Sinopsis My Little Princess Episode 3 - 1

Sinopsis My Little Princess Episode 3 - 1


Hmm... seperti apakah penyakit sindrom putri yang banyak diderita oleh para gadis muda?... Dr. Jian Nian Yu akan membantu kita mendiagnosisnya. wkwkwk!

Gejala pertama: Kemana-mana selalu tampil glamor dan memakai barang-barang bermerek.

Gejala kedua: Selalu membutuhkan orang lain untuk melayaninya, tanpa memiliki skill bertahan hidup.

Gejala ketiga: Selalu merasa narsis setiap saat, arogan, dan suka cuek pada orang lain.


Tapi sang putri tak terima dikatai menderita penyakit putri dan ngotot menyatakan bahwa dia hanya menjalani kehidupan yang sangat mudah bak putri.

Episode 3: 
Jika Kau Mau Tak Tergantikan, Kau Harus Menjadi Unik, Panggil Aku Dewi... Penyakit Setan.

 

Xing Chen terbangun dari tidur cantiknya di istananya tapi tidak ingat bagaimana dia pulang semalam. Tapi kemudian dia ingat pertemuannya dengan Kesatria Beruangnya. Dia kah yang membawanya pulang?

Dia melihat kkinya dan mendapati ada perban yang ditempelkan Kesatria Beruangnya. Berarti benar, tapi siapa dia?


Tiba-tiba dia dia ditelepon Paman Meng Xi yang menyuruhnya datang ke kampus. Xing Chen langsung senang dan pergi dengan antusias.


Dia adalah pria yang dulu pernikahannya pernah diganggu oleh Xing Chen waktu dia kecil. Hubungan mereka masih baik-baik saja dan Xing Chen bahkan masih sangat nge-fans Meng Xi yang dia sebut paman itu walaupun dia sebenarnya bukan paman asli.

Meng Xi adalah pamannya Chu Yao. Tapi berbeda dengan Chu Yao yang rese abis, Meng Xi lebih manis. Karena itulah Xing Chen menyukainya.

"Dia bagian dari Keluarga Zheng, tapi kenapa beda sekali? Zheng Chu Yao! Mati aja, lo!"

Flashback,


Waktu itu saat Xing Chen kehilangan kehilangan sepatunya di pesta dan ngambek sama Chu Yao kecil, Meng Xi mendatanginya dan dengan manisnya memakaikan sepatu itu untuknya. Xing Chen kecil berterima kasih padanya dan memanggilnya 'Kakak', tapi Meng Xi memberitahunya untuk memanggilnya paman karena dia pamannya Chu Yao.

Saat Meng Xi menanyakan namanya, Xing Chen memberitahunya bahwa ibunya selalu memanggilnya Xiao Xing Xing, jadi Meng Xi boleh memanggilnya Xiao Xing Xing. Dia lalu mengadukan perbuatan Chu Yao yang jahat padanya.

Meng Xi dengan manisnya berjanji akan balas dendam untuk Xing Chen nanti. Senang, Xing Chen langsung menyatakan bahwa jika dia besar nanti dia mau menikahi Meng Xi. Meng Xi cuma senyum kagok mendengarnya.

Flashback end,


Saat Xing Chen menampakkan dirinya, Meng Xi langsung bertanya kenapa Xing Chen memilih masuk ke kampus ini. Xing Chen mengklaim demi Meng Xi.

Tapi tentu saja Meng Xi tak percaya, Xing Chen masuk ke kampus ini pasti untuk mengejar Chu Yao. Dia heran kenapa gadis bertalenta dan pewaris Dolly Group malah datang kemari hanya demi mengejar Chu Yao.

Xing Chen menyangkal "Aku kemari untuk belajar. Tidak! Aku kemari untuk mengejarmu. Aku sudah besar tapi kau masih menolakku"

"Bagaimana kalau kau tumbuhkan otakmu juga sekarang setelah kau sudah besar?"


Mengacuhkan tatapan mengg oda Xing Chen, Meng Xi bertanya apa yang sebenarnya terjadi antara Xing Chen dan Chu Yao. Tapi Xing Chen malas membicarakan Chu Yao. Meng Xi dengan manisnya menurutinya dan langsung mengalihkan topik, membuat Xing Chen semakin kagum padanya. Sigh! Pasti bagus sekali seandainya Chu Yao memiliki setidaknya  setengah kehebatan Paman Meng Xi.

Dia terus melamun gaje menatap Paman Meng Xi dengan penuh cinta sampai tidak mendengar apa yang Meng Xi katakan. Tapi saat Meng Xi menyarankan sesuatu (yang sepertinya berhubungan nilai-nilainya Xing Chen), Xing Chen langsung mengiyakannya saja, dia kira Meng Xi mengajaknya nge-date.

Meng Xi heran mendengar Xing Chen menyetujuinya semudah ini, tapi oke lah kalau begitu, mereka bisa mulai malam ini. Xing Chen asal aja menyetujuinya.

Baru setelah dia keluar, dia mulai bingung, apa maksud Meng Xi dengan mulai malam ini? Tapi, terserahlah. Dia yakin Meng Xi tidak akan membohonginya.


Tiba-tiba dia mendengar suara alunan flute yang indah dari kelas musik. Penasaran, dia langsung masuk kelas tapi malah mendapati Nian Yu sedang mengajari Yang Yang bermain flute.

Xing Chen benar-benar heran melihat Nian Yu yang ternyata bukan cuma pandai bermain piano tapi juga flute. Melihat Nian Yu mengajari Yang Yang secara privat, Xing Chen penasaran, apa mereka pacaran?


Tapi kekagumannya akan permainan musik Nian Yu hancur seketika saat dia teringat saat-saat Nian Yu memegangi dadanya. Saat Yang Yang keluar sebentar, Xing Chen pura-pura berteriak meminta pertolongan Nian Yu.

 

Tapi saat Nian Yu keluar kelas mencari asal suara yang meminta pertolongannya itu, Xing Chen diam-diam masuk dengan niat licik untuk balas dendam.


Nian Yu kembali tak lama kemudian setelah tak berhasil menemukan orang yang meminta pertolongannya tadi. Yang Yang juga kembali tak lama kemudian dengan membawa flute-nya sendiri. Nian Yu pun kembali mengajari Yang Yang.

Tapi anehnya, suara flutenya patah-patah. Aneh! Dia akhirnya mencoba meniupnya dengan keras dan seketika itu pula sebuah bola kertas melompat keluar dan menimpuk kepala Yang Yang. haha!


Xing Chen langsung menutup mulutnya, berushaa menahan tawanya. Itu cuma kertas kosong. Tapi Nian Yu mengenali kertasnya yang punya emboss sama persis dengan emboss di kertas buku diary-nya Xing Chen. Nian Yu tersenyum menyadari siapa pelaku licik ini.


Xing Chen baru tiba di rumah malam harinya. Dari luar rumah, dia mendengar ibunya memberitahunya bahwa tutornya sudah datang. Saat itulah Xing Chen baru ingat apa yang dikatakan Meng Xi di kampus tadi.

Meng Xi berkata bahwa dia akan mengirim tutor untuk membantu belajarnya Xing Chen yang nilainya pas-pasan agar dia bisa tetap bertahan di Four Leaf College. Xing Chen langsung kecewa, ternyata itu yang dibicarakan Meng Xi tadi.

Saat dia masuk, dia malah lebih terkejut lagi mendapati Nian Yu sedang ngobrol dengan ibunya lalu memperkenalkan dirinya sebagau tutornya Xing Chen.

Melihat ekspresi mereka berdua, Nyonya Chen menyadari mereka sudah saling mengenal. Xing Chen memberitahu ibunya kalau Nian Yu ini jenius yang sangat terkenal di kampus.


"Bagus kalau begitu. Kuserahkan Lin Xing Chen padamu" ujar Nyonya Chen pada Nian Yu

"Saya akan berusaha yang terbaik"

"Sepertinya kalian berinteraksi dengan baik" komentar Nyony Chen

"Tentu saja" ujar Xing Chen bohong. Setelah Nyonya Chen pergi, kedua muda-mudi itu saling menatap tajam.


Xing Chen menarik paksa Nian Yu ke ruang belajarnya dan mengkonfrontasinya. Kenapa Nian Yu lagi sih? Heran deh! Sepertinya sejak pestanya Chu Yao, Nian Yu selalu muncul dimana-mana.

Apa Nian yu menyukainya dan ingin mendekatinya? Saking pedenya dengan dugaannya itu, Xing Chen memberitahu Nian Yu bahwa mereka bisa bersama itu mustahil.

Nian Yu sampai heran mendengarnya "Rektor yang menyuruhku datang kemari untuk mengajarimu."

"Jadi maksudmu sebenarnya kau tidak mau mengajariku? Kalau begitu gampang saja. Karena kau tidak mau mengajariku dan aku juga tidak mau mendengarkanmu, bagaimana kalau kau baca buku saja atau internetan, setelah itu kau bisa pulang dan kita tidak usah bealajar"

"Tapi aku sudah janji pada rektor"

"Paman Meng Xi tidak tahu kalau kau orang c***l"

"Itu kecelakaan!"

"Kecelakaan apanya?! Pokoknya aku tidak mau kau ajari!"


"Kalau kau pikir belajar denganku akan sangat canggung maka kau bilang sendiri saja pada rektor untuk mendapatkan tutor lain untukmu!"

"Aku harus bilang apa?!"

"Kalau begitu aku yang akan bilang!"

Tapi Xing Chen langsung melarangnya dan berubah pikiran "Kalau kau sampai beritahu dia, akan kubunuh kau!... Maksudku, bagaimana kalau Paman Meng Xi tidka setuju. Dia sudah repot-repot mencarikan tutor untukku. Dia pasti akan berpikiran buruk. Aku tidak mau dia berpikiran buruk tentangku"


Xing Chen akhirnya memutuskan untuk menerima Nian Yu. Tapi terlebih dulu dia membuka pintu, dengan begini Nian Yu tidak akan bisa macam-macam padanya. Tapi baru belajar sebentar, Xing Chen langsung mengeluh capek dan minta dibelikan kopi. Nian Yu menolak, dia tutor dan bukan pelayan.

"Tapi tutor kan harus menjaga muridnya" bujuk Xing Chen sambil mengedip-gedipkan matanya ala puppy eyes.

Nian Yu akhirnya terbujuk dan keluar untuk membelikannya kopi.


Begitu dia pergi, Xing Chen langsung jerit-jerit gaje mengeluhkan Meng Xi. Teganya Meng Xi melakukan ini padanya. Dia tidak mau belajar matematika, dia mau baca manga saja. Ah, tiba-tiba dia punya ide licik.

 

Nian Yu kembali tak lama kemudian dengan segelas kopi pesanannya. Nian Yu mulai membuka bukunya lagi. Xing Chen pun ikutan membuka buku pelajarannya.

Tapi selama dia mengoceh serius tentang pelajaran, dia malah memperhatikan Xing Chen menatap bukunya sambil berekspresi aneh-aneh.

Curiga, Nian Yu berusaha menarik bukunya Xing Chen tapi Xing Chen malah berusaha mempertahankannya hingga membuat Nian Yu semakin curiga.

Dia menarik bukunya makin keras hingga sampulnya copot tapi malah mendapati buku yang Xing Chen pegang bersampul buku Bahasa Inggris.


Masih yakin ada buku lain dibalik sampul buku Bahasa Inggris itu, Nian Yu langsung merampas buku itu "Kau pikir dengan menaruh sampul buku lain, aku tidak akan tahu apa yang kau lakukan?"


Nian Yu langsung merobek sampulnya dan dugaannya benar, itu buku komik. Akhirnya dia terpaksa harus mengeluarkan buku diary Xing Chen dan memanfaatkannya untuk mengancam Xing Chen.

Dia akan mengembalikan buku diary ini hanya jika Xing Chen berhasil meningkatkan nilai-nilainya.

"Itu pemerasan namanya!" protes Xing Chen. Nian Yu tidak peduli, terpaksa Xing Chen harus duduk dengan patuh dan berkonsentrasi dengan belajarnya.


Keesokan harinya saat dia tengah merenungkan nasib buruknya karena harus berhadapan dengan dua cowok brengs*k di toilet, tak sengaja dia mendengar beberapa wanita masuk dan menggosipkan 'Tunangan Chu Yao' yang menurut mereka palsu banget, mereka yakin semua yang ada dalam diri Tunangannya Chu Yao itu palsu dan hasil oplas.

Jelas yang mereka maksud adalah dirinya. Mereka bahkan yakin kalau Xing Chen itu menderita penyakit jiwa sindrom putri.

Tak terima dengan gosipan mereka, Xing Chen langsung keluar saat itu juga dan menghampiri mereka yang sontak menghentikan acara gosip mereka.


"Kenapa kalian berhenti?" sindir Xing Chen. "Kuberitahu, yah. gosip yang sebelumny itu memang benar semuanya"

Tak enak, mereka mengklaim kalau mereka cuma bercanda tadi, mereka sebenarnya mengagumi Xing Chen kok.

Xing Chen dengan santainya mengklaim kalau dia tahu banget apa yang palsu dalam diri mereka. Dan untuk membuktikannya, dia langsung memegangi da** salah seorang diantara mereka "Ini palsu, kan?"

Saat gadis itu berusaha menyangkalnya, Xing Chen dengan entengnya mengomentari perbedaan d**a wanita itu dengan d*d* asli dan menyarankannya untuk memperbaikinya biar 'keliahatan asli'.


Sementara itu, Lei Ja Na, gadis yang malam itu bertengkar dengan Xing Chen di restoran, sampai sekarang masih dendam pada Xing Chen dan melampiaskannya dengan menusuk-nusuk kue yang ada di hadapannya sampai hancur.

Tiba-tiba pelayan datang membawakan sesuatu yang dia klaim pemberian pria yang duduk di belakangnya.

Dia langsung tak senang melihat pria itu ternyata Zhou Wei. Tapi saat dia melihat isinya ternyata sebuah tas branded, Ja Na langsung melotot antusias. Tapi tentu saja, dia harus berakting jual mahal "Apaan nih?"

"Ini spesial untukmu, sayangku"

"Lalu bagaimana dengan hubungan kita sekarang? Apa kau mau kita balikan?"

"Tentu saja kau adalah... teman baikku! Ini untuk menghibur teman lamaku" goda Zhou Wei. Ja Na langsung menghajar Zhou Wei dengan kesal. Siapa yang mau jadi temannya?! Bawa tasnya pergi sana!


Saat lewat di depan kelas musik, Chu Yao melihat orang-orang sedang mengantri. Ternyata ada perekrutan anggota orkestra dan perekrutnya adalah Yang Yang. Chu Yao langsung menyerobot antrian dan menyatakan kalau dia mau bergabung dengan orkestra.

Tapi saat ditanya dia bisa alat musik apa, Chu Yao malah bilang kalau dia cuma bisa memainkan bintang kecil dengan biola dan tidak begitu ahli dalam alat musik yang lain.

Kalau begitu dia tidak bisa bergabung. Tapi Chu Yao terus memaksa, malah mengancam tidak akan beranjak pergi kalau Yang Yang tidak menerimanya.


Karena orang-orang yang mengantri di luar juga sudah pada protes, Yang Yang akhirnya menyerah dan menerima Chu Yao bergabung di orkestra.

Tapi berhubung Chu Yao tidak punya keahlian dalam alat musik, jadi Yang Yang menyuruhnya memainkan Triangle saja. Pfft! Chu Yao langsung ketawa kecut.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments