Sinopsis Legend of Yun Xi Episode 10 - 2
Menteri Bei Gong lalu pergi melaporkan masalah ini pada Ibu Suri yang jelas tidak senang mendengar akhir kasus ini. Dia bahkan tidak mampu menangani perkara sekecil ini, sepertinya Menteri Bei Gong tidak pantas mendapatkan jabatan ini.
Menteri Bei Gong mengaduh kalau ini karena Yun Xi. Dia menyalahgunakan kekuasaannya untuk menindasnya. Makanya dia terpaksa harus menyalahkan Nyonya Chen. Jika tidak, takutnya Yun Xi akan terus mempermasalahkan kasus ini.
"Sepertinya aku terlalu meremehkan gadis itu."
"Yang Mulia, haruskah kita mencari cara lain untuk memberinya pelajaran?"
"Tidak perlu. Yang penting dia sudah tahu kalau ini adalah peringatanku. Aku hanya ingin memberinya peringatan. Jika tidak, dia akan jadi sombong setelah menikah dengan Pangeran Qin."
Yun Xi bingung harus bagaimana sekarang. Ibu Suri terus menekannya, tapi Fei Ye semakin baik padanya sekarang.
"Ibu, bisakah kau beritahu aku harus bagaimana?"
Pusing memikirkan masalah ini, Yun Xi akhirnya ketiduran di meja. Tang Li lewat saat itu dan mendadak punya ide licik untuk mengerjai Yun Xi dan membalaskan dendamnya gara-gara ulah Yun Xi kemarin.
Tak lama kemudian dia kembali dengan membawa sebaskom air. Niatnya buat menyiram Yun Xi. Tapi Fei Ye datang saat itu juga dan langsung melancarkan kekuatannya pada baskom itu hingga jadilah air di baskom itu balik menyiram muka Tang Li sendiri.
Baskom itu sontak terjatuh dengan suara berkelontangan hingga membuat Yun Xi terbangun karenanya. Bingung, Yun Xi berpaling ke asal suara... dan sontak menjerit kencang begitu melihat wajah basah Tang Li, mengira Tang Li itu hantu.
Dia sontak lari ke arah Fei Ye sambil jejeritan... lalu melompat dan menggelndot ke Fei Ye yang jelas saja membuat Fei Ye kaget.
"Kau itu istri pangeran. Sikapmu ini tidak pantas. Turun!"
"Tidak mau! Ada hantu air, jelek dan menakutkan."
"Siapa yang kau panggil jelek?!" Protes Tang Li tidak terima.
Yun Xi akhirnya sadar kalau dia Tang Li dan bukannya hantu. Lagian kenapa juga Tang Li berusaha menakut-nakutinya dengan tampang seperti itu?
Kesal, Tang Li sontak mau mau menyerangnya dan membuat Yun Xi kontan lari berlindung ke balik punggungnya Fei Ye.
"Dasar ular. Aku tidak menyalahkanmu karena meracuniku, sekarang kau malah menyalahkanku?"
"Dasar tidak sopan. Kau itu tuan muda Keluarga Tang, mana sopan santunmu? Aku ini istri Pangeran Qin, kakak iparmu. Dan kau panggil aku apa? Ular?"
Mengakhiri masalah ini sampai di sini, Fei Ye cepat-cepat mengusir Tang Li dan menyuruhnya ganti baju. Tang Li tak percaya mendengarnya, Fei Ye melindunginya?
"Suamiku sudah pasti melindungiku." Ejek Yun Xi.
"Menyebalkan!" Geram Tang Li penuh emosi sebelum akhirnya dia menyerah dan pergi dari sana.
Fei Ye mau masuk kamarnya. Tapi yang tidak Yun Xi sangka, Fei Ye mendadak mengajaknya masuk. Yun Xi pun langsung mengikutinya dengan senang hati.
Fei Ye membawa Yun Xi ke kolam mandinya. Kali ini dia bahkan membiarkan Yun Xi membantunya melepaskan pakaiannya. Kesempatan banget nih, yah walaupun Yun Xi harus menasehati dirinya sendiri untuk fokus dengan tugasnya saja. Sekarang ini bukan saatnya untuk terpesona pada Fei Ye.
Yun Xi pun mulai membuka baju bagian atas... dan buru-buru memalingkan muka saat melepas bagian bawah. Pfft! Tapi dia tidak segera pergi setelah itu, malah sengaja ngintip dari sela-sela jarinya.
"Kau lihat apa?" Sentak Fei Ye. "Mau ikut mandi?"
"Tidak, tidak!" Yun Xi bergegas kabur dari sana.
Tapi begitu Yun Xi pergi, Fei Ye dalam hatinya sungguh-sungguh berharap semoga Yun Xi tidak akan pernah mengkhianatinya.
Yun Xi memberitahu Zhao Momo kalau barusan tadi dia membantu melepas pakaian Fei Ye dan melihat ada satu luka bakar yang cukup parah di antara sekian banyak bekas luka di tbuh Fei Ye. Bagaimana ceritanya dia sampai mendapat luka bakar itu.
"Bekas luka bakar Pangeran... ceritanya panjang..." Zhao Momo mulai bercerita.
Flashback.
Saat Fei Ye baru lahir, peramal istana mengklaim bahwa menurut ramalannya, Pangeran Qin memiliki nasib buruk dan bertabrakan dengan nasib negeri ini.
Kaisar terdahulu tak percaya. Tapi Ibu Suri dengan sengaja mengakit-ngaitkan ramalan itu dengan musibah yang dialami negeri mereka. Sejak Pangeran Qin lahir, 6 wilayah di negeri mereka dilanda musibah kekeringan. Itu jelas sebuah pertanda buruk.
Karena itulah, Ibu Suri mendesak Kaisar untuk mengeluarkan titah untuk mengusir Fei Ye dari istana. Kaisar ragu, bagaimanapun Fei Ye adalah anaknya, pangerannya. Tapi Ibu Suri tak menyerah dan terus mengompori Kaisar agar Kaisar lebih memikirkan nasib bangsa mereka ini.
Walaupun berat tapi pada akkhirnya, Kaisar terpengaruh bujukan Ibu Suri lalu menitahkan Pangeran Qin untuk tinggal di kediaman pinggiran ibu kota. Ibu Suri senang.
Terpaksalah Nyonya Yi akhirnya membawa Fei Ye yang waktu itu masih bayi tanpa dosa keluar dari istana.
Flashback end.
Yun Xi tak percaya mendengarnya. Bisa-bisanya mereka menyalahkan seorang bayi baru lahir atas musibah negara. Konyol sekali.
Itulah resiko terlahir di keluarga kerajaan, terkadang mereka tak punya pilihan, ujar Zhao Momo. Sejak saat itu, Pangeran Qin dan Nyonya Yi terpisah selama 10 tahun.
Tapi sebelum Kaisar mangkat, Ibu Suri menyetujui agar Fei Ye kembali ke istana. Akan tetapi saat itu, terjadi kebakaran besar di kediaman Fei Ye.
Apalagi waktu itu cuacanya sangat kering sehingga apinya sulit dipadamkan. Tak ada seorangpun yang selama, kecuali Fei Ye.
Yun Xi merasa aneh. Begitu Ibu Suri mengeluarkan titah itu, kediamannya Fei Ye langsung terbakar. Apa mungkin itu perbuatannya Ibu Suri?
"Ssst! Tidak ada bukti, itu cuma rumor."
Yun Xi jadi sulit tidur memikirkan hal itu. Sekarang dia mengerti tujuan Ibu Suri menikahkannya dengan Fei Ye dan menyuruhnya menemukan tanda suku angin itu. Ibu Suri ingin mengonfirmasi identitas Fei Ye.
Ibu Suri pasti curiga kalau Fei Ye tidak memiliki tanda itu di tubuhnya. Karena itulah Ibu Suri mengirimnya kemari untuk mendapatkan bukti akan kecurigaannya.
Dengan begitu, Ibu Suri akan bisa menuduh Fei Ye bukanlah keturunan kerajaan. Wah, si Nenek Sihir itu kejam sekali ternyata. Putranya sudah menjadi Kaisar, tapi masih juga ingin memfitnah Pangeran Qin.
"Tapi kalau aku terus-menerus menghindarinya dan mengabaikan permintaannya untuk menemuinya di istana, mungkin dia akan melakukan lebih banyak rencana licik pada keluargaku... dan Pangeran Qin." Yun Xi galau.
Gara-gara begadang semalaman, Yun Xi jadi ketiduran sampai siang. Ning Jing sampai harus menariknya bangun secara paksa sambil mengomelinya untuk langsung bertindak saja alih-alih cuma memikirkan Fei Ye terus.
"Kalau aku jadi kau, aku akan bertindak secepatnya dan dandan secantik mungkin. Di manapun dia berada, kau harus selalu kelihatan cantik memesona. Kau harus memastikan bahwa hanya kaulah satu-satunya wanita yang dia lihat."
"Aku masih ngantuk, kau persilah bersenang-senang sana."
"Yun Xi!"
"Ning Jing, Pangeran itu beda dari Tang Li. Kalau aku terus menerus menampakkan diri di hadapannya, dia bisa kesal."
"Aih! Kenapa sih para pria itu tidak bisa lebih baik terhadap kita? Memangnya mereka akan mati kalau mencintai kita?"
"Mungkin mereka akan mati." Desah Yun Xi lemas.
Jangan khawatir. Kalau Fei Ye sampai mengusir Yun Xi, dia tinggal saja di Perguruan Yun Kong milik keluarga Ning Jing. Yun Xi itu cantik dan pintar, kakak-kakak dan adik-adik seperguruannya pasti akan menyukai Yun Xi. Yun Xi boleh pilih siapapun yang dia mau.
"Kau pikir itu pilih-pilih sawi di pasar apa?"
Tapi, Yun Xi mau tanya. Misalnya Ning Jing menyukai seseorang, tapi dia tak punya pilihan lain untuk berbohong pada orang yang disukainya itu. Tapi sebenarnya dia tidak ingin bohong sama orang itu. Apa yang akan Ning Jing lakukan?
Yun Xi jelas sedang mencari pencerahan untuk masalahnya sendiri, tapi Ning Jing nggak nyambung dan mengira Yun Xi sedang mencoba membela Tang Li atas masalah insiden kaburnya Tang Li dari pernikahan mereka.
Apapun alasannya untuk kabur, pokoknya Tang Li tetap salah dan Ning Jing tidak akan memaafkannya. Yun Xi jadi tambah galau, tak tahu harus bagaimana.
Di luar, Ning Jing melihat Tang Li sedang mengucek-ucek matanya (lagi nangis kah?). Melihat itu membuatnya jadi memikirkan ucapan Yun Xi tadi, benarkah Tang Li punya alasannya sendiri? Apa mungkin dia menderita penyakit mematikan?
Apalagi wajah Tang Li tampak benar-benar pucat lalu mengucapkan kalimat yang membuat Ning Jing semakin cemas.
"Ning Jing, maafkan aku. Aku tidak punya banyak waktu tersisa. Aku tidak boleh menyia-nyiakan waktumu. Tapi kau harus ingat... aku mencintaimu. Kita kita akan menikah di kehidupan selanjutnya." Ucap Tang Li sambil batuk-batuk.
Err... tapi itu cuma khayalan Ning Jing doang ding. Tidak mungkin juga Tang Li sakit parah, dia kan sehat walafiat dan larinya sangat cepat. Apa mungkin dia punya musuh yang sangat kuat?
Ning Jing mendadak berkhayal lagi, membayangkan Tang Li mengucap selamat tinggal, tapi kali ini alasannya dia harus kabur sejauh mungkin.
Cepat-cepat mengusir khayalan liar itu, Ning Jing merasa itu sepertinya tidak mungkin juga. Kalau Tang Li punya musuh, ayahnya pasti tahu.
Bersambung ke part 3
3 Comments
Terima kasih..kak
ReplyDeleteDah d lanjutt..
ReplyDeleteSemangat ...dtunggu ep berikut ny
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam