seorang polisi.

"Kalau ada teman polisi yang menikah, dia pasti akan menghadirinya bahkan sekalipun langit runtuh. Aigoo, dia benar-benar malang. Sampai melihat sup iga babi saja dia bisa terkenang-kenang dengan kenangan lama."


Malam harinya, Jin Sook menemukan buku gambar milik Ho Tae di salah satu rak. Saat ia membuka-buka isinya, dia melihat buku gambar itu penuh berisi lukisan-lukisan wajahnya.


Bersambung ke part 3

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam