Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 13 - 3

 Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 13 - 3

Tak lama kemudian, Joi sedang sibuk mengangkati peti-peti dari perahu. Saat Prik baru pulang dari pasar tak lama kemudian, Joi antusias menyuruhnya untuk segera masuk rumah.

"Kenapa kau semangat sekali?"

"Kalau aku bilang bahwa Ork Khun Thun sudah kembali dari negara farang, apa kau akan senang?"


Prik tak percaya. Dia tahu kok kalau kapalnya Por Date baru akan tiba di Ayutthaya beberapa hari lagi. Joi ngotot kalau Por Date sudah pulang, sudah ada di dalam malah. Tapi Prik ngotot tak percaya.

Tapi kemudian Juang terburu-buru keluar menyusulnya dan berkata. "Ork Khun Thun sudah pulang."

"Sungguh?"

"Sungguh!" Seru Joi dan Juang serempak.

"Hah?!"


Por Date benar-benar sudah pulang. Dengan masih mengenakan pakaian ala Eropa-nya, dia memberikan salam hormat pada kedua orang tuanya sebelum kemudian berpaling menatap Kade dengan senyum tersungging penuh kebahagiaan.

Tapi momen romantis mereka mendadak hancur gara-gara kedatangan Prik yang heboh bukan main teriak-teriak memanggil Por Date. Dia bahkan langsung menyingkirkan Pin dan Yam yang menghalangi jalannya lalu membelai sayang tangan Por Date. Khun Ying sampai harus membentaknya untuk duduk bersama para pelayan lain.

"Khun P', kau tampak lebih putih."

"Karena di sana jarang ada matahari... dan sangat dingin."


Tak lama kemudian, Kade masuk ke kamar Por Date untuk memberikan teh dan kudapan. Tapi kemudian, Por Date berkomentar kalau Kade tampak lebih sehat, tidak sekurus sebelumnya. Kade kontan panik mendengarnya, maksudnya dia gendutan?

"Kau tidak gendut. Kau lebih sehat... dan cantik."

"Kau hampir membuatku patah hati. Dan bagaimana denganmu, apa kau pernah sakit? Di Perancis kan dingin."

"Aku baik-baik saja. Semua ini berkat pakaian hangatmu, jadi aku merasa hangat dan nyaman. Aku punya sesuatu untuk diberikan padamu."


Por Date lalu menyodorkan sebuah kotak yang sedari tadi disembunyikannya. Kade senang dan antusias memikirkan apa kira-kira isi kota itu. Perhiasan mahal? Atau parfum? Perancis kan terkenal dengan parfumnya.

"Sebuah buku." Kata Por Date (LOL! Jauh amat dari harapan)

Senyum Kade musnah seketika. Dia langsung membuka kotaknya dan benar-benar mendapati isinya cuma sebuah buku. Kade kecewa berat, tapi dia tetap berterima kasih ke Por Date.


Dia berbalik mau pergi saat tiba-tiba Por Date berkata. "Aku tidak membawa pulang wanita farang satupun. Dan aku juga tidak terlibat dengan wanita farang manapun."

Por Date lalu mendekat seolah hendak mencium belakang kepala Kade, tapi Kade buru-buru keluar dengan malu dan hati berbunga-bunga.


Sesampainya di kamar, Kade langsung mendekap erat buku pemberian Por Date itu sebelum kemudian mulai membacanya. Por Date ternyata menulis segala kegiatannya selama berada di Perancis di dalam buku itu mulai dari saat mereka menghadap Raja Louis XIV di istana di Versailles.

Dia menulis sedetil-detilnya tentang segala sesuatu yang dilihatnya. Dia menggambarkan di istana itu ada sebuah ruangan yang disebut sebagai ruang kaca, jendelanya terbuat dari kaca yang sangat tinggi dan lantainya terbuat dari marmer.

Ruangan itu memiliki 18 jendela dan ada lampu dari kaca juga (lampu kristal). Lilin-lilinnya menerangi seluruh ruangan tinggi di langit-langit ruangan, karena itulah dinamakan ruang kaca.

Por Date bercerita bagaimana awalnya rombongan tim duta besar masuk istana dan menghadap Raja Louis XIV, mereka berlutut dan bersujud pada sang raja sesuai adat Ayutthaya mereka.

Kade sontak teringat akan lukisan sejarah yang menggambarkan tim duta besar Ayutthaya berlutut dan bersujud di hadapan Raja Louis XIV dengan memakai baju sesuai jabatan masing-masing yang berhiaskan emas dan batu ruby dan juga topi runcing.

"Apa dia akan membaca sepanjang malam?" Yam penasaran melihat nonanya yang tampak begitu bahagia membaca bukunya Por Date itu.

"Ork Khun Thun sangat mencintainya. Ia pasti menulisnya secara mendetil."


Di luar, Por Date mendapati Ayah terbatuk-batuk. Sepertinya ia sakit, tapi Ayah tidak terlalu memerdulikan sakitnya. Ia memberitahu Por Date bahwa banyak hal terjadi selama dia tidak ada di sini.

Ada beberapa orang India yang melakukan pemberontakan dan Phaulkon menangkapi mereka semua. Dan berkat jasanya itu, Phaulkon sekarang mendapat gelar Phraya Wichayen.

Kekuasaan farang satu ini semakin lama semakin meluap. Dia memerintahkan untuk membangun banyak sekali benteng-benteng. Sekarang Raja sering sakit-sakitan, tapi hanya Phaulkon dan Pra Py yang sering dipanggilnya.

Por Date kaget mendengar gelar barunya Phaulkon itu. Dia ingat betul kalau dia pernah mendengar Kade mengucapkan kata itu dulu... saat Phaulkon baru menikah dengan Maria.


Malam harinya, Kade memandang bulan purnama dengan senyum bahagia sambil memeluk buku jurnalnya Por Date dan memikirkan ucapan Por Date tadi.

Dia begitu larut dalam lamunannya sampai dia tidak menyadari Por Date yang datang dari belakangnya. Dia berniat mau balik masuk rumah, tapi malah bertubrukan dengan Por Date yang berdiri di belakangnya.

Untung saja Por Date sigap menangkapnya. "Apa yang kau lakukan di sini?"

"Bagaimana denganmu sendiri, apa yang kau lakukan di sini? Atau... kau merindukanku?" Goda Kade.

"Aku datang untuk melihat bulan. Melihatnya dari tempat lain, tidak sejelas di sini."

"Begitu kah? Kau pasti melihat bulan di Perancis jauh lebih terang daripada di sini."

"Aku melihatnya." Kata Por Date.
Tapi tampak jelas dia tersipu malu dan sengaja menghindari tatapan Kade. Kade jadi tambah getol menggodanya. "Bilang saja kalau kau merindukanku."

Dan Por Date akhirnya mengakuinya juga. "Tak pernah seharipun aku tidak memikirkanmu."


Pengakuan Por Date itu kontan membuat Kade begitu bahagia. Efeknya bahkan terus berlanjut saat Kade tidur malam itu. Kedua pelayan Kade mendadak terbangun tengah malam gara-gara mendengar suara aneh dari dalam kamar Kade.

Sepertinya Kade lagi mimpi indah banget sampai-sampai dia ngakak kayak orang gila di tengah tidur lelapnya. Kedua pelayan sampai ketakutan mendengar kekehan gajenya.


Bahkan keesokan harinya, Juang dan para pelayan lain keheranan melihat Kade yang terus-terusan mesam-mesem gaje.

Setelah melakukan derma, dia meminta mereka untuk membawakannya bunga lotus. Tapi saat mereka kembali tak lama kemudian, mereka malah mendapati Kade sibuk melamun sambil cengar-cengir sampai tidak mendengar panggilan mereka.

Por Date turun tak lama kemudian. Tapi Kade terlalu tenggelam dalam lamunannya sampai tidak menyadari kehadiran semua orang itu. Por Date langsung membubarkan para pelayan dan mencoba memanggil-manggil Kade.

"Mae Karakade, aku harus pergi..." Kade tidak dengar, Por Date mencoba lagi lebih keras. "Mae Karakade!"


Kade akhirnya sadar juga dari lamunannya dan melihat perahunya Por Date sudah siap. Dia mau menghadap Raja, yah? Por Date membenarkan. Raja memerintahkan mereka untuk menghadapnya karena beliau ingin mendengar mereka membacakan laporan mereka dari Perancis.

Khun Ban memerintahkannya untuk menulis laporan perjalanan mereka di Perancis di dalam sebuah jurnal. Oh! Kade menduga kalau apa yang Por Date tulis dalam buku jurnal itu, pastilah apa yang dia tulis dari ucapan Khun Ban.


Por Date menyangkal. "Aku menulis setiap kata itu sendiri. Kata-kata yang kutujukan pada orang yang kurindukan, bagaimana bisa aku menggunakan kata-kata orang lain? Terutama... apa yang kurasakan dengan sepenuh hatiku. Aku harus mengutarakan semuanya. Jika tidak, dadaku akan terasa sesak hingga hatiku tidak akan bisa bertahan hidup"

Malu, Kade kontan berbalik membelakanginya sambil mengelus tangannya yang merinding mendengar recehannya Por Date. Tapi Por Date malah salah paham mengira Kade kedinginan dan langsung saja memegangi lengan Kade yang merinding.

"Aku ingin membuat hatimu berdebar."


Kade semakin tersipu malu dibuatnya. Por Date akhirnya pamit pergi, tapi Kade mendadak memanggilnya kembali hanya untuk dadah-dadah, dan Por Date akhirnya balas dadah-dadah... yang kontan membuat Joi terkekeh geli. Malu, Por Date sontak mengomeli Joi dan mereka akhirnya berangkat.

Di dalam rumah, para pelayan sedang panik mencari-cari sesuatu. Sepertinya perhiasannya Khun Ying ada yang hilang. Khun Ying sampai kesal dan mengancam semua pelayan untuk menemukannya atau ia akan mencambuk mereka semua.

Tapi tetap saja mereka tak bisa menemukannya biarpun mereka sudah berusaha mencarinya di setiap sudut ruangan.

Bersambung ke part 4

Post a Comment

2 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam