Sinopsis Nymph's Bed Episode 1 - 3

 Sinopsis Nymph's Bed Episode 1 - 3

Yo juga akan datang dan sekarang dia sedang dalam perjalanan. Dia akan membantu Ton menilai apartemen itu oke atau tidak. Tapi di tengah jalan, mendadak mobilnya Yo mogok.

Terpaksalah Yo harus meninggalkan mobilnya di tengah jalan dan kebetulan, di depan ada pangkalan ojek.


Tapi saat Yo menghampiri mereka dengan angin sepoi-sepoi yang menerbangkan rambutnya yang indah, salah seorang tukang ojek yang masih muda, mendadak menunjuk padanya dan berkata kalau dia mirip Yaya di lihat dari sisi kiri.

"Dari sisi kanan, kau terlihat mirip (Mint) Chalida. Dilihat dari depan, kau mirip Bella (Ranee). Berapa kalipun aku melihatmu, kau tampak cantik dari segala sudut! Wooooo~~~!"

"Hei! Aku tahu kalau aku ini cantik. Tapi aku jadi tersipu dipuji seperti itu."


Mas Ojeknya malah bingung, dia tersipu malu karena apa. Yah, karena pujian mas ojek barusan itulah. Tapi Mas Ojeknya malah ketawa dan tukang ojek lainnya juga langsung ketawa.

"Kau ngayal, yah? Aku lagi nulis puisi." Kata Mas Ojek (Pfft!)

Malu, Yo langsung mengalihkan topik ke tujuan awalnya. dia mau ke Apartemen Chomsri. Oke, Mas Ojek berkata kalau biayanya 10 baht. Yo rela ngasih dia 100 baht yang penting dia harus cepat sampai ke sana. Tapi Mas Ojek malah sengaja menggodanya dengan ngebut dan otomatis membuat tubuh Yo oleng ke depan dan menempel ke punggungnya.

 

Setelah konser selesai, Ton mendengar Poh lagi ngedumel sendiri. "Kapan aku beruntung bisa merilis album? Suaraku kan bagus dan berbakat. Kenapa tak ada seorangpun yang bisa melihatnya?!"

Mendengar itu, Ton langsung saja memberinya tepuk tangan. Ton tadi melihat konsernya, dan menurutnya, Poh punya suara yang bagus. Jelas saja Poh langsung senang ada orang yang memuji suaranya.

"Kau pikir aku bisa nyanyi?"

"Iya. Jadi kenapa kau nyanyi?" (Pfft!)

Poh mendadak berubah sendu. Ini adalah impiannya, dia lari dari rumah biar bisa jadi musisi di sebuah pub. Tapi keluarganya tidak mempercayai impiannya. Tapi Ton bertekad untuk mewujudkan impiannya. Dia pasti akan memilik sebuah album.


"Jika kau memiliki sebuah impian, maka kau harus mewujudkannya. Kau tidak boleh bersedih, kau tidak boleh menyerah. Jangan kehilangan harapan. Seperti yang dikatakan oleh Tuck Boriboon..."

"Bermimpilah setinggi langit dan capailah!" Ujar kedua pria itu kompak.

"Betul sekali. Kalau kau punya impian, maka kau harus mengejarnya. Mengerti? Lihatlah kau, kupikir kau punya potensi. Kau akan menjadi penyanyi terkenal di masa depan. Aku percaya kau bisa melakukannya." Ujar Ton menyemangati Poh.

Poh langsung suka padanya. "P'! You're my idol!"

Tapi dia sedang apa di sini? Tanya Poh. Ton mengaku kalau dia mau lihat kamar. Kalau dia suka, maka dia akan tinggal di sini. Poh senang mendengarnya, berarti mereka akan sering ketemuan dong. Terus, dia mau lihat kamar yang mana?


"Kamar 321."

"Hah? 321?!" Poh kaget mendengarnya. 

Dia mau ngasih tahu kalau kamar itu ada hantunya, tapi Chom mendadak muncul saat itu dan mengklaim kalau kamar itu sangat bagus lalu membawa Ton pergi bersamanya.


Grarok muncul di kamar Vana dan memberitahunya bahwa ada orang yang mau melihat-lihat kamar lagi hari ini. Menurutnya, orang ini kelihatan baik. Grarok merasa kalau dia akan bisa bergaul dengan orang ini.

"Siapapun yang datang dan macam-macam dengan ranjangku, mereka akan merasakan kekuatanku." Geram Vana.

"Jadi, kau tidak akan membiarkan siapapun tinggal di sini?"

"Bagaimana bisa manusia dan peri hidup bersama, P'Grarok? Apa dia hampir sampai?"

"Sudah ada di depan pintu mungkin."
 

Benar saja, Chom dan Ton sudah sampai di depan pintu. Tapi Chom cemas banget dan langsung berbisik mengucap permintaan pada si penunggu kamar agar tidak menakuti Ton... setidaknya sampai dia bayar uang muka dulu. Pfft!

Begitu menginjakkan kakinya di kamar itu, Ton langsung merasakan sesuatu yang beda di kakinya. Lantai marmer yang dipijaknya, mendadak berubah menjadi rerumputan dan seketika itu pula, kamar itu berubah menjadi hutan.

Dan di tengah hutan itu, dia melihat seorang wanita cantik yang tak lain adalah Vana, tengah duduk di atas ranjangnya. Ton kontan terpesona padanya... saat tiba-tiba saja bayangan hutan itu menghilang dan berubah kembali jadi kamar kosong.


"Ehem, apa yang kau lihat?" Tanya Chom hati-hati.

Ton menyangkal dan beralasan kalau dia hanya mengagumi ranjangnya, ranjangnya sangat cantik. Kamar ini juga bagus, tapi bolehkah dia minta waktu untuk sendirian di kamar ini sebentar? Tentu saja. Tapi... apa Ton melihat sesuatu yang lain, selain ranjang itu?

"Iya." Ujar Ton yang jelas saja membuat Chom jadi cemas, takut Ton akan membatalkan sewanya sebelum dia bayar uang muka.

Tapi Ton tidak mengatakan apapun dan cuma berkomentar kalau menurutnya, Chom punya selera yang bagus dalam mendekorasi kamar. Fiuh, syukurlah. Chom pun lega lalu keluar dengan puas. Sekarang berhubung dia sudah mendapatkan uang mukanya, silahkan saja si hantu menakut-nakuti Ton. Bodo amat.


Begitu sendirian di sana, Ton langsung memanggil si penghuni kamar dan memintanya keluar sekarang juga. Vana akhirnya menampakkan diri dengan keheranan, Ton bisa melihat dirinya?

"Iya. Sejak pertama kali aku menginjakkan kaki di sini."

"Wow, hebat!" Seru Grarok yang masih dalam wujud tupainya. Ton sampai kaget melihat ada tupai bisa ngomong.

Grarok langsung meloncat ke ranjang dan berubah wujud jadi manusia dan pastinya membuat Ton semakin kagum, sungguh tak menyangka kalau tupainya bisa berubah wujud juga.


"Kurasa kalian berdua bukan arwah atau hantu biasa, dan juga bukan... jin. Jadi Nong (adik), siapa kau? Manusia atau tupai?"

"Aku P', bukan Nong! Aku P'Grarok!" Protes Grarok.

"Oh, P'Grarok. Lalu... bagaimana dengan cewek Tarzan ini?"

"Vana itu peri."

"Hah? Peri?! Peri tinggal di kamar ini? Sebentar, peri... semacam malaikat pelindung yang menjaga kamar ini?"

"Aku bukan malaikat pelindung, aku peri."


Yah, okelah. Ton senang bertemu mereka. Tapi siapa mereka itu tidak penting, yang penting dia suka kamar ini. Dia suka ranjang kuno ini dan interior kamar ini secara keseluruhan.

"Aku akan menyewa kamar ini. Jadi, tugasmu sudah selesai sekarang. Akulah yang akan menjadi pemilik kamar ini. Silahkan pergi sekarang juga." Ton bahkan langsung membukakan pintu untuk Vana.

Kesal, Vana langsung menggunakan kekuatannya untuk membanting pintu itu dan menegaskan kalau dia tidak akan pergi ke manapun. Ton-lah yang harus pergi.

"Aku tidak akan pergi karena aku sangat menyukai kamar ini. Ditambah lagi, manusia dan hantu... oh, maaf... peri dan tupai hantu tidak bisa hidup bersama di sini."

"Benar. Kita tidak bisa hidup bersama. Jadi kau harus pergi sekarang. Jika tidak, kau akan tahu rasa."

"Aku tidak takut. Biarpun kau mengeluarkan lidahmu atau bola matamu, aku tidak takut. Apapun yang kau lakukan, aku tidak takut." Ujar Ton lalu dengan santainya menghempaskan dirinya ke ranjang.


Vana jelas makin emosi dan memperingatkan Ton untuk turun dari ranjangnya sekarang juga. Ton nggak mau. Kesal, Vana langsung menggunakan kekuatan sihirnya pada Ton dan Wuuusss... Ton terbang dan nyangkut di pohon. LOL!

"Hei! Kau mau main dengan cara seperti ini? Hei! Turunkan aku sekarang juga! Bagaimana kalau aku jatuh dan mati?!"

Vana mendadak muncul di bawahnya dan memperingatkan Ton bahwa jika dia terus keras kepala untuk tinggal di kamar itu, maka dia akan mendapatkan hukuman yang lebih buruk daripada ini.

Tapi Ton tidak ada kapok-kapoknya dan terus ngotot kalau dia tidak takut. Dia tidak takut hantu, tapi dia takut ketinggian. Jadi turunkan dia sekarang juga. Mendengar itu, Vana jadi senang dan langsung menghilang meninggalkannya.


"Vana! Hei! Apapun yang terjadi, aku tidak akan keluar. Aku akan tetap tinggal di sana! Kau yang harus keluar dari kamar itu! Hei! Vana! Turunin aku~~~ Hiks! Apa ada orang di bawah?! Tolong aku! Tolong aku!"

Untunglah warga di sekitar sana mendengar teriakannya dan langsung datang berbondong-bondong ke sana. Mereka bingung kenapa Ton bisa nyampai ke atas pohon itu.

Poh yakin kalau ini pasti karena Ton mengalami sesuatu yang gaib di kamar 321. Chom kesal, kalau begini dia tidak akan bisa mendapatkan uang deposit lagi.

"Tolong aku! Cepetan! Kenapa kalian cuma berdiri di situ?"

Bersambung ke part 4

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam