Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 14 - 2

 Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 14 - 2

"Sekarang apa kau bisa memberitahu kami siapa kau yang sebenarnya dan dari mana kau berasal?" Pinta Ayah.

Kade ragu. "Kalau aku memberitahu bahwa aku adalah orang lain di dalam tubuh Mae Karakade, apakah aku akan dirukiah dan diusir dari sini?"


"Kau tanya aku?" Ayah bingung.

"Iya, jao ka. Saya bukan orang lain dan aku tidak datang dari mana-mana. Aku adalah Karakade dan Mae Ying Karakade adalah bagian dari diriku. Hanya saja diriku sendiri baru saja muncul ke permukaan, itu saja."

Semua orang jelas bingung mendengar ucapannya yang mbulet itu. Kade menegaskan bahwa mulai sekarang dia adalah Mae Ying Karakade. Sedangkan Mae Ying Karakade yang lama, sudah tidak ada lagi.

"Oke, P'Pin dan P'Yam?"

"Oke, jao ka."

Kade langsung mengajak para pelayan ber-oke-oke ria. Mereka pun mencoba meniru gerakan tangannya dengan kikuk. Prik malah salah membuat tanda oke kayak teropong sampai Pin dan Yam harus mengajarinya cara membuat tanda oke dengan benar.

Saat dia mengalihkan pandangannya ke Por Date, Kade mendadak punya ide lalu minta izin Khun Ying untuk membawa Por Date mengunjungi Janward. Oh, Khun Ying baru ingat untuk memberitahu Por Date tentang Janward. Tapi belum sempat ngomong apapun, Kade sontak mengisyaratkan Khun Ying untuk merahasiakannya.


Tak lama kemudian, mereka pun tiba di rumah Janward dan disambut sendiri oleh Janward... yang perutnya besar. (Oh, wow. Dia kapan nikahnya?) Por Date kaget melihat perutnya.

"Aku tidak tahu kalau kau... sudah menikah. Atau... kau... tambah gendut dan bulat saja?"

"Khun P'! Mana ada wanita yang gendut di perutnya saja? Kalau iya, mereka bakalan fitness."

"Dia suka bicara ngawur, tidak usah didengar."

"Seseorang membuat perutnya gendut, jao ka."

Janward akhirnya mengonfirmasi kalau dia memang sedang hamil. Por Date kaget dia... menikah... dengan siapa? Seolah menjawab pertanyaannya, Reung muncul saat itu juga dari dalam rumah dan kontan membuat Por Date melongo.


"Apa kau terkejut, Por Date?"

"Sedikit, Por Reung. Aku tidak tahu sebelumnya. Selamat, yah."

"Terima kasih. Aku sebenarnya berniat mengajak Mae Janward untuk mengunjungimu. Kudengar kau sudah kembali."

"Karena itulah aku mengunjungimu duluan."

Lalu di mana Ibunya Janward? Por Date ingin memberinya salam. Janward mengaku kalau ibunya sekarang sudah pindah ke rumah neneknya.

Kade ingat kalau neneknya Janward ibu susuannya Raja Narai. Dia sungguh tidak mengerti kenapa Raja memerintahkan Khun Lek untuk dicambuk padahal mereka teman sejak kecil.


Dia santai saja nyerocos sampai Por Date harus menyenggolnya untuk berhenti bicara. Cerocosannya itu membuat Janward sedih teringat ayahnya. Menyadari kesalahannya, Kade setulus hati meminta maaf padanya.

Janward tidak mempermasalahkannya. "Apa yang terjadi adalah akibat dari karma. Aku tidak menyalahkan siapapun.


Por Date kagum juga pada Reung yang telah berhasil menaklukkan Ibunya Janward. Tapi Reung menyuruh Por Date untuk memuji tunangannya saja, dia yang sudah berjasa.

Sebenarnya Por Date sudah menduganya. Bukannya dia mengejek Reung sih, tapi dia yakin kalau ini memang perbuatannya Kade.

Reung mengaku kalau sekarang dia naik jabatan jadi Luang Narongdaecha dan menyarankan Por Date untuk menyiapkan kenaikan jebatannya juga. Por Date berkomentar kalau Khun Ban seharusnya mendapat kenaikan pangkat yang sangat tinggi dan menjadi anggota dewan tertinggi.


Para pejabat istana dan para duta besar Perancis sudah berkumpul di depan istana untuk bertemu Raja. Si duta besar Perancis yang baru itu tampak sibuk sendiri memperhatikan sekitarnya lalu menulisnya ke dalam buku jurnalnya. Sementara Luang Sorasuk berdiri agak jauh darinya dan mengamatinya dengan tatapan nanar.


Sementara itu, Kade sedang membaca buku jurnalnya Por Date. Prik dan yang lain datang dan mencoba membujuk Kade untuk membuat makanan kesukaan Por Date. Tapi Kade malah melamun.

Tahu betul apa yang sedang dipikirkan Kade, Prik mengingatkan Kade bahwa para duta besar tengah bertemu Raja saat ini. Jadi Kade tidak boleh ikut campur.

"Aku ingin tahu. Kalau saja aku bisa menyamar jadi lalat dan pergi bersama Khun P'. Aku pasti akan pergi! Lihat saja!"

Begitu para pria kembali tak lama kemudian, mereka menceritakan segalanya pada Kade. Tapi Kade tentu saja belum puas dan terus tanya ini-itu. Dia penasaran seperti apakah duta besar Mercier La Loubere itu? Apa dia suka menulis jurnal?

Ayah membenarkan. Tapi dari mana Kade mengetahui hal itu? Tentu saja dari menduga. Duta besar pasti suka menulis jurnal. Seperti Por Date yang suka menulis, dan Khun Ban juga.


Tak lama kemudian, mereka semua berkumpul di meja makan. Saat Khun Ying memanggil Reung dengan sebutan Khun, Ayah mengoreksi kalau jabatan Reung sekarang sudah naik menjadi Luang Reung Narongdecha.

Khun Ban juga dipromosikan sebagai Phraya Kosa Thibadi, sama seperti jabatan Khun Lek dulu. Kade langsung antusias menanyakan jabatan Por Date yang sekarang. Por Date malah diam saja sambil senyum malu-malu, maka Reung yang akhirnya menjawab untuknya.

"Khun P'-mu sekarang dipromosikan sebagai Prasri Wisan Sunthorn."

Kade bangga mendengarnya. Jadilah kedua sejoli itu tatap-tatapan dengan penuh cinta sampai Reung harus berdehem untuk menyadarkan mereka.


Tapi percakapan mulai berubah lebih serius saat Khun Ban membahas tentang Phaulkon yang sekarang jabatannya naik lagi dan diangkat menjadi Ork Ya Acklamaha Saenabadhi (Kanselir utama).

"Itu posisi yang sangat kuat. Posisi itu sudah cukup lama kosong. Berapa banyak kekuasaan lagi yang bisa dia dapatkan? Para pejabat kerajaan pasti akan semakin membencinya. Apa kita bisa menebaknya?" Cemas Ayah.

Khun Ban mendengar gosip kalau Phaulkon membawa banyak sekali farang kemari untuk membangun benteng. Apakah menurut Ayah, hal itu bisa membuat Raja marah?


Di istana, Phetracha sedang mengkonfrontasi Raja karena menyetujui pembangunan benteng itu. Tapi Raja terus bersikeras bahwa pembangunan benteng itu berguna dan menguntungkan, makanya dia setuju dengan ide Phaulkon untuk mempekerjakan para farang.

"Anda sudah mengizinkan para pekerja farang itu menindas warga negara kita. Dan sekarang anda juga mendukungnya?"

"Dia menggunakan mereka untuk kebaikan kita. Kenapa kau banyak bicara?"

"Apa anda ingin saya mengerti kalau anda sudah pindah agama seperti Pra Py?!"

"Kenapa kau menyerang Ai Tia (panggilannya Pra Py yang artinya orang pendek)?"

"Itu benar atau tidak?!"

"Aku tidak akan menjawab! Kau tidak berhak menekanku. Sementara tentang Ai Tia, aku tidak menghalanginya karena itu adalah haknya."

"Oh! Jadi anda harus tetap menepati janji anda pada Duta Besar de Chaumont? Siapapun bisa pindah ke agama mereka, karena itulah anda tidak mengatakan apapun dan akan mengizinkan masyarakat untuk memasuki gereja mereka. Perjanjian yang sangat memalukan!" Geram Phetracha dengan penuh amarah.

"Cukup! Aku menandatangani perjanjian itu. Aku tahu itulah yang paling pantas. Aku punya alasanku sendiri. Aku sudah bilang padamu berulang kali, tapi kau tidak pernah mendengarkanku! Kenapa tidak kau saja yang jadi raja?!"


Sakit hati, Pheracha berniat pergi dari sana. Tapi Raja sontak membentaknya dan menuntutnya untuk bersujud pada Raja terlebih dulu sebelum pergi. Phetracha melakukan perintahnya secepat kilat, lalu langsung pergi setelah itu tanpa mempedulikan omelan Raja lagi.

Kesal, Raja langsung mengomeli Pra Py. Semua ini adalah akibat dari perbuatan Pra Py yang pindah agama. Apa sebenarnya yang dilakukan Phaulkon untuk memancing Pra Py? Kenapa Pra Py mempercayai Phaulkon? Tapi tentu saja Pra Py cuma diam dan tak berani menjawab.


Phaulkon baru tiba di depan istana saat Luang Sorasuk muncul dan langsung mengkonfrontasinya perihal pasukan Perancis yang Phaulkon bawa kemari dengan alasan untuk membangun benteng.

Phaulkon nyinyir mengingatkan Luang Sorasuk bahwa pembangunan benteng itu sangat penting. Kalau Luang Sorasuk terlalu nganggur dan tidak mengerti apa-apa, lebih baik dia mencoba melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat.

BUG! Bogeman mentah mendarat di muka Phaulkon. Kontan para pengawalnya langsung maju untuk menyerang Luang Sorasuk, tapi anak buah Luang Sorasuk pun tak kalah gesit menghadang mereka.


Phaulkon pulang sambil merutuki Luang Sorasuk dengan penuh dendam. Lihat saja nanti, dia bersumpah akan membuat Luang Sorasuk bertekuk lutut di bawah kakinya.

"Saat itu tiba, akan kusayat-sayat dagingnya sampai aku puas!"

Berusaha menenangkannya, Maria berniat ingin mengecek luka di bibir Phaulkon. Tapi Phaulkon sontak mencengkeram tangannya dan mengira kalau Maria sedang mengejeknya.

"Buat apa? Jangan terlalu marah. Kau tahu siapa Ork Luang Sorasuk itu. Siapa yang akan menghukumnya?"

"Si penindas itu. Suatu hari dia pasti akan mendapatkannya, segera!"


"Apa kita tidak berhutang pada Ayutthaya, Thun?"

"Apa maksudmu?"

"Ini adalah tempat pengungsian orang-orang luar, segala ras."

"Lalu kenapa?"

"Aku hanya berpikir bahwa kita seharusnya berterima kasih pada negara yang kita tinggali ini. Apa kau tidak berpikir sepertiku?"

"Apa maksudmu aku tidak tahu terima kasih pada negara ini?"

Maria menegaskan bahwa kata-katanya ini seharusnya membuat Phaulkon berpikir, karena apa yang dia lakukan sekarang ini, justru menciptakan kecurigaan di negara ini. Dia bukan cuma membuat Pra Py pindah agama, tapi juga mendesak kecurigaan terhadap Jao Fah Apaitod.

Jao Fah Apaitod dan Luang Sorasuk juga saling mencurigai. Jika kedua orang itu saling mempertahankan diri, maka biarpun Raja masih hidup, mereka akan melakukan pemberontakan dan merebut tahta.


"Apa kau tidak berpikir bahwa keadaan buruk itu akan mempengaruhi segalanya? Kau mendapatkan pangkatmu sekarang ini..."

PLAK! Phaulkon sontak menampar Maria lalu menyeret Kara ke atas bersamanya yang kontan membuat Maria cemas.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments