Sinopsis The Eternal Love Episode 6 - 2

Sinopsis The Eternal Love Episode 6 - 2


Kepala Tan Er jadi sedikit berdarah gara-gara benturan itu. Cemas, Jing Xin memohon dalam hatinya agar Xiao Tan muncul dan membalaskan dendam untuk nonanya. Tapi tidak, Tan Er masih tetap Tan Er.

Yi Huai tiba-tiba datang dan langsung mencemaskan Tan Er. Tapi sedetik kemudian, Lian Cheng juga datang dan langsung menyingkirkan Yi Huai dari istrinya.


Yi Huai langsung marah pada Pan Er, apa yang sudah dia lakukan pada Tan Er?! Pan Er menyangkal melakukan apapun, dia cuma sedang berbincang dengan Tan Er, terus Tan Er jatuh sendiri.

"Kakak Pertama, suruh istrimu untuk jaga sikap!" Kesal Lian Cheng.

Tan Er mengklaim kalau dia baik-baik saja dan mengajak Lian Cheng untuk pulang saja sekarang. Mereka pun berjalan pergi tapi Tan Er masih sempat melirik Yi Huai dengan sedih. Yi Huai pun sedih menatap kepergiannya sebelum kemudian mengalihkan perhatiannya ke Pan Er dengan kesal.


Malam harinya, Xiao Tan kembali. Begitu Jing Xin masuk, dia langsung antusias meminta Jing Xin bergosip.

Apa Tan Er dan Yi Huai gandengan tangan atau c**man tadi? Jing Xin cemberut, Xiao Tan bilang kalau hubungan diantara mereka berdua sudah berakhir.

"Aiya! Aku kan tidak sungguh-sungguh. Kau menganggapnya serius? Zodiakmu pasti scorpio."

Jing Xin akhirnya berhenti marah dan memberitahu Xiao Tan kalau Tan Er dan Yi Huai bahkan tak sempat bicara, Tan Er jadi sedih.

Xiao Tan ikut prihatin mendengarnya. Tapi jangan khawatir, mereka masih punya banyak kesempatan di masa depan.


Tiba-tiba pintu membuka, Lian Cheng berdiri di sana dengan wajah penuh amarah dan menyuruh Jing Xin keluar.

Begitu mereka berduaan, Lian Cheng langsung mencengkeram erat kedua pundak Xiao Tan dan mendorongnya hingga dia duduk di rnjang.

Tanpa mengucap sepatah kata, Lian Cheng menabur obat ke secarik kain dan menempelkannya ke luka di kepala Xiao Tan. Xiao Tan mengernyit kesakitan.

Lian Cheng menyuruhnya jangan bergerak. "Kalau kau ingin lukamu meninggalkan bekas, aku akan pergi."


Xiao Tan akhirnya membiarkan Lian Cheng merawat lukanya. Tapi tiba-tiba Lian Cheng mendekpnya erat. "Hari ini di istananya Pangeran Yi Huai, kenapa kau menatapnya seperti itu? Aku suamimu."

Kesakitan gara-gara plukan eratnya, Xiao Tan langsung mendorong Lian Cheng sambil bersikeras kalau dia tidak melakukan itu. Cemburu, Lian Cheng langsung menc**m paksa Xiao Tan.


Xiao Tan langsung mendorongnya dan menamparnya. Berani sekali Lian Cheng menc**mnya. Xiao Tan tidak terima, dia mau kompensasi!

"Kompensasi? Kompensasi macam apa yang kau inginkan?"

"Surat cerai! Berikan aku surat cerai!"

Tapi Lian Cheng malah nakal memperhatikan tbuh Xiao Tan. Apa Xiao Tan begitu menginginkan surat ceria?

"Tentu saja! Kau tahu tapi masih tanya!"

Lian Cheng bisa saja memberinya surat cerai, tapi ada syaratnya.

Apa yang Lian Cheng inginkan? Katakan saja! Tapi Lian Cheng malah diam saja sambil menatapnya dengan mata nakal. Xiao Tan sontak kesal, dia tidak akan menarik kata-katanya, kan?

"Aku selalu menepati ucapanku."

"Lalu apa yang membuatmu ragu?"


"Baiklah. Kau ingin surat cerai? Maka kau harus tdur bersamaku. Kalau kau membuatku puas, maka aku akan memberimu surat cerai."

"Kau bilang apa? Katakan sekali lagi?"

"Sudah kukatakan sekali. Aku tidak akan mengulanginya. Kuberi kau waktu 3 detik untuk memikirkannya."


1... 2... 3... Xiao Tan masih tidak menjawab, Lian Cheng langsung beranjak pergi. Tapi Xiao Tan cepat-cepat mencegahnya.

Xiao Tan galau... tapi ini bukan tbuhnya, jadi tidak akan masalah. "Qu Tan Er, maafkan aku. Aku harus mendapatkan surat cerai itu agar aku bisa pergi dari tempat ini dan kembali bertemu orang tuaku."

Dengan tekad itu, Xiao Tan langsung menc**m Lian Cheng. Lian Cheng sontak melotot saking kagetnya. Tapi senyumnya perlahan mengembang dan mulai membalas c**man Xiao Tan... hingga mereka terjatuh ke rnjang.


Beberapa saat kemudian, Lian Cheng berpakaian kembali lalu beranjak pergi begitu saja. Xiao Tan buru-buru menuntut surat cerainya.

Tapi Lian Cheng malah tersenyum licik sambil berkata, "Itu tidak sesuai standarku." (Wkwkwk. Modus banget)

Xiao Tan jelas kesal sudah dibohongi. "Mo Lian Cheng! Dasar baj*ngan! Kau berani berbohong padaku?! Kaulah yang buruk, akulah yang tidak puas!"


Keesokan harinya, Jing Xin masuk kamarnya Xiao Tan sambil mengomel cemas... tapi malah mendapati Tan Er hendak gantung diri. Jing Xin sontak ketakutan melihatnya, apa yang terjadi? Kenapa Tan Er melakukan ini?

"Aku, Qu Tan Er, sudah tidka pantas hidup di dunia ini."

"Nona, apa yang membuatmu sangat marah? Turunlah dulu, kita bisa membicarakannya, kumohon!"

Tan Er mengaku bahwa tadi setelah tabib memeriksa kondisinya, tabib malah mengingatkannya untuk tidak terlalu sering melakukan pelayanan tempat tidur.

Xiao Tan pasti menggunakan tubuhnya semalam. Karena itulah, Tan Er mau mati saja.


"Nona, Xiao Tan lah yang melakukan itu, bukan nona."

Tapi tetap saja Xiao Tan menggunakan tubuhnya dan reputasinya jadi tercela. Bagaimana bisa dia menyebut dirinya suci sekarang? Haruskah dia memberitahu semua orang bahwa ada wanita lain yang hidup di dalam dirinya?

Jing Xin meyakinkan takkan ada yang mengetahuinya selama Tan Er tidak mengatakan apapun. Lagipula Xiao Tan melakukan itu karena Lian Cheng mengiming-iminginya surat cerai jika dia mau melakukannya. Jika Xiao Tan bebas maka Tan Er juga bisa bebas.

Lagipula dia sekarang istrinya Lian Cheng. Jika Lian Cheng menginginkannya maka Tan Er tidak akan bisa menghentikannya. Sekarang Xiao Tan bersedia melayaninya demi Tan Er, jadi kenapa juga Tan Er ingin bunuh diri?

 

Tapi Tan Er malah jadi semakin sedih mendengarnya dan nekat gantung diri saat itu juga... tapi gagal gara-gara kainnya putus. (Wkwkwk! Aku kok malah ketawa sih?)

Tan Er menangis, miris dengan hidupnya yang sangat menyedihkan. Dia anak selir, di rumah dia disiksa dan di sini pun dia terhina.

Jing Xin mengingatkannya bahwa sekarang ada dua jiwa yang bersemayam dalam tubuhnya. Jadi jika Tan Er ingin mengakhiri hidupnya maka dia harus membicarakannya dulu dengan Xiao Tan.

"Sekarang aku bahkan tidak bisa membuat keputusan atas tubuhku sendiri."


Jing Xuan hendak masuk ke perpustakaan kerajaan, tapi pengawal di luar malah mencegahnya masuk dengan alasan Kaisar sedang melakukan urusan penting.

Jing Xuan kesal, Kaisar sendiri kok yang memanggilnya kemari, kenapa dia malah mencegahnya masuk?

Pertanyaannya terjawab dengan sendirinya saat Yi Huai keluar dengan membawa segulung dekrit kerajaan. Dengan senyum arogannya, Yi Huai menyinggung Jing Xuan yang berani bikin keributan di depan perpustakaan kerajaan.

"Kakak Pertama. Apa ayahanda kita memberimu dektrit kerajaan? Tolong beritahu aku juga."

"Aku tidak bisa memberitahukan ucapan kaisar. Aku punya urusan politik penting, maafkan aku karena tidak bisa berbincang denganmu sekarang."


Jing Xuan langsung melaporkan masalah itu ke Lian Cheng. Dia sudah mencoba bertanya-tanya, tapi bahkan ayahanda mereka tak mau memberitahu apapun. Jing Xuan kesal sekali melihat wajah sombongnya Yi Huai.

"Kakak Pertama selalu berhati-hati, mungkin kali ini dia menerima dekrit kerajaan yang penting. Kita tidak boleh diam saja. Sudah saatnya kita mengunjunginya."


Yu Hao datang tak lama kemudian untuk melapor tentang Tan Er yang tadi pagi berusaha bunuh diri dan menangis terus. Lian Cheng tentu cemas mendengarnya. Tapi Yu Hao meyakinkan kalau sekarang Tan Er baik-baik saja, jadi Lian Cheng tidak usah cemas.

Jing Xuan penasaran apa alasan Tan Er ingin bunuh diri. Yu Hao tak begitu yakin, tapi sepertinya karena masalah yang terjadi semalam.

Jing Xuan geli mendengar Lian Cheng menghabiskan malam dengan istrinya semalam dan sekarang istrinya malah ingin bunuh diri.

"Sepertinya, sekarang saatnya mengunjungi Pangeran Yi Huai." Ujar Lian Cheng.


Malam harinya saat Xiao Tan kembali, Jing Xin memberikan surat dari Tan Er yang isinya mengancam Xiao Tan untuk tidak mengulangi kejadian semalam.

Jika tidak, Tan Er mengancam akan bergabung dengan jiwa-jiwa di dunia bawah tanah (mati). Surat ini dia tulis dengan tinta dan air mata.

Xiao Tan menggerutu kesal, tak mengerti sama sekali dengan maksud Tan Er itu. Jing Xin langsung mengomelinya, Tan Er hampir mati karena menangis begitu keras tadi.

Semuanya gara-gara Xiao Tan yang bikin ulah. Para pelayan dan dayang sampai harus berlutut. Untung saja Jing Xin berhasil menyelamatkannya tepat waktu. Intinya, Tan Er menulis surat ini untuk melarang Xiao Tan tidur bersama Lian Cheng lagi.

"Aiya! Itu kan bukan sesuatu yang bisa kukendalikan."


Tiba-tiba sesuatu terjatuh di belakang mereka dengan suara gedebum keras. Ternyata yang jatuh manusia berpakaian serba hitam. Xiao Tan sontak jejeritan panik, "Ada pembunuh! Cepat tangkap!!!"

Tapi Jing Xin buru-buru menutup mulutnya, "Xiao Tan, sepertinya itu Pangeran ke-8."


Xiao Tan membuka cadar orang itu dan ternyata dia memang Lian Cheng dan dia terluka.

Mereka pun bergegas membawa Lian Cheng ke kamarnya Xiao Tan. Jing Xin tanya apakah dia harus memanggil tabib istana?

Xiao Tan melarang, tidak ada yang boleh tahu kalau Lian Cheng terluka. Dia lalu menyuruh Jing Xin untuk membawakannya gunting, arak dan kain.

Jing Xin kembali tak lama kemudian dengan membawakan semua peralatan yang Xiao Tan minta. Xiao Tan pun bergerak cepat mengobati luka di lengan Lain Cheng itu.

"Xiao Tan, kenapa Yu Hao tidak bersama Pangeran saat ini?"

"Mana kutahu. Eh, keluarlah untuk jaga pintu. Jangan biarkan siapapun masuk."


Xiao Tan makin cemas karena Lian Cheng sekarang demam. Tapi sedetik kemudian, pikiran matrenya kumat lagi. Lian Cheng tampan juga, jika saja dia bisa membuat Lian Cheng jadi selebritis, dia bisa jadi kaya raya.

"Tapi sekarang aku masih terperangkap di sini. Bagaimana bisa aku membawanya kembali bersamaku?"


Keesokan paginya, Jing Xin masuk kamar dengan membawa Yu Hao dan membangunkan Xiao Tan yang ketiduran di atas da** Lian Cheng. (Eh, kukira habis bangun tidur dia ganti Tan Er, ternyata enggak yah? Bagus deh, kalau Tan Er tahu pasti langsung dilaporin ke Yi Huai kali.)

Yu Hao langsung menaruh sesuatu di bawah hidung Lian Cheng dan seketika itu pula Lian Cheng terbangun.

Yu Hao menduga kalau Lian Cheng diracuni semacam asap penenang dan sekarang dia memberinya obat penawar.

Melihat Xiao Tan, Lian Cheng tanya apakah Xiao Tan yang merawat lukanya dan menjaganya sepanjang malam? Xiao Tan menjawab ketus, tentu saja, apa Lian Cheng pikir kalau lukanya bisa sembuh dengan sendirinya?

Yu Hao lalu membantu Lian Cheng bangkit dan mereka pun pergi tanpa mengucap apapun lagi.

Xiao Tan jelas kesal, "Biarpun kau tampan, seharusnya kau berterima kasih padaku!"


Saat Xiao Tan keluar kamar tak lama kemudian, Selir Yun datang dengan senyum lebar lalu pura-pura berwajah sedih sambil menyinggung Xiao Tan yang bisa menemani Lian Cheng setiap hari, sementara mereka (para selir) hanya bisa tidur sendirian.

Dia jelas-jelas sedang berusaha mencari informasi tentang yang terjadi semalam dengan mengomentari Xiao Tan yang tampak lelah.

Tapi Xiao Tan dengan cerdiknya berlasan bahwa ini karena Pangeran sangat nakal semalam. Selir Yun pasti tahu kan apa yang dia maksud.


Selir Yun jelas kesal mendengarnya. Tapi dia dengar ada pembunuh yang masuk ke kediaman Pangeran Yi Huai semalam. Kabarnya mereka bertarung sangat sengit. Selir Yun sangat mencemaskan keselamatan Lian Cheng dan Tan Er.

Bersambung ke episode 7

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam