Qing Yun mengusap patung Dewa giok kecil dengan sedih. Pelayannya menyarankannya untuk memberikan patung Dewa itu pada Lian Cheng saja sekarang untuk menunjukkan niat baiknya.
Qing Yun ragu, terlebih situasinya sangat canggung saat ini. Entah apa yang dikatakan Xiao Tan pada Lian Cheng.
Baru dibicarakan, Lian Cheng muncul mendatanginya. Qing Yun sumringah seketika, kenapa dia datang?
"Kenapa? Apa aku datang di saat yang salah."
"Apa kau sudah pulih sepenuhnya sekarang?"
Lain Cheng tak menjawab pertanyaannya, malah mengambil patung Dewa kecil itu di meja lalu mengomentari betapa bagus dan indahnya patung itu, kelihatan seperti Dewa yang dipuja oleh suku asing di utara.
Si pelayan memberitahu Lian Cheng bahwa Qing Yun meminta pemahat untuk membuat patung itu dengan cepat demi mendoakan kesembuhan Lian Cheng. Patung itu terbuat dari batu giok Yangzhi yang berasal dari Gunung Longliang.
Batu itu sangat sulit ditambang. Tapi karena ketulusan Qing Yun, dia menyuruh seseorang untuk memahat patung dewa yang bisa memberikan keberkatan dan kesehatan. Semua itu demi Lian Cheng.
"Kak Lian Cheng, apa kau menyukainya?" Tanya Qing Yun.
Tapi Lian Cheng cuma memberinya tatapan dingin. Qing Yun mengeluh kalau selama Lian Cheng tak sadarkan diri, hanya Xiao Tan yang merawatnya. Bukannya dia tidak mau membantu, tapi karena mereka melarangnya melihat Lian Cheng.
"Kak Lian Cheng, kau tidak akan menyalahkanku, kan?"
"Ada beberapa hal yang lebih baik tidak kau lakukan sepenuh hati."
"Apa... maksudnya? Apa mungkin... Istri Pangeran mengatakan sesuatu padamu?"
"Apa kau takut dia mengatakan sesuatu padaku?"
"Aku tidak takut. Semuanya kulakukan untukmu..."
"Tutup mulutmu!" Lian Cheng langsung menggebrak patung dewa itu dengan penuh amarah. "Tak peduli mau itu Dewa atau Buddha, jika mereka bersikeras mau menyakiti Tan Er, akan kuhancurkan mereka sepenuhnya!"
Lian Cheng mau pergi. Tapi Qing Yun ngotot kalau dia melakukan semua itu demi Lian Cheng. Dia tidak peduli bahkan sekalipun dia hancur.
Qing Yun lalu mewek lagi ke Ibu Suri dan meminta Ibu Suri untuk mencoba membujuk Lian Cheng biar tidak salah paham padanya. Dia yakin kalau Lian Cheng akan mendengarkan Ibu Suri.
Tapi Ibu Suri mengingatkan Qing Yun bahwa dia memiliki hubungan tak terbantahkan dalam kasus ini. Karena itulah dia tak yakin akan bisa membujuk Lian Cheng. Apalagi waktu itu, Lian Cheng berani melawannya terang-terangan demi Tan Er. Itu pertama kalinya sejak Lian Cheng kecil.
"Lalu bagaimana aku bisa punya kesempatan?"
"Sekarang ini, hati Cheng'er terfokus hanya pada Qu Tan Er seorang. Kalau kau ingin punya kesempatan, kau harus memperbaiki hubunganmu dengannya (Tan Er). Kurasa Cheng'er tidak akan mempersulitmu."
"Tapi... Kak Lian Cheng tidak memperbolehkanku menemuinya. Walaupun aku ingin meminta maaf padanya secara diam-diam, aku tidak akan punya kesempatan untuk itu."
Jangan khawatir. Ibu Suri berjanji akan mencari kesempatan untuk mengundang mereka semua kemari dan bicara secara terbuka demi Qing Yun.
Satu-satunya hal yang bisa mereka lakukan untuk membuat Lian Cheng menyingkirkan kesangsiannya terhadap mereka adalah dengan cara membiarkan Tan Er menang untuk saat ini.
Untuk sekarang ini, Ibu Suri mengingatkan Qing Yun untuk diam saja di kediamannya selama beberapa hari ini dan jangan membuat masalah apapun.
Setelah Qing Yun pergi, Ibu Suri mendiskusikan masalah ini dengan Kasim Li. Dia cemas karena Lian Cheng sepertinya mulai mencurigai Qing Yun. Apa Kasim Li melakukan tugasnya dengan bersih? Dia tidak meninggalkan petunjuk apapun, kan?
Kasim Li meyakinkan kalau dia tidak meninggalkan jejak apapun. Keterlibatan Qing Yun memang sudah direncanakan untuk diketahui biar kecurigaan Lian Cheng mengarah ke Pan Er. Selama Lian Cheng tidak terlalu meneruskan kecurigaannya pada Qing Yun, maka Kasim Li yakin tidak akan ada masalah.
Waktu Qing Yun mewek dan mengaduh padanya waktu itu, Ibu Suri memang sengaja membiarkan Pan Er mendengar segalanya dan mengetahui kebencian Qing Yun pada Tan Er. Dan ternyata Pan Er melakukannya sesuai perkiraannya, yaitu mengajari Qing Yun untuk membunuh Tan Er.
Dia mengira kalau dia bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk membunuh Tan Er dan mengkambinghitamkannya pada percobaan pembunuhan yang dilakukan Pan Er. Itu kesempatan bagus untuk menyingkirkan seluruh keluarga Qu dan membantu Lian Cheng mendapatkan tahta.
Tentu, dia menyadari resikonya cukup tinggi. Dia sudah takut akan terjadinya kecelakaan, makanya dia menyuruh Kasim Li datang ke sana waktu itu untuk melindungi Lian Cheng.
Dalam flashback, tampak Kasim Li lah yang ternyata menangkis panah pertama dan bukannya pedangnya Lian Cheng. Tapi dia gagal melindungi Lian Cheng dari panah kedua.
Ibu Suri tidak pernah menyangka kalau Lian Cheng hampir mati dalam kejadian itu. Dia rugi besar gara-gara itu, tapi tetap saja dia belum berhasil menyingkirkan Tan Er.
Kasim Li juga tidak menyangka. Dia kira kalau Pan Er akan bisa menyingkirkannya. Dia tidak menyangka kalau hidup Tan Er sangat stabil.
"Sekarang ini, aku tidak akan melanjutkan perkara ini demi menghormati Cheng'er. Sekarang yang paling penting adalah tidak membiarkan Cheng'er mengasingkan diri dariku."
"Ibu Suri benar. Kita masih punya banyak waktu untuk menyingkirkan Istri Pangeran Ke-8."
Tapi ada satu hal yang Kasim Li rasa aneh. Nyonya Qu mendadak meninggal karena sakit. Sepertinya Lian Cheng sudah menyelidiki keterlibatan mereka dalam percobaan pembunuhan itu.
"Tapi Pangeran menutup-nutupi masalah ini. Aku bertanya-tanya hal aneh apa yang sebenarnya terjadi dibalik semua ini."
"Apa bukan kau yang tidak becus mengerjakan pekerjaanmu?"
Kasim Li langsung berlutut ketakutan. Dia tidak berguna, mohon hukum dia. Ibu Suri tidak mempermasalahkannya.
Sebenarnya bagus juga. Karena Tan Er lah yang mendorong Nyonya Qu ke kematiannya, Pan Er pasti sangat membencinya sekarang. Bahkan sekalipun Ibu Suri tidak melakukan apapun, Pan Er pasti tidak akan mengampuni Tan Er.
"Musim sedang bagus sekarang ini. Kita tidak seharusnya menyia-nyiakan musim gugur yang indah ini. Pergilah mempersiapkan segalanya. Ambil dan bawalah arak dari kawasan barat ke kemari. Aku ingin mengadakan pesta minum arak."
Pada hari yang ditentukan, semua orang berkumpul di kediamannya Ibu Suri. Setelah semua orang memberi salam hormat kepadanya, Ibu Suri memerintahkan Qing Yun duduk di sebelahnya Lian Cheng. Qing Yun dengan senang hati melakukannya.
Para pelayan menuang arak khusus yang Ibu Suri bawa untuk mereka semua. Ibu Suri mengajak semua orang untuk bersulang.
Dia lalu mulai membahas lukanya Lian Cheng dan memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat kesempatan agar Qing Yun bisa bersama Lian Cheng dengan meminta Qing Yun untuk menjaga Lian Cheng demi dia. Dia bisa belajar dari Tan Er yang selama ini merawat Lian Cheng.
Xiao Tan jelas cemburu. Lian Cheng diam-diam berusaha menenangkannya dengan menepuk-nepuk tangan Xiao Tan, tapi Xiao Tan kesal menampiknya sambil melempar tatapan tajam padanya.
Karena arak yang dia tuangkan untuk Xiao Tan habis, seorang pelayan keluar untuk mengambil isi ulang.Kesempatan, Pan Er pun keluar dan menunggu si pelayan kembali. Begitu melihat pelayan itu datang, Pan Er dengan sengaja berjalan ke arahnya dan pura-pura tak sengaja menabraknya dan terjatuh.
Pan Er pura-pura marah lalu menyuruh si pelayan untuk meletakkan teko arak itu dan pergi ambil obat untuk kakinya.
Ketakutan, si pelayan pun pergi. Pan Er lalu cepat-cepat mengambil sebotol racun dari dalam bajunya dan menuangkannya ke dalam guci arak itu.
Pan Er kembali tak lama kemudian dan tersenyum licik melihat si pelayan meletakkan teko araknya di mejanya Xiao Tan. Dia langsung bangkit sambil membawa gelas araknya.
Yi Huai yang curiga, langsung mencegahnya. Tapi Pan Er meyakinkan kalau dia sudah berdamai dengan Xiao Tan. Yi Huai akhirnya membiarkannya mendekati Tan Er.
Pan Er beralasan menyesali kesalahannya dulu yang telah banyak membuat Tan Er menderita. Dan karenanya, sekarang dia mengajak Xiao Tan untuk bersulang.
"Di masa mendatang, mari kita hidup harmonis."
Tapi Xiao Tan dan Lian Cheng sontak saling berpandangan curiga, jelas mereka meragukan niat baik Pan Er itu. Si pelayan menuangkan araknya, tapi Xiao Tan ragu menyentuhnya.
"Kenapa? Apa kau tidak bersedia memaafkanku?"
"Mana mungkin. Tentu aku harus menerima niat baik kakak. Tapi, aku merasa tidak sehat hari ini. Aku tidak boleh minum arak. Bagaimana kalau kakak saja yang meminumnya untukku?"
"Cuma satu cangkir saja. Seharusnya tidak masalah. Apa kau benar-benar ingin melihatku terlihat buruk di hadapan semua orang?"
Lian Cheng yang tak mempercayainya sedikitpun, tegas meminta Pan Er untuk tidak memaksa Tan Er karena Tan Er sedang tidak enak badan. Pan Er jelas kesal tak tahu harus bagaimana lagi.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam