Sinopsis Put Your Head on My Shoulder Episode 3 - 2

 Sinopsis Put Your Head on My Shoulder Episode 3 - 2
Kedua orang itu duduk berhadapan dengan Mo Mo (entah kenapa) menutup dirinya pakai selimut. Wei Yi ternyata anaknya Bibi Xu. Wei Yi mengerti sekarang, jadi rumah kontrakan yang Mo Mo bilang kayak kamar mayat itu adalah rumahnya?

Wei Yi langsung mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Wajahnya makin lama makin masam melihat stiker Doraemon di dinding dan sampah makanan yang berserakan di seluruh ruangan. Parahnya lagi, ada bekas mie bekicot yang bau banget.

"Aku bisa jelaskan."

"Jelaskan."

"Aku berniat mengambalikan segalanya seperti semula sebelum besok. Ibuku bilang kalau kau akan datang besok."

"Aku ada penelitian di sekolah lama tapi tidak bisa mendapatkan taksi karena sekarang hujan."

"Lalu apa kau akan tianggal di sini malam ini?"

"Menurutmu kenapa aku kembali kemari?"


"Betul juga. Aku tidak tahu kalau anaknya Bibi Xu ternyata cowok."

"Aku juga tidak tahu kalau anaknya temannya ibuku ternyata cewek." Sengit Wei Yi.

Baiklah, Mo Mo akan balik ke asrama sekarang. Tapi belum juga sempat beranjak, petir di langit mendadak berdentum seolah mencegah Mo Mo pergi. Mo Mo ketakutan, bisakah dia pindah besok saja?

Untung saja Wei Yi berbaik hati menyetujuinya. Tapi... buang dulu bekas mie bekicot itu. Mo Mo mengklaim kalau dia belum menghabiskannya, tapi Wei Yi tak peduli. Buang sekarang juga.

Mo Mo bilang oke, tapi juga tidak segera bertindak dan terus saja bergelung di dalam selimutnya. Wei Yi jadi kesal, dia nunggu apa?

Tak punya pilihan lain, Mo Mo entah kenapa mengambil bantal kursi seolah untuk melindungi dirinya. Tapi Wei Yi ngotot memaksanya melepas bantal kursi itu soalnya bau mie bekicotnya bisa nempel ke bantal kursi itu.

Mo Mo mendadak ngambek. "Aku tidak mau buang! Kau saja yang buang!"


Wei Yi kontan menatap setajam silet sampai membuat Mo Mo ciut dan akhirnya meralat kalimatnya jadi lebih sopan. Tolong bantu dia membuangnya. Wei Yi menolak, makanan itu bau dan Wei Yi tidak mau menyentuhnya.

"Kalau begitu, akan kubuang nanti saja."

"Bau!"

"Baiklah, tunggu sebentar!"

"Kenapa? Kenapa kau tidak bisa membuangnya sekarang saja?"

"Tunggu sebentar lah."

"Sekarang!"

"Aku lagi nggak pakai daleman, ngerti nggak sih?!"

Wkwkwk! Jadi karena itu dia menutupi dirinya dengan selimut? Wei Yi mendadak mengalihkan pandangannya dengan canggung. Yah sudah, nyantai aja.

"Kenapa kau tidak memakainya?"

"Memangnya kau pakai daleman kalau lagi di dalam rumah?!"


Wei Yi buru-buru masuk ke kamar tapi malah mendapati kamarnya sekarang sudah dikuasai Mo Mo dengan segala pernak-pernik Doraemon-nya.

Dia langsung keluar tepat saat Mo Mo lagi mau buang mie bekicotnya. Mo Mo langsung jongkok dengan panik untuk menutupi bagian itunya. Wei Yi jadi semakin canggung dan buru-buru masuk ke kamar yang satunya.


Setelah Mo Mo ganti baju tak lama kemudian, dia dan Wei Yi saling bekerja sama membersihkan rumah itu. Selesai bersih-bersih, Wei Yi mandi duluan.


Sementara kita disuguhi pemandangan Wei Yi yang lagi mandi, Mo Mo nyantai dulu di sofa... saat tiba-tiba saja perhatiannya teralih ke balkon dan kontan panik melihat jemuran dalemannya tergantung bebas di sana. Wkwkwk!

Mo Mo sontak mengambil semua jemurannya dan seketika itu pula dia teringat sesuatu di kamar mandi yang kontan membuatnya makin panik. Aduh, mana Wei Yi mandinya lama banget lagi.


Tanpa tahu apa yang sedang terjadi di luar, Wei Yi santai saja menikmati waktunya di kamar mandi. Tapi setelah dia selesai mengeringkan rambutnya, tiba-tiba saja dia menyadari sesuatu yang menarik perhatiannya, sesuatu yang terendam di dalam busa di sebuah baskom.

Penasaran, dia asal aja menggunakan sikat giginya Mo Mo untuk menarik benda... yang ternyata dalemannya Mo Mo. Wkwkwk! Wei Yi kaget dan sontak menjatuhkan benda itu kembali ke baskom dan membuat sikat giginya Mo Mo ikut terendam.


Dia langsung berhadapan dengan Mo Mo begitu keluar dari kamar mandi dan jadi canggung. Err... apa Mo Mo cuma punya satu sikat gigi? Mo Mo bingung, iya.

Mendengar itu, Wei Yi buru-buru masuk ke kamarnya. Mo Mo bergegas masuk ke kamar mandi dan langsung heboh menemukan sikat giginya terendam air cucian.

Tapi saat dia keluar dari kamar mandi, Wei Yi sudah menunggunya dengan beberapa macam sikat gigi untuk menggantikan sikat giginya Mo Mo yang dia cemplungin.
Canggung, Mo Mo malah langsung mengambil semuanya sampai Wei Yi protes minta satu untuk dirinya sendiri. Mo Mo asal saja melempar satu lalu bergegas masuk kamar lalu menelepon ibunya.


Kenapa Ibu tidak bilang kalau anaknya Bibi Xu itu cowok? Ibu malah malah cekikikan senang, soalnya Ibu dengar kalau putranya Bibi Xu itu ganteng. Bagaimana?

Tidak usah khawatir, Bibi Xu bilang kalau anaknya tidak akan selalu tinggal di situ. Lagian Ibu tidak masalah kok kalau mereka tinggal bareng, biar mereka saling mengenal, gitu.

Ibu dengar kalau anaknya Bibi Xu selalu dapat beasiswa dan cakep banget. Duh, Ibu yakin dia tidak akan jatuh cinta pada Mo Mo. Ibu harus berdoa ke kuil biar putranya Bibi Xu itu jatuh cinta sama Mo Mo.

"Halo? Mo Mo? Apa kau dengar?"

"Dengar. Besok aku harus pindah kembali ke asrama."

"Hadeh, dasar kau itu kepala babi! Bikin ibu emosi saja!"

"Ibu juga bikin aku emosi!"

 

Wei Yi juga menelepon ibunya dan protes hal yang sama. Kenapa Ibu tidak bilang-bilang kalau anaknya temannya itu cewek?

"Kenapa? Kau kan tidak suka wanita." (What?! Dia nggak suka wanita? Wkwkwk!) "Maksud ibu, kau kan tidak suka wanita ataupun pria. Lagian kau kan tidak tinggal di sana. Apa kau marah pada ibu?"

"Tidak. Aku tidur sekarang."


Wei Yi tidak bisa tidur dan terus bergulingan di kasur hingga akhirnya dia tidak tahan lagi dan memutuskan untuk mengetulk pintu kamar Mo Mo dan memintanya untuk ganti kamar. Ini kamarnya, jadi dia tidak bisa tidur di kamar lain.

Tapi saat Mo Mo membuka pintu, Wei Yi malah mendapatinya sedang sakit perut. Wei Yi langsung pergi mencari obat di laci. Tapi setelah dia meminum obatnya, sakitnya malah tambah parah dan dia mendadak pingsan.

Wei Yi mengecek obat itu sekali lagi dan langsung panik menelepon ambulance. Si petugas langsung tanya-tanya tentang kondisi pasien, tapi Wei Yi tidak sabaran saking cemasnya dan langsung membentak si petugas untuk mengirim ambulance secepatnya, dia barusan meracuni si pasien!

 

Mo Mo akhirnya dilarikan ke rumah sakit yang sama saat dia terluka waktu itu, dan kali ini pun yang menanganinya adalah dokter yang dulu.

Si petugas ambulance melaporkan kondisi pasien. Sakit perutnya itu terjadi karena dia makan mie bekicot yang kurang bersih sehingga menyebabkannya terkena infeksi usus dan diperparah dengan minum obat yang kadaluarsa... dan pacarnya sekarang cemas banget. Pfft!


UGD benar-benar sibuk dengan berbagai macam pasien. Bahkan ada bapak-bapak yang lagi gelisah banget memberitahu rekannya di telepon kalau dia tidak bisa pergi karena anaknya sedang sakit.

Dokter tidak langsung mengingat mereka, tapi kayaknya mereka familier deh. Maka Wei Yi mengingatkan dokter tentang saat terakhir kali Mo Mo datang kemari dan kakinya terluka.

Ah, Dokter ingat. "Si kursi roda. Kau lagi, yah?"

Dokter memberitahu kalau Mo Mo hanya terkena infeksi usus dan harus di-opname semalam. Setelah itu, dia boleh pulang. Tapi Wei Yi masih cemas. Kenapa Mo Mo masih belum siuman? Yakin cuma infeksi usus?

"Iya, cuma infeksi usus. Tidak usah khawatir, dia cuma tidur. Kalau kau sangat mencintai pacarmu, jaga dia dengan baik, jangan kasih racun."

 

Puas menggodainya, Dokter lalu pergi mengecek si pasien anak yang terus menangis dan meronta-ronta. Ibunya menjelaskan kalau anaknya ini tadi mengeluh sakit perut, tapi setelah diperiksa, tidak apa-apa. Tapi dia malah menangis begitu sampai rumah.

Dokter mencoba mengecek perut si anak dan langsung mendengus sinis, menyadari kalau anak ini cuma sedang bertingkah. Besok dia pasti ada ujian, yah?

Si anak kaget. "Dari mana dokter tahu?"

Jelas itu mengonfirmasi kecurigaan Dokter. Tanpa menjelaskan apapun, dia langsung saja menyuruh mereka pulang. Tapi kedua orang tua anak itu tidak paham dan langsung marah-marah ke dokter.

"Besok dia ada ujian, dia cuma pura-pura."

Tapi anak itu terus saja merengek-rengek hingga membuat sang ayah semakin marah ke dokter, sama sekali tidak percaya kalau anaknya cuma pura-pura dan terus menuntut Dokter untuk mengeceknya dengan benar.



Dia bahkan jadi semakin menggila dan melempar semua peralatan medis terdekat... tepat ke arah Mo Mo. Untung saja Wei Yi sigap menggunakan dirinya untuk menamengi Mo Mo dan tepat saat itu juga, Mo Mo akhirnya membuka mata dan terpana mendapati wajah Wei Yi sangat dekat dengannya.

Epilog:

Marilah kita melihat sejarah dari bola basket FP itu.


Suatu malam, Wei Yi baru tiba di kamar asramanya yang gelap gulita. Tapi tiba-tiba lampu menyala dan teman-temannya langsung heboh memberinya kejutan ultah.

Wei Yi sebenarnya tidak suka, tapi dia berusaha bersabar dan cuma menanggapi mereka dengan ucapan terima kasih. Fu Pei punya hadiah untuknya... bola baasket warna putih dengan tulisan FP yang pastinya singkatan dari Fu Pei.

Inilah hadiahnya Fu Pei untuk Wei Yi. "Bola basket ini adalah aku, jadi aku memberikan diriku padamu."

Dia kira itu hadiah yang oke banget kali yah, tapi Wei Yi langsung cuek dan menegaskan kalau dia tidak akan main basket. (Mungkin karena iru dia mengubah bola basket itu jadi globe)

Bersambung ke episode 4

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam