Rekap Hua Jai Sila Episode 5

 Rekap Hua Jai Sila Episode 5

Sida langsung marah saat mengetahui Ae masih belum membayar kalung berlian biru itu. Kenapa? Apa Ae tidak punya uang? Bukankah dia selalu membayar Ae untuk semua proyek yang ditanganinya? Seharusnya dia punya uang jutaan sekarang!


Ae berbohong kalau dia punya uang, tapi dia beralasan kalau dia hanya merasa dia terlalu mementingkan Kwan sementara Kwan bahkan tidak memandangnya. Buktinya Kwan tidak pernah mengucap terima kasih padanya, malah meninggalkannya entah ke mana waktu di pesta.

Sida merasa itu memang ada benarnya, tapi saat teringat sama Sila, dia langsung ngotot memaksa Ae untuk mendapatkan Kwan karena dia tidak mau kalah dari Sila.

Ae berusaha meminjam sama teman-temannya tapi tak ada satupun yang mau meminjaminya, sehingga terpaksa harus mencoba peruntungannya di kasino langganannya tapi dia terus menerus gagal.


Saat itulah Mee mulai beraksi pura-pura tak sengaja bertemu Ae, merayunya, lalu mulai mengajaknya pergi ke kasino lain yang tak lain adalah kasinonya Sila.

Dan dia sukses menang sampai mendapatkan 30 juta baht karena Sila diam-diam menginstruksikan anak buahnya untuk membiarkan Ae menang sebanyak yang dia inginkan.

Apalagi Mee berkomentar kalau keberuntungan Ae pasti berada di kasino ini, buktinya dia langsung menang hanya dalam sekali main. Dan itu sukses membuat Ae senang, mengira kalau akhirnya dia menemukan sumber uangnya.


Saat Bibi Mam mengetahui masalah ini, dia jelas tidak senang. Dia berusaha sekali lagi memperingatkan Sila akan konsekuensi dari apa yang dilakukannya ini, bahwa dia mungkin akan jauh lebih terluka daripada apa yang dialaminya di masa lalu, tapi Sila bersikeras tidak mau dengar dan sangat yakin kalau hal itu tidak akan terjadi.


Sementara itu, Min berusaha membicarakan masalah ini dengan Kwan. Dia bahkan sudah membrowsing tentang Sila dan mengetahuinya adalah pemilik sebuah klub malam.

Dia jadi tambah khawatir dan berusaha memperingatkan Kwan bahwa Sila itu bukan orang baik, nyatanya Sila itu pemilik sebuah klub malam dan bisnis pr------si.

Tapi Kwan yang sekarang benar-benar mulai tertarik pada Sila, kontan kesal dan tidak terima Min ikut campur dalam hidupnya. Saking emosinya, dia yang awalnya tampak baik pada Min, kontan berubah jadi saudara tiri jahat lagi.

Dengan dinginnya dia mengingatkan Min bahwa mereka bukan saudara kandung dan dia hanya baik pada Min karena ayahnya lah yang memintanya. Tidak pernah sekalipun dia lupa kalau Min adalah anak seorang gundik.

Jangan meremehkan orang lain karena latar belakang Min sendiri tidak ada bedanya daripada wanita-wanita yang bekerja pada Sila.

Min patah hati mendengarnya. "Aku sadar siapa diriku, aku tidak pernah lupa dari mana aku berasal. Tapi aku mengatakan ini karena aku mengkhawatirkanmu. Kau kakak yang kusayangi, kau adalah harapan ayah dan ibu. Aku ingin kau bersama pria baik, bukan pria jahat seperti itu."

"Hidupku, akan kupilih sendiri siapa yang paling baik untukku. Aku tidak membutuhkan siapapun untuk mengajariku. Jangan ikut campur dan menguliahiku lagi!"


Min benar-benar sedih. Parahnya lagi, pembantu mereka tiba-tiba muncul dengan panik karena Ayah menghilang. Dia benar-benar tidak ada di seluruh penjuru rumah.

Tapi untunglah saat Min berniat mencarinya di luar, Ayah akhirnya pulang. Lega, Min kontan memeluknya erat. Ayah mengaku kalau tadi ia tidak bisa tidur dan memutuskan jalan-jalan sampai keluar rumah lalu ia lupa jalan pulang... untung saja ada seseorang yang menyelamatkannya.


Dan si penyelamat itu ternyata Sila. Dia mengaku kalau dia menemukan Ayah di gang depan. Dia penasaran, apakah ayahnya Min menderita Alzheimer?

"Iya."

"Kalau begitu, jaga dia dengan baik. Waktu aku menemukannya, dia berjalan sampai ujung gang."


Min jadi benar-benar merasa bersalah pada Ayah dan berjanji akan menjaga Ayah dengan lebih hati-hati. Tak lupa dia berterima kasih setulus hati pada Sila karena telah menolong ayahnya. Dan itu kontan membuat Sila senang dan tersenyum dengan tulus.

Tapi reaksinya itu tiba-tiba saja membuat Min punya ide lalu tanya apakah Sila lapar. Dia dengan sengaja menyuruh Sila menunggu di rumah lamanya sementara dia pergi mengambilkan kudapan untuk Sila.


Rumah yang bagi Sila penuh dengan kenangan pahit saat Sida menyeretnya paksa dari rumah itu, Sida bahkan dengan kejamnya meremas luka di d~~anya dulu. Tapi rumah itu juga menyimpan kenangan manisnya bersama Min kecil.

Saat Tor bersembunyi di rumah itu, Min memberinya makan yang membuat Tor terharu. Karena sejak dia tinggal bersama ibu tirinya, baru kali ini dia makan sebanyak ini.

Bahkan saat Min kecil tertarik pada harmonikanya yang sudah rusak, Tor berjanji akan mengajari Min kapan-kapan jika dia sudah memperbaiki harmonika itu.


Saat Min kembali tak lama kemudian, dia dengan sengaja mengetes Sila. "Bukankah rumah ini tampak lebih tua dan lebih kotor?"

Sesaat Sila tampak goyah, tapi dengan cepat dia menguasai diri dan mengklaim kalau dia tidak pernah datang ke rumah ini sebelumnya, jadi dia tidak tahu apakah rumah ini lebih tua, lebih baru, atau sama saja.

"Begitu? Kupikir kau pernah melihat rumah ini sebelumnya. Ini kopimu."

"Apa sebenarnya yang kau pikirkan dengan mentraktirku kopi di jam... satu malam."


Min mengklaim kalau ini adalah balas jasa karena Sila telah membantu ayahnya, siapa tahu Sila akan menuntut biaya ganti rugi bensin atau ganti rugi waktu.

"Aku tidak sepelit itu. Aku bisa membedakan antara bisnis dan kebaikan."

"Aku hanya mengatakannya karena kulihat dari banyak hal yang kau lakukan, aku tidak yakin kalau kau sungguh-sungguh bisa membedakannya."

"Contohnya?"

"Kenapa kau mengirim parfum ke P'Kwan?"

"Menurutmu kenapa aku mengirimnya?"

"Jangan bilang kalau kau sedang mendekati P'Kwan."

"Dan bagaimana kalau aku bilang... iya?"

"Kenapa harus P'Kwan?"

"Dan kenapa tidak boleh kakakmu?"

"Karena aku tahu kalau kau tidak menyukai kakakku."

"Terus siapa yang harus kusukai?... Kau?"

"Jangan pandang aku seperti itu!"

Kenapa? Min takut kalau dia akan beralih dari kakaknya ke adiknya? Min kontan kesal mengatainya c~~~l, seharusnya Sila menghormati wanita karena uang yang dia dapatkan adalah dari wanita.


Mendengar itu, Sila tiba-tiba mencengkeram tangannya erat-erat... lalu melepaskannya begitu saja... lalu tiba-tiba mendekapnya paksa dari belakang dan menariknya turun ke pangkuannya yang jelas saja membuat Min panik.

"Diamlah, ssst! Sekarang jam satu malam. Kalau ada orang yang melihatmu duduk di pangkuanku dan berduaan denganku seorang seperti ini, menurutmu apa yang akan mereka pikirkan?

Atau Min memang ingin orang-orang berpikir begitu? Oh, pantas saja Min mengundangnya minum kopi di jam satu malam seperti ini.

 


Min kontan heboh memberontak darinya dan Sila akhirnya berbaik hati melepaskannya. Tapi kemudian Min malah menamparnya yang jelas saja membuat Sila jadi terprovokasi dan langsung mencium paksa Min... lalu melepaskannya begitu saja setelah puas.

Jelas saja Min jadi tambah kesal mengatainya dengan berbagai macam sumpah serpah. Pokoknya dia tidak akan membiarkan Kwan terlibat dengan Sila.

"Aku tadinya berpikir untuk mengubah pikiranku dari kakakmu ke kau. Tapi setelah mencicipi barangnya, kau tidak lulus. Antara aku dan kakakmu adalah urusan dua orang. Kakakmu akan memutuskannya sendiri. Makasih untuk kopinya yang sama sekali tidak manis... sama sepertimu." Ngomongnya kejam banget, padahal begitu pulang, Sila malah menggalau ria.


Atas izin Sida, Bibi Pembantu rumah Sida membawa keponakannya yang cantik untuk tinggal di rumahnya selama dia kuliah di sini.

Tapi pagi itu, Sida malah mendapati Ae sedang mengintip si keponakan pembantu mereka yang saat sedang merangkak mencari sesuatu di lantai tanpa menyadari p~~anya kelihatan gara-gara roknya kependekan.

Terang saja Sida langsung marah pada mereka berdua. Bibi pembantu kontan panik melihat keributan mereka dan buru-buru menyuruh keponakannya berangkat sekarang juga sambil memperingatkan si keponakan untuk tidak melibatkan diri dengan Ae kalau dia tidak mau kena masalah di rumah ini.


Kwan mau ke mall pakai mobil tua keluarganya, tapi malah bertemu dengan temannya yang terang-terangan menghina mobil tua yang Kwan bawa itu dan pastinya membuat Kwan malu.

Maka kemudian dia memutuskan pergi ke dealer mobil untuk mencari mobil baru dan mentereng. Dia beralasan melihat-lihat berbagai macam mobil, tapi jelas dia ragu-ragu karena harganya yang mahal.

Seorang nyonya konglomerat mendadak muncul saking gregetannya sama Kwan yang sedari tadi tanya-tanya harga terus tapi tidak beli-beli. Dia niat beli atau tidak sih?

Kwan sedari tadi menyita waktu si sales langganannya padahal si nyonya mau beli mobil buat ultah putrinya. Mereka tidak terima disuruh menunggu lama-lama hanya demi seseorang yang cuma berakting mau beli. Gayanya doang kayak mau beli tapi terus-terusan tanya harga.


Kwan cuma bisa diam, tapi tepat saat itu juga, Sila yang sedari tadi membuntuti Kwan secara diam-diam, akhirnya menampakkan diri dan langsung membelikan mobil yang disukai Kwan itu untuk Kwan tepat di hadapan duo ibu dan anak konglomerat angkuh itu.

Kwan diam saja selama Sila membantunya balas dendam pada duo ibu dan anak itu, tapi begitu berduaan, dia langsung menuntut bagaimana Sila bisa tahu dia ada di sini dan kenapa Sila membelikannya mobil.

 
Sila mengklaim kalau dia tidak bermaksud menggunakan uangnya untuk membeli Kwan, tapi menggunakan mobil itu untuk membelikan harga diri untuk Kwan. Dia tidak tahan melihat Kwan dihina seperti tadi. Kwan tidak mengerti kenapa Sila melakukan hal sebanyak ini untuknya?

"Mungkin karena dulu aku pernah direndahan. Makanya aku mengerti bagaimana perasaan orang-orang yang direndahkan karena status yang rendah."

Kwan mengira kalau yang Sila maksud adalah ada orang yang merendahkan bisnis malamnya Sila. Sila penasaran, apakah Kwan sekarang tertarik padanya? Jika tidak, maka tidak mungkin Kwan mengetahui apa bisnisnya.

Tapi Kwan masih jual mahal dan menyangkalnya. Dia bahkan menolak mobil pemberian Sila itu. Sila tidak terima, kalau Kwan tidak mau menerima mobilnya, maka orang pasti akan berpiki kalau dia menggunakan uangnya untuk membeli Kwan. Begini saja. Mobil baru itu ditukar dengan mobil tuanya Kwan ini. Hah? Kwan sampai heran mendengarnya.

"Beberapa hal tidak bisa dinilai dengan label harga, tapi dari kebahagiaan. Jika aku bisa membuat orang yang kusukai bahagia, kurasa itu cukup layak."

Post a Comment

9 Comments

  1. Ya ampun minn..
    anda sangat peka terhadap saya yang tak tahu bahasa luar negeri.wkwk
    Kemarih sih cari" blog ini nulis sinopsi apa enggak tapi pas cari gak ada, padahal ini lakorn sangat boming dan saya juga tahunya lumayan lama. Eh pas cek lagi ternyata adminya buat. Thankyou minn.
    Andai ada like nya,Saya like minn... lanjut terus minn.. semangat

    ReplyDelete
  2. Penasaran banget sama lanjutan nya. 😀 tetap semangat min di tunggu episode selanjut nya.

    ReplyDelete
  3. Min, ditunggu kelanjutan, terimakasih atas sinopsisnya, smgt💜

    ReplyDelete
  4. I like it😍
    Lanjut min.smangat

    ReplyDelete
  5. Lanjut minsay..😘😍

    ReplyDelete
  6. Minmin sayang... ditunggu kelanjutan nya minmin.. suku suka dan suka banget sama ni drama

    ReplyDelete
  7. Min dilanjutkan dunk link nya please

    ReplyDelete

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam