Sinopsis Nymph's Bed Episode 2 - 1

 Sinopsis Nymph's Bed Episode 2 - 1

Mendengar teriakan Ton dari dalam kamar, Poh jadi cemas sekaligus takut. Maka dia langsung menyeret Kitty ke atas, Kitty juga menyeret Appa-nya, dan jadilah mereka semua main seret-seretan.


Poh takut kalau si hantu mungkin mematahkan lehernya Ton atau apa gitu. Tapi Appa tak percaya. Soalnyaa biarpun banyak orang yang dihantui di kamar itu, tapi sejauh ini belum pernah ada orang yang terluka. Tapi tetap saja Poh cemas.

Saat mereka tiba di depan kamar Ton, mereka mendengar suara teriakan Ton yang makin keras. Cemas, Kitty langsung menyuruh Poh masuk. Tapi Poh sendiri malah ketakutan setengah mati dan tidak berani masuk. Ujung-ujungnya mereka ribut sendiri saling otot-ototan menyuruh satu sama lain untuk masuk tapi tak ada seorangpun yang berani.


Ranjang itu berputar semakin kencang bak angin topan... lalu tiba-tiba saja dalam sekejap mata, Ton dan ranjang itu berpindah ke tengah jalan raya. Ha!

"Vana! Apa kau tidak meras kau terlalu kejam?" Protes Grarok. Tapi Vana tak peduli dan terus mengancam Ton untuk pindah atau dia lebih memilih mati?

"Aku pilih mati!" Tegas Ton

"Kau rela mempertaruhkan hidupmu hanya demi sebuah ranjang?"

"Iya! Apapun yang terjadi, aku tidak akan pindah!"

Dan tepat saat itu juga, tiba-tiba ada sebuah truk yang melaju kencang dan lurus ke arahnya. Vana langsung memanfaatkan saat genting itu untuk memaksa Ton pindah, tapi Ton tetap ngotot menolak.

Truk itu semakin dekat dan Ton sontak menjerit panik sekeras-kerasnya dan refleks mencengkeram erat tangan Vana.


Gregetan, Appa langsung menendang Poh dan memaksanya masuk duluan sekarang juga. Terpaksalah Poh harus memberanikan dirinya masuk ke kamar itu... dan mendapati Ton jejeritan sendirian di sana. Fiuh! Vana menyelamatkannya ternyata.

Poh bingung kenapa dia menjerit? Menyadari dirinya selamat, Ton langsung bangkit dari ranjang itu dan beralasan kalau dia menjerit hanya karena... ada kecoa. (LOL!)

Poh malah langsung heboh sendiri mendengarnya. Apa seluruh keluarga kecoa datang? Di mana mereka? Dia juga takut kecoa!

"Poh! DIAM! Cuma satu kecoanya!"

"Astaga! Cuma satu saja tapi kau jejeritan kayak lagi diperk*s* atau apa gitu! Bikin kaget saja."

Tapi, apa Ton tidak melihat hal-hal yang aneh di kamar ini? Poh rasa kamar ini mungkin dikutuk atau memiliki semacam kekuatan supernatural. Tapi tentu saja Ton menyangkalnya. Tidak ada apa-apa di kamar ini, tidak dikutuk dan tidak punya memiliki kekuatan supernatural atau semacamnya.

"Poh, aku mau tidur. Pergilah, kumohon."

Tapi Poh benar-benar merasakannya, kamar ini rasanya sangat aneh. Dia semakin yakin saat melihat tirai yang berkibar karena angin. Ton meyakinkan kalau itu cuma karena mau hujan lalu cepat-cepat mendorong Poh keluar dari kamarnya.


Begitu sudah aman, dia langsung mengkonfrontasi Vana lagi dan sekali lagi menegaskan kalau dia tidak akan pindah! Tak peduli berapa kalipun Vana mencoba membunuhnya, dia akan tetap tinggal di sini!

"Kau hampir saja membuatku melakukan dosa."

"Kalau kau tidak mau melakukan dosa, maka mari kita buat kesepakatan."

Pertama, Ton janji akan keramas tiap hari biar tidak ada ketombe yang berjatuhan ke lantai. Kedua, dia janji tidak akan mendengkur. Ketiga, dia akan mengangkat dudukan toilet setiap kali dia buang air biar tidak kotor.

"Berhenti! Langsung ke intinya saja."

Baiklah. Ini bagian yang paling penting. Ton mengerti kalau ranjang itu seperti tubuhnya Vana, iya, kan? Karena itulah, Ton janji tidak akan pernah tidur di atas ranjang itu.

Aww, dia pengertian. Vana terpana dibuatnya. Dan yang tak disangka-sangka, Vana mendadak berkata. "Aku setuju. Kita akan tinggal bersama dalam damai."

"Oke."


Jadilah Ton tidur di lantai malam itu, sementara Vana dan Grarok mengawasinya dari atas ranjang. Tapi dia tidak bisa tidur dan terus bergulingan dengan gelisah. Vana heran, ada apa dengannya?

"Kau melakukan banyak sulap padaku hari ini, bagaimana bisa aku tidur?"

"Aku bisa membuatmu tidur."

"Sungguh? Kalau begitu, lakukanlah."

Grarok menyuruhnya berbaring lalu Vana menggunakan kekuatan sihirnya untuk membuat errr... bayangan domba-domba berlarian di hadapan Ton. LOL! Tapi cara itu ampuh, dan Ton langsung lelap seketika.


Grarok heran, kenapa Vana mendadak mengizinkan Ton tinggal di sini bersamanya semudah itu? Sungguh sulit dipercaya.

"Alasanku mengizinkannya tinggal di sini adalah karena apa yang kulihat."

Ternyata waktu Ton menggenggam tangannya saat truk hampir menabrak mereka tadi, Vana tiba-tiba mendapat penglihatan saat Ton mengurus anak-anak terlantar di kuil. Dari situlah Vana mengetahui Ton adalah seorang yang pekerja keras, tulus, dan menyayangi anak-anak.

Grarok kagum mendengarnya. Mereka kira kalau dia itu manusia nyebelin, ternyata dia adalah pahlawan sejati.

"Jika aku tidak membiarkan Ton tinggal di sini, maka anak-anak itu mungkin akan kesusahan."

"Bukan karena kau jatuh cinta pada pesona manusia?"

Vana menyangkal. "Aku tidak akan pernah punya perasaan terhadap manusia ataupun pada malaikat. Aku ingat aturan peri. Aturan itu adalah... aku tidak boleh jatuh cinta. Jadi aku tidak akan pernah jatuh cinta."


"Tentu saja aku mencintaimu!" Ton mendadak bangkit dan mengigau. "Aku mencintai anak-anak, Kakek Biksu. Sungguh!"

Dan dia langsung tidur lagi setelah itu. Vana sampai heran dibuatnya, dia masih punya tenaga biarpun saat tidur? Ton benar-benar tidur dengan sangat nyenyak sampai ngorok padahal dia sudah janji kalau dia tidak akan ngorok, tapi Vana tak mempermasalahkannya.


Di markasnya, Mbah Dukun menyiksa salah satu malaikat pelindung hutan agar dia memberikan informasi keberadaan Vana. Tapi Malaikat Pelindung Hutan tetap keukeuh dengan jawabannya, dia tidak tahu.

Mbah Dukun tak percaya dan sontak menyiksanya lebih kejam lagi. Tapi Malaikat Pelindung Hutan bersikeras meyakinkannya kalau dia benar-benar tidak mengetahui keberadaan Vana. Jika dia bisa berkomunikasi dengan Vana, sudah pasti Vana akan datang menyelamatkan mereka.

"Manusia pendosa sepertimu, jangan harap bisa menemukannya!"

Kesal, Mbah Dukun berniat mau menghancurkan jiwa Malaikat Pelindung Hutan. Tapi untunglah muridnya menghentikannya dan mengingatkannya bahwa memiliki para malaikat di bawah kendalinya itu bisa membantu Mbah Dukun untuk meningkatkan kekuatannya.

Mbah Dukun akhirnya menyerah dan kembali menghisap jiwa sang malaikat kembali ke dalam bola merahnya.

 

Mbah Dukun penasaran di mana si peri itu sekarang. Pohon jatinya sudah ditebang, entah sekarang dia hidup di pohon apalagi. Si anak buah menduga kalau pohon jati itu sekarang pasti sudah dijadikan kursi, meja, atau lemari.

"Lihat saja. Bahkan sekalipun aku harus memporakporandakan seisi bumi, aku pasti akan menemukanmu!"


Ton tidur terlalu lelap sampai dia tidak bangun-bangun padahal sudah siang. Grarok mencoba membangunkannya, tapi gagal. Vana sampai harus meneriakinya, baru Ton terbangun.

"Apa kau tidak mau kerja? Sudah siang sekarang."

"Siang gimana?" Ton pun langsung mengambil jam. "Baru jam satu... Hah? Jam satu?! Aduh! Aku ada janji sama Sia! Mati aku!"

Ton langsung panik dan bergegas ke kamar mandi. Vana membantu sebisanya dan sudah menunggu dengan membawakan tasnya Ton saat Ton keluar dari kamar mandi tak lama kemudian.


Tapi saat dia hendak pergi, Yo mendadak muncul di sana sambil nyerocos panjang lebar gara-gara Ton tidak bisa dihubungi sedari tadi. Dia nelpon kantor juga, katanya Ton tidak masuk. Yo kan jadi khawatir.

"Yo, tenanglah. Aku ini orang dewasa. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku."

"Tentu saja aku khawatir. Kamar ini berhantu, bagaimana bisa aku tidak khawatir. Dan yang paling penting, hantunya wanita. Aku ingat suaranya."

Yo bahkan langsung menggeledah lemarinya Ton bak cewek yang sedang mencurigai pacarnya menyembunyikan selingkuhan dan mendapati baju-bajunya Ton sudah rapi disetrika. Siapa yang menyetrika bajunya?!

"Tidak ada yang menyetrikanya! Kau lihat sendiri tidak ada siapapun di sini dan tidak ada hantu juga! Kau harus pergi karena aku harus kerja."


Tapi Yo terus ngotot kalau kamar ini ada hantunya. Dan fakta kalau Ton menolak pergi dari kamar ini padahal kamar ini berhantu, jelas menunjukkan kalau dia menyembunyikan seseorang di kamar ini.

"P'Ton, teganya kau melakukan ini padaku? Aku tidak akan membiarkannya! Kenapa ada dua sleeping bag di lemari?"

"Aku membeli extra karena siapa tahu ada teman yang datang untuk menginap."

"Teman cewek atau cowok?"

"Cowok, cowok!"

Tapi Yo ngotot tak mempercayainya dan terus berusaha menggeledah setiap sudut ruangan itu sampai Ton benar-benar kesal dibuatnya dan mengancam Yo untuk berhenti sekarang juga atau mereka tidak perlu lagi saling bicara. Ton langsung pergi saat itu juga tanpa mempedulikan ocehannya lagi.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments