Sinopsis The Eternal Love Episode 6 - 1

Sinopsis The Eternal Love Episode 6 - 1


Tahu Lencana Komando Kerajaan itu ada di tangannya, Tan Er pun langsung membawa Jing Xin keluar agar dia bisa memberikan lencana itu pada Yi Huai.

Dia yakin sekali kalau para penjaga gerbang pasti akan menghentikan mereka. Tapi saat dia pamit, para penjaga gerbang tak ada yang berusaha menghentikannya.

 Tan Er tentu heran, apa mereka tidak akan menghentikannya? Salah satu penjaga berkata kalau mereka tidak berani.

"Apa kalian tidak akan membuntutiku?"

"Kami tidak berani."


Walaupun jelas-jelas situasi ini mencurigakan, tapi Tan Er tak begitu curiga dan langsung saja keluar. 

Mereka berjalan ke pasar saat seorang pejalan kaki tiba-tiba menubruk Tan Er hingga dia jatuh dan pingsan. (Huh? cuma ketubruk gitu doang dia jatuh dan pingsan? Hahaha, nggak masuk akal)

Saat dia tersadar sedetik kemudian, Xiao Tan kembali mengambil alih tubuhnya. Dia langsung melotot senang mendapati dirinya sudah ada di luar rumah. Bagaimana bisa nona-nya Jing Xin keluar? Dia mau ngapain keluar rumah?

Jing Xin berkata kalau Tan Er keluar untuk membeli barang. Tapi Xiao Tan menolak mendengarkan detilnya, sebodo amat apapun alasannya keluar, yang penting dia bisa keluar rumah.


Saat dia melipat tangannya kedalam lengan bajunya, dia mendapati lencana pemberian Lian Cheng ada di dalamnya. Untuk apa Tan Er membawa benda ini keluar? Apa dia mau menjualnya?

Jing Xin menyangkal, tapi dia ragu untuk menjelaskan alasannya yang sebenarnya. Mereka pun terus melanjutkan perjalanan.


Di tengah jalan, Xiao Tan melihat ada pegadaian. Xiao Tan langsung antusias, bagaimana kalau mereka gadaikan saja lencana ini dengan beberapa perak? Dengan begitu, mereka tidak akan kelaparan jika terjadi sesuatu.

Jing Xin melarang dan akhirnya dia mau juga jujur menjelaskan kalau Tan Er berniat memberikan benda itu pada Pangeran Yi Huai. Dia harus bilang apa kalau Xiao Tan menggadaikan lencana itu?

Bagaimana kalau Xiao Tan membantu Tan Er memberikan lencana itu ke Yi Huai. Xiao Tan menolak. Kalau Lian Cheng sampai tahu, bisa-bisa Lian Cheng bakalan mengulitinya dan memakannya hidup-hidup.

Lagipula, dia hidup dari Lian Cheng. Lian Cheng juga tak pernah memperlakukannya dengan buruk, dia jauh lebih baik daripada orang-orang di keluarga Qu. Selain itu, Xiao Tan tidak mau melepaskan kesempatan untuk jadi kaya ini.


Melihat Jing Xin masih cemberut, Xiao Tan berusaha membujuknya dengan menawarkan bagi untung 80:20 atau 70:30? Jing Xin cemberut tidak mau.

"Kau ini bodoh sekali! Apa hal yang paling penting? Bagi wanita, yang paling penting adalah uang. Kalau kau kaya, takkan ada yang berani menindasmu. Ayo!" Xiao Tan langsung masuk ke pegadaian itu tanpa menyadari kalau dia sedang diawasi oleh Yu Hao.


Yu Hao langsung melaporkan masalah itu ke Lian Cheng yang jelas heran mendengarnya, apa Tan Er benar-benar tidak tahu betapa pentingnya lencana itu? Atau dia berniat memberikannya ke Yi Huai melalui pegadaian itu.

Yu Hao rasa tidak. Tak ada seorangpun yang mengambil lencana palsu itu sedari tadi. Dia juga sudah menyelidiki latar belakang pemilik pegadaian itu dan dia tak ada hubungan apapun dengan orang-orangnya Yi Huai.

Lian Cheng puas mendengarnya. Kalau begitu dia hanya perlu melakukan langkah terakhir. Setelah itu dia bisa menebus malam pejgantinnya.


Malam harinya, Xiao Tan semangat memindahkan semua perhiasan yang didapatkannya dari hasil gadai ke dalam kain. Tapi tiba-tiba Lian Cheng berdehem dan hampir saja membuat Xiao Tan jantungan.

"Yang Mulia, kau mengagetkanku setengah mati."

"Kenapa? Apa karena kau melakukan sesuatu di belakangku?"

"Memangnya apa yang sudah kulakukan?"


"Mana Lencana Komando Kerajaan yang kuberikan padamu?"

"Kau kan sudah memberikannya padaku, jadi aku punya hak untuk membuangnya. Sebagai pangeran, bukankah kau harus menepati ucapanmu? Lagipula itu cuma sebatang emas."

"Apa kau tahu kegunaan lencana itu? Lencana itu dibuat sendiri oleh mendiang Kaisar. Lencana itu bisa memerintahkan pasukan. Jika lencana itu jatuh ke orang yang salah, apa kau tahu apa konsekuensinya?"

"Ap-apa?"

"Dibunuh tanpa ampun. Karena kau sudah memberikannya pada orang lain, jadi kenapa juga aku harus membiarkanmu hidup?"


Xiao Tan sontak panik ketakutan mendengarnya dan cepat-cepat menyodorkan semua perhiasannya pada Lian Cheng. Dia kembalikan semuanya.

"Aku memang salah, maafkan aku! Aku sungguh tak tahu kalau lencana itu sangat penting. Aku hanya berpikir kalau itu emas murni, jadi kugadaikan. Tan Er benar-benar salah. Yang Mulia, aku akan menebusnya sekarang juga."


"Kau sungguh menggadaikannya? Kau tidak memberikannya pada orang lain?"

"Aku bersumpah! Kalau aku memberikannya pada orang lain maka aku... aku tidak akan pernah menjual rumah lagi. Ah, tidak-tidak-tidak! Aku tidak akan pernah menikah lagi!"

"Apa? Kau mau menikah dengan orang lain?"

"Tidak-tidak-tidak! Dalam hatiku, Yang Mulia Pangeran adalah pria yang paling ganteng sedunia. Tan Er hanya akan mengikutimu sampai akhir. Tak ada tempat untuk orang lain dalam hatiku. Yang Mulia, kau percaya padaku, kan?"

"Aku akan mempercayaimu kali ini. Tapi, jika aku tahu kau menggadaikan apapun yang kuberikan padamu lagi, aku akan menghukummu dengan hukuman berat."


Jangan khawatir, Tan Er janji kalau dia tidak akan melakukannya lagi. Sungguh! Lian Cheng masih terus menatapnya tajam. 

Tapi saat dia berbalik pergi, senyumnya langsung mengembang. Senang karena walaupun istrinya ini aneh, tapi sekarang dia yakin kalau istrinya itu bukan mata-mata Yi Huai.


Saat Xiao Tan balik ke kamar, Jing Xin langsung memarahinya dan menuntut Xiao Tan untuk menjelaskan masalah Lencana Komando Kerajaan itu pada Tan Er.

Tapi Xiao Tan juga kesal padanya. Jing Xin tahu betapa pentingnya lencana itu, tapi Jing Xin malah menyuruhnya untuk menyerahkan lencana itu pada Yi Huai. Itu sama saja mendorongnya ke neraka!

"Aku begitu mempercayaimu! Tega sekali kau melakukan ini kepadaku!"

Xiao Tan lalu menulis surat yang isinya melabrak Tan Er. "Kalau nona-mu bangun, berikan surat ini padanya dan bilang kalau aku sangat marah padanya! Ini namanya konspirasi!"

Jing Xin sedih melihat kemarahan Xiao Tan padanya, apalagi Xiao Tan bahkan tak mau memandangnya. Apa Xiao Tan sungguh tak mau bicara padanya lagi?

"Benar! Kita berakhir!"


Tapi entah bagaimana, tiba-tiba saja Tan Er bangun (Padahal dia nggak pingsan atau tidur. Aku jadi bingung, apa jiwanya bisa beralih hanya karena lagi emosi?). 

Dia langsung tanya ke mana Lencana Komando Kerajaan itu. Jing Xin pun langsung menyerahkan suratnya Xiao Tan.

Tan Er langsung meremas surat itu dengan sedih. Kenapa Jing Xin tidak emnghentikan Xiao Tan menggadaikan lencana itu? Sekarang dia jadi kehilangan kesempatan emas ini. Bagaimana lagi dia bisa mendapat kesempatan untuk membantu Yi Huai?

Jing Xin makin sedih mendengarnya, "Kenapa kalian berdua menyalahkan aku?" Gumamnya sedih.


Seorang pelayan datang untuk memberitahunya bahwa besok adalah ulang tahun Yi Huai yang ke-28 tahun. Lian Cheng meminta Tan Er untuk bersiap. Senyum Tan Er langsung merekah mendengar dia bisa bertemu Yi Huai besok.


Keesokan harinya saat mereka berjalan bersama menuju kediaman Yi Huai, Lian Cheng cemas melihat wajah Tan Er yang tampak sangat pucat. Tan Er beralasan kalau dia hanya merasa kurang enak badan saja.

Tapi saat Yi Huai menyambut mereka dan menatapnya, Tan Er langsung malu-malu. Cemburu melihat interaksi mereka, Lian Cheng langsung memerintahkan Tan Er untuk keluar dan ngobrol bersama para wanita. 

Tan Er terpaksa pergi tapi masih sempat menatap Yi Huai seolah tak ingin berpisah dengannya.


Begitu Tan Er pergi, Lian Cheng mengingatkan Yi Huai kalau Tan Er sekarang istrinya, jadi sebaiknya dia tidak usah peduli dengan segala hal yang bukan miliknya.

"Ucapan yang bagus. Aku penasaran, menurutmu siapa yang paling cocok jadi Putera Mahkota?"

"Bagaimana menurut kakak sendiri?"

Menurut Yi Huai, hati Kaisar tidak bisa ditebak. Dia yakin kalau Kaisar tidak akan memilih orang yang pura-pura tak peduli tapi diam-diam merencanakan sesuatu di belakangnya.


Menurut Lian Cheng, Kaisar akan lebih dulu menyelidiki siapa yang mengirim si pembunuh. Yi Huai mengingatkan bahwa segalanya butuh bukti. Jika tidak ada bukti, maka orang-orang akan berpikir kalau Lian Cheng memfitnahnya.

"Kau percaya diri sekali. Sepertinya kau yakin kalau aku tidak akan menemukan bukti. Segalanya baru bermula."


Di luar, Tan Er bertemu dengan Qing Yun dan Pan Er. Mereka menyapa Pan Er, tapi Pan Er langsung ketus menuduh Tan Er berakting sok lemah untuk merayu Yi Huai. 

"Dulu kau tidak berhasil menikah dengannya. Sekarang akulah istrinya. Jadi jangan pernah berharap. Kuperingatkan kau, jika aku melihatmu merayunya lagi, akan kuhancurkan wajahmu."

"Baik. Aku akan mengingatnya. Tapi, tolong kakak awasi suami kakak dengan baik."


Qing Yun langsung mengompori Pan Er, dia terlalu baik dengan membiarkan adiknya itu bersikap lancang. 

Terprovokasi, Pan Er langsung melayangkan tangan untuk menampar Tan Er. Jing Xin berusaha melindungi nonanya, tapi Pan Er langsung mendorong Tan Er sampai dia terjatuh dan kepalanya terantuk.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments