Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 15 - 2

 Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 15 - 2

Phetracha dan Luang Sorasuk menemui Biksu Agung untuk melaporkan tentang Phaulkon yang memaksa para biksu untuk bekerja jadi budak dan juga para pasukan Perancis yang dipimpin oleh Jenderal Desfarges, sekarang mendiami benteng di Bangkok. Pasukan itu bisa saja menyerang mereka setiap saat.


Raja sekarang sakit sekarang, tapi beliau tidak mengizinkan siapapun berkujung kecuali si farang itu dan anaknya yang bungkuk.

"Thai artinya kebebasan. Krung Si Ayutthaya adalah negeri umat Buddha dan negara yang tidak akan pernah dijajah." Ujar Biksu Agung.

 

Malam itu, Sri Prat berlutut di bawah kaki Khun Ying untuk pamit dan kontan membuat Khun Ying menangis. Ia sangat merindukan putra sulungnya itu dan memohon padanya untuk tidak cepat-cepat pergi.

"Tinggallah dan temani ibu satu atau dua bulan."

Sayangnya, Sri Prat tidak bisa melakukannya. Jika ada yang tahu dia ada di sini, maka mereka pasti akan menggunakan dekrit kerajaan untuk menuduhnya untuk yang kedua kalinya.

Khun Ying benar-benar marah dengan keadaan ini, sampai kapan Sri Prat akan akan bebas dari hukumannya. Tidak akan lama lagi, Sri Prat meyakinkan Ibu. Sekarang ini, dia baik pada Phraya Nakorn dan beliau juga menyukainya

"Tapi kau harus berhati-hati terhadap bahaya. Sama seperti bagaimana Khun Luang yang sangat menyayangimu, itu membuat bangsawan lain membencimu. Dan mereka menuduhmu agar kau diasingkan ke Muang Nakhon. Ingatlah kata-kata ibu, kau bisa berbuat baik. Tapi jangan terlalu kentara, itu bisa menarik bahaya."


Terharu, Sri Prat meyakinkan Khun Ying bahwa tak lama lagi, dia pasti akan segera kembali untuk menjaga Khun Ying dan melayani Raja kembali. Suatu hari nanti, saat Raja mengetahui kebenarannya, bahwa dia tidak bersalah. Maka orang-orang itu pasti akan mendapat karmanya.

Khun Ying sontak menarik Sri Prat ke dalam pelukannya sebelum akhirnya mereka berpisah. Tapi sebelum pergi, Sri Prat meminta Joi untuk menjaga ibunya, adiknya dan adik iparnya.


Hari itu, Kade sedang dandan saat Por Date datang dan langsung memeluknya dan menciumnya dari belakang. Dengan manisnya dia bertanya apakah Kade merasa pusing? Oh, Kade ternyata sedang mengandung.

"Tidak. Aku hanya merasa tambah gendut dan bulat."

"Apanya yang gendut? Kau itu hamil, jadi kau tambah sehat dan bersinar. Bahkan sekalipun kau sangat gendut sampai tidak bisa jalan, kau tetaplah istriku."

"Sangat gendut sampai tidak bisa jalan?"

"Apa yang ada di dalam dirimu-lah yang mencuri hatiku. Bukan apa yang terlihat di luar atau saat kau adalah Mae Karakade yang dulu. Aku mencintaimu sejak lama. Bahkan sekalipun kau lebih aneh daripada sekarang, atau sangat gendut sampai aku tidak bisa memelukmu. Tapi bagiku, kau adalah Mae Karakade-ku."

 

Kade tersentuh dan langsung menghadiahinya dengan kecupan pipi. Tapi, Kade penasaran apakah penyakit Raja sangat parah? Por Date membenarkan, beliau bahkan tidak mengizinkan siapapun masuk kecuali Pra Py dan Phaulkon.

"Bagaimanapun, Pra Py, Jao Fah Noi, dan Jao Fah Apaitod akan mati di tangan Phra Phetracha." Batin Kade.


Saat sendirian di kamar, Kade menulis di buku hariannya tentang sejarah yang akan terjadi sebentar lagi. Bahwa orang yang bisa menghentikan Phaulkon, hanya satu orang dan dia adalah Phetracha.

Segalanya sesuai dengan apa yang tertulis dalam sejarah. Tapi dia mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak bertindak bodoh. Dia datang kemari hanya untuk bertemu dengan Por Date, dan bukan untuk mengubah sejarah.

"Kau datang karena Bupphae Saniwaat (takdir cinta). Bahkan sekalipun kau ingin melakukannya, apa kau pikir kau benar-benar bisa mengubah sesuatu?" Omel Kadesurang pada dirinya sendiri.


Saat mereka tengah mengawasi pasukan gajah, Luang Sorasuk membahas tentang Phaulkon yang mendukung Pra Py. Dia rasa Pra Py-lah yang akan ditunjuk menjadi penerusnya, karena Raja tak pernah menyukai pangeran lain selain Pra Py.

"Negara akan hancur karena si abdi farang itu. Paduka Raja terlalu mempercayainya. Si Wichayen itu!" Geram Phetracha.

"Lalu apa yang akan ayah lakukan?"

"Por Duer, anakku. Jika ada sesuatu yang bisa kulakukan, menurutmu apa yang harus kulakukan? Aku ingin kau tahu bahwa aku tidak ambisius ataupun menginginkan kekuasaan. Tapi aku punya alasan, kehancuran yang mengancam negara kita."

 

Para pelayan sedang berada di pasar saat rombongan Phaulkon lewat. Jalan yang mereka lewati sedang ramai oleh para warga yang sedang adu ayam. Tapi Phaulkon tak peduli dan memerintahkan anak buahnya untuk mengusir orang-orang itu.

Salah seorang dari mereka tidak terima dengan sikap mereka dan langsung menimpuk kepala Phaulkon. Kesal, Phaulkon langsung memerintahkan anak buahnya untuk menghajar si penimpuk.


Prik jelas tidak terima saudara sebangsanya diperlakukan seperti itu dan langsung maju untuk menyelamatkan orang itu... tapi ujung-ujungnya dia malah nyodorin Joi untuk melawan anak-anak buahnya Phaulkon. Wkwkwk! Dasar.

Hampir saja mereka semua berkelahi. Tapi Phaulkon dengan cepat menghentikan mereka dan memerintahkan anak buahnya untuk memenjarakan si penimpuk. Prik tidak terima dan terus berusaha menyelamatkannya, tapi gagal.

"Berhentilah, tua bangka!" Bentak Phaulkon. "Siapa si tua bangka ini?"

"Aku warga negara Ayutthaya!"

"Sebentar lagi kau akan mati, tua bangka." Rutuk Phaulkon. Wah! Prik murka ingin membunuh si farang ini, tapi Joi sekuat tenaga menghalanginya.

 

Prik pulang sambil ngedumel heboh merutuki Phaulkon, ingin sekali rasanya dia menendang si Phaulkon. Joi heran, apa si Phaulkon itu tidak tahu kalau orang-orang membencinya?

"Suatu hari, mereka akan menginjak-injaknya. Dan salah satu dari orang-orang itu... harus aku!"


Por Date dan Reung mendengar kisah Prik itu dari kejauhan. Reung cemas dengan semakin tingginya kekuasaan Phaulkon. Bahkan sekarang dialah yang menangani segala urusan politik. Dan warga negara mereka mulai semakin ditindas.

Por Date sontak berbalik ke Kade dan meminta Kade untuk memberitahu mereka tentang apa yang dia dengar saat dia menguping percakapan Phaulkon dan Jenderal Desfarges waktu itu.

"Baiklah, akan kuberitahu. Aku mendengar mereka membicarakan masalah pasukan. Jenderal Desfarges akan mengirim pasukan Perancis begitu Chao Phraya Wichayen mengirim utusan ke Bangkok."

"Mereka pasti merencanakan sesuatu yang besar! Bukankah begitu, Por Date?"

"Dengarkan Mae Karakade bicara dulu. Aku yakin dia punya informasi lain."

"Chao Phraya Wichayen berkata bahwa kondisi Khun Luang sangat buruk dan misinya... akan segera dijalankan."


Kedua pria itu menebak kalau mereka menyiapkan pasukan untuk melakukan pemberontakan. Jao Fah Noi dan Jao Fah Apaitod, kedua pangeran itu juga mengumpulkan cukup pasukan untuk melakukan pemberontakan dan mereka bisa melakukannya setiap saat. Tapi Reung heran, kalau Pra Py, dari mana dia mendapatkan pasukan?

"Ada pendukungnya di Phisanuloke." Ujar Por Date.

"Lalu bagaimana dengan Phra Phetracha?" Tanya Kade.


Di tempat lain, Phetracha menemui Biksu Agung untuk mendiskusikan rencana mereka. Menurut Phetracha dan Luang Sorasuk, sekaranglah saat yang tepat. Apalagi Raja sedang sakit parah sekarang ini.

Karena Phaulkon mendukung Pra Py, maka mereka harus menyingkirkan Pra Py. Sudah jelas kalau Phaulkon-lah yang menginginkan tahta untuk dirinya sendiri.

Karena Pra Py tidak pernah keluar, maka mereka harus menggunakan seseorang yang dekat dengan Pra Py, seseorang yang dia hormati untuk memancingnya keluar.

"Aku selalu menentang Raja tentang membawa pasukan Perancis ke negara kita. Sekarang Perancis memiliki kekuasaan di atas rakyat kita, menghina, merendahkan, dan menindas. Aku hanya memiliki satu tujuan, aku tak punya tujuan lain selain membebaskan rakyat Ayutthaya dari ketertindasan Perancis."


Phetracha lalu pergi menemui Khun Ban untuk meminta Khun Ban melakukan permintaannya karena Khun Ban adalah orang yang dihormati oleh Pra Py dan juga dekat dengan Jao Fah Noi dan Jao Fah Apaitod.

Jika Khun Ban tidak mendukung farang itu atau pejabat asing lain, Phetracha memohon kerja sama Khun Ban.

Phetracha selalu menghormati Khun Ban sebagai kerabatnya dan semua orang juga berpikir kalau Khun Ban berada di pihaknya. Jika sampai kekuasaan jatuh ke tangan orang lain, belum tentu Khun Ban dan keluarganya akan selamat.

Tapi Khun Ban ragu harus memihak siapa. Dia mengenal semua orang, termasuk Phaulkon. Karena itulah dia tidak yakin kalau Phaulkon akan melakukan pemberontakan.

Phetracha sontak marah mendengarnya. "Bahkan sekarang pun kau masih mempercayainya?!"

 

Di istana, Pra Py membacakan puisi untuk Raja Narai yang tampak sangat sedih... karena ternyata Phraya Nakorn telah mengeksekusi Sri Prat dengan tuduhan berselingkuh dengan selirnya.

Raja murka mendengar kabar itu, tapi sekarang tak ada yang bisa dilakukannya selain menangisi kematian Sri Prat. Bahkan sekalipun Sri Prat melakukan kejahatan terhadapnya, tapi Raja tak pernah menghukumnya separah ini. Kesedihan Raja benar-benar membuat kesehatannya semakin menurun.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments