Rekap Novel Coroner's Diary Bab 113 - bab 114


Selain lukisan tak senonoh yang jumlahnya, astaghfirullah, banyak sekali, mereka sama sekali tidak bisa menemukan lukisan Selir Ke-2. 

Akan tetapi, kemudian Yan Chi menemukan sebuah lukisan wanita berbaju merah, cuma kelihatan sosok punggungnya tapi tampak jelas sekali kalau wanita dalam lukisan ini pastilah sangat cantik. 

Namun sepertinya ini bukan lukisan lama, kertasnya termasuk baru, mungkin baru dilukis tahun lalu, dan di bagian ujung paling bawah ada tanda tangan pelukisnya yang sangat kecil, Min Yu. 

Tidak ada orang bernama Min Yu di antara para majikan, tapi arti nama ini sejalan dengan arti namanya Qin Chen, giok yang indah.

Ah! Qin Wan seketika baru ingat bahwa sebelumnya, Yao Xin Lan pernah bilang kalau dia bermimpi melihat lukisan punggung wanita dengan banyak kacang merah cinta. Kacang merah cinta yang dimaksud pastilah tentang kecantikan wanita, dan lukisan ini memang menggambarkan betapa cantiknya wanita dalam lukisan ini.

Pasti lukisan ini yang dilihat Yao Xin Lan, tapi karena pikirannya kacau, jadi Yao Xin Lan pun mengira kalau yang dia lihat cuma mimpi. 

Sama seperti waktu dia bermimpi melihat Qin Chen bermesraan dengan wanita lain di Danau Bulan Sabit, semua itu bukan mimpi, tapi dia mengira mimpi karena pikirannya kacau dan juga karena pengaruh Qin Chen yang menghasutnya kalau dia cuma bermimpi.

Ini membuatnya jadi gelisah memikirkan kematian Qin Wan yang asli. Mungkinkah malam itu dia masuk hutan bambu ungu, melihat sesuatu yang tidak seharusnya dia lihat, lalu dibvnuh?... Tapi kenapa? Apakah fakta bahwa Qin Chen jatuh cinta pada wanita lain, akan berakibat fatal?

Yan Chi jadi heran dan cemas melihat ekspresinya. Dia tidak tahu apakah masalah ini ada hubungannya dengan kasus pembvnuhan atau tidak, tapi yang pasti, Yan Chi merasa kalau Qin Chen itu tidak sesederhana kelihatannya. 

Karena itulah dia menyarankan Qin Wan untuk berhati-hati terhadap Qin Chen, dan jangan pula ikut campur dalam masalah pasutri itu. Apalagi kasus ini sebentar lagi pasti akan menyebabkan perubahan besar di kediaman. 

Saat itu terjadi, Qin Chen-lah yang akan menjadi kepala keluarga. Jika begitu, maka Qin Wan harus menjaga hubungan baik dengan Qin Chen.

Selain ini, mereka tidak menemukan lukisan lain yang berarti. Jadi mereka memutuskan pergi. Tepat saat itu juga, Bai Feng muncul mengabarkan bahwa Prefek Huo baru saja menangkap seseorang, maka Yan Chi pun pergi.

Saat Qin Wan mengembalikan kunci ke Mo Shu, kondisi Yao Xin Lan agak membaik karena baru saja datang surat dari ayahnya di Jianzhou yang mengabarkan bahwa dia akan mengirim orang ke sini. 

Masalah ini kan tidak ada hubungannya dengan generasi muda, tapi bisa memengaruhi mereka. Makanya setelah kekacauan di rumah ini dan kasus ini selesai, dia dan Qin Chen akan dijemput ke Jianzhou demi keselamatan bayi yang dikandungnya dan juga demi masa depan Qin Chen. Tapi masalahnya, ini kan keputusan ayahnya sendiri, Yao Xin Lan sendiri masih bingung.

Tak tahu bagaimana harus menanggapinya dan tak ingin menambah masalah dengan memberitahunya tentang lukisan barusan, Qin Wan akhirnya cuma bisa menawarkan bantuannya kalau ada yang bisa dia bantu.

Tapi berhubung tidak ada yang bisa dia bantu, jadi Qin Wan pun kembali ke kediamannya. Namun dia sama sekali tidak bisa tenang memikirkan perselingkuhan Qin Chen dan kecurigaannya di perpus tadi.

Makanya dia langsung tanya ke Fu Ling tentang keberadaan Qin Chen waktu dia jatuh ke Danau Bulan Sabit waktu itu.
Fu Ling mengaku kalau dia cuma dengar dari orang bahwa waktu itu Qin Chen hendak pergi ke Jianzhou. Hmm, apakah itu artinya waktu itu Qin Chen masih di kediaman? Mencurigakan!

Tepat saat itu juga, mendadak terdengar suara aneh dari luar. Seperti langkah orang tapi saat Fu Ling keluar, tidak kelihatan ada siapa-siapa. 

Akhirnya Qin Wan tak mempermasalahkannya lagi, lalu lanjut pergi ke kediaman Qin Li untuk mengecek kondisinya dan memberi obat baru, sekaligus menginterogasinya tentang mengapa Qin Li selalu bersikeras melarangnya masuk ke hutan bambu.

Sebenarnya Qin Li tidak mau dia mendekati hutan bambu atau sumurnya? Qin Li meyakinkan kalau masalah sumur itu cuma karena Nyonya Tua selalu bilang kalau itu angker pasca bvnuh dirinya Selir Ke-2, dia beneran tak tahu menahu tentang tulang belulang itu.

Tapi masalah hutan bambu ungu, Qin Li menolak bicara. Hmm, mencurigakan! Qin Wan jadi curiga kalau Qin Li pasti mengetahui sesuatu. Apakah rahasia di hutan itu ada hubungannya dengan Qin Chen?

Qin Li refleks menghindari kontak mata dengan Qin Wan, tapi dia bersikeras bahwa Qin Chen tak punya rahasia apa pun. Qin Chen adalah pilar keluarga Qin, dia dan kakak ipar mereka sangat harmonis.

"Lalu kenapa dia malah melukis potret wanita lain?" serang Qin Wan.

"Bagaimana Adik Ke-9 tahu?" Refleks Qin Li kaget.

"Kalau tidak mau orang tahu, maka jangan lakukan sejak awal. Semua orang berkata kalau dia memperlakukan Kakak Ipar dengan baik, tapi belakangan ini aku banyak menghabiskan waktu dengan Kakak Ipar dan tahu kalau dia tidak benar-benar mencintai Kakak Ipar! Berani sekali mereka!"

Mengingat Qin Chen menemuinya di dalam kediaman, maka sudah pasti orang itu adalah orang dalam. Qin Wan benar-benar marah menyadari semua ini.

"Kakak Ipar adalah calon Nyonya Qin, tapi mereka sungguh berani! Kakak Ipar bilang padaku kalau mereka bertemu diam-diam. Orang itu berani sekali merayu Kakak Tertua!"

Qin Wan tidak menyebutkan kalau dia tahu orangnya, tapi ucapannya terkesan demikian sehingga Qin Li mengira dia sudah tahu. Makanya Qin Li dengan lesu mengomentari wanita itu yang ternyata adalah tangan kanan kesayangan Nyonya Tua, Cai He.

Kenapa Qin Chen tidak menjadikannya sebagai selir? Karena Qin Chen terikat oleh janjinya pada ayah mertuanya. Ah! Jadi ternyata Qin Chen berjanji tidak akan mengambil selir itu bukan karena inisiatifnya sendiri tapi karena tuntutan Ayahnya Yao Xin Lan.

Pernikahan mereka sejak awal bukan karena cinta, tapi karena Qin Chen butuh keluarga mertuanya sebagai sandaran. Cinta Yao Xin Lan sebenarnya cuma cinta satu arah, cintanya begitu besar sehingga dia berdelusi bahwa Qin Chen mengucap janji itu karena Qin Chen cinta padanya.

Kalau Nyonya Tua dan Yao Xin Lan mengetahui perselingkuhan mereka, maka walaupun Nyonya Tua sangat menyayangi Cai He, tapi dia pasti akan langsung menyingkirkannya demi masa depan keluarga Qin.

Fakta ini membuat Qin Wan jadi semakin mencurigai Qin Chen. Qin Chen sangat mencintai Cai He tapi juga tidak bisa mengorbankan masa depannya dan keluarganya, maka jika sampai ada orang yang tahu, bukan tidak mungkin dia akan tega membvnuh orang.

Keluarga ini benar-benar sinting dan tak tahu malu! Semua orang di keluarga ini sebenarnya sama saja, tidak ada satu pun yang benar. Kalau nantinya keluarga ini hancur, ya itu salah mereka sendiri.

Kalau begitu, orang yang paling mungkin ingin mencelakai Yao Xin Lan dan bayinya adalah Cai He. Dia punya hubungan dekat dengan Nyonya Tua dan Qin Chen, jadi dia punya banyak kesempatan untuk merusak obatnya Yao Xin Lan.

Tapi apakah perkara ini ada hubungannya dengan kematian Qin Wan yang asli?... Dia perlu mencari tahu, maka Qin Wan pun langsung membawa Fu Ling ke gatehouse untuk menanyakan alibi Qin Chen pada malam itu.

Namun saat melewati kediamannya, dia melihat Xu He menunggunya dengan membawa setumpuk dokumen testimoni warga daerah Yang. Tak sengaja ada beberapa dokumen yang terjatuh dan saat Qin Wan memungutnya, informasi di dokumen itu seketika menarik perhatiannya. 

Pemilik toko kain sutra, suaminya Selir Ke-2, buta warna. Ini kelainan mata yang bisa menurun ke anak. Selir Ke-2 memiliki dua putri, yang termuda sudah pasti mati karena ada tulang belulangnya. Tapi anak yang tertua, tidak ada jasadnya. Bagaimana kalau dia masih hidup?

Kalau dia masih hidup, sudah pasti dia akan membalaskan dendam orang tuanya, dan di rumah ini ada yang buta warna... Cai He yang pernah salah memberinya kertas payung berwarna merah padahal seharusnya biru.

Dengan pengalamannya selama bertahun-tahun di sini dan posisinya yang cukup tinggi, dia bisa memancing Kepala Pelayan Liu dan Selir Ke-8 dengan mudah. Tapi bagaimana dengan keracunannya Tuan Qin? Cai He hampir tidak punya kesempatan pergi ke kediaman Tuan Qin. Kalau dia pelakunya, bagaimana caranya dia meracuni Tuan Qin?

Berhubung semua ini baru dugaan, maka untuk memastikan apakah benar dia putrinya Selir Ke-2, mereka masih harus mencari lukisan potret Selir Ke-2. 

Berdasarkan informasi dari pelayan tua nya Tuan Qin, selain perpus dan ruang belajarnya, Tuan Qin juga biasanya menyimpan lukisan di ruang studi di aula depan. 

Di sana, mereka menemukan satu gulung lukisan yang tampak cukup tua, tapi saat Fu Ling mencoba membukanya, tak sengaja dia sedikit merobeknya karena gulungan kertasnya saling menempel.

Namun sepertinya ini lukisan wanita.
Qin Wan memutuskan untuk membawa pergi lukisan ini untuk diteliti lebih lanjut.

Mereka kemudian kembali ke kediaman Tuan Qin tapi Qin Wan melihat ada pelayan muda yang sedang dihukum berlutut cukup lama.

Si pelayan tua menjelaskan bahwa si pelayan muda ini tidak membersihkan panci obat dengan benar, masih ada sisa obat di dasar tungkunya, makanya dia dihukum. 
Namun karena dia sudah dihukum berlutut cukup lama, jadi Qin Wan menyuruh si pelayan tua untuk menyudahi hukuman si pelayan muda. Dia bisa sakit kalau kelamaan berlutut.

Namun Qin Wan penasaran sisa obat yang dia sebutkan itu dan langsung menyuruhnya untuk memperlihatkan panci obat itu padanya. Begitu mengendus sisa bubuk obat yang dimaksud, Qin Wan langsung tahu kalau itu bukan sisa obat, tapi racun metalik.

Menurut pengakuan si pelayan muda, dia biasanya mencuci panci itu di sumur bersamaan dengan Huan'er yang merupakan pelayannya Nyonya Tua yang juga sedang mencuci panci obatnya Nyonya Tua.

Qin Wan langsung paham segalanya dan menyuruh mereka untuk menyimpan baik-baik sisa obat ini dan menginstruksikan si pelayan muda untuk tetap di sini sampai Prefek Huo datang.

Dia sendiri langsung pergi bersama Fu Ling dan Xu He  sembari menjelaskan pada mereka tentang racun metalik yang disangka sisa obat tadi. Pantas saja mereka tidak bisa menemukan tersangka yang meracuni Tuan Qin, pelakunya kemungkinan adalah Huan'er yang memasukkan racun itu ke panci saat si pelayan muda sedang tidak melihat.

Tapi dia cuma pelayan biasa, rasanya tidak mungkin dia akan berani bertindak demikian kalau bukan karena perintah dari orang lain yang posisinya lebih tinggi darinya, dan satu-satunya pelayan yang paling tinggi posisinya di Aula Buddha hanya Cai He.

Tapi ini baru dugaan, mereka masih perlu bukti lebih kuat. Makanya mereka perlu sesegera mungkin membuka gulungan lukisan ini. 

Selain itu, dia juga menginstruksikan Xu He untuk menghubungi Yan Chi dan Prefek Huo untuk kembali ke kemari secepatnya, atau minimal salah satu saja dari mereka juga tidak masalah. Pokoknya secepatnya. Maka Xu He pun langsung lari secepat kilat melaksanakan perintah Qin Wan untuk mencari kedua orang itu.

Berbagai penemuan ini membuat Qin Wan malah jadi lupa kalau dia awalnya tadi kan mau pergi ke gatehouse di depan untuk menanyakan tentang alibinya Qin Chen pada malam tenggelamnya Qin Wan yang asli.

Baru juga dipikirin, tiba-tiba saja mereka malah melihat Qin Chen sudah menunggu di depan kediamannya Qin Wan. Karena segalanya masih ambigu, Qin Wan pun dengan suara pelan buru-buru memperingatkan si cerewet Fu Ling untuk merahasiakan segala penemuan mereka hari ini dari Qin Chen. 

Seperti biasanya, Qin Chen bicara dengan lembut dan ramah. Saat melihat gulungan lukisan yang dipegang Fu Ling dan mengetahui kalau Qin Wan sedang mencari lukisan Selir Ke-2, Qin Chen mengklaim bahwa Tuan Qin dulu membuat banyak lukisan Selir Ke-2, sekarang disimpan di sebuah gudang kecil yang berada di dekat perpus dan menawarkan dirinya untuk mengantarkan Qin Wan ke sana.

Qin Wan sontak galau antara tergoda tapi juga ragu. Tapi akhirnya dia memutuskan nekat saja menuruti rasa tergodanya dengan pikiran bahwa dirinya aman selama ada Fu Ling bersamanya.

Sepanjang perjalanan ke sana, Qin Chen selalu ramah dan lembut yang otomatis menurunkan kewaspadaan Qin Wan.

Namun setibanya di sana, dia mulai merasa aneh lagi karena tempat ini sangat terpencil, dan baru sekaranglah dia sadar bahwa sepanjang jalan tadi dia tidak melihat anak buahnya Prefek Huo berjaga.

Namun berhubung rasa tergodanya terlalu kuat, Qin Wan akhirnya tetap masuk ke dalam gudang tersebut dan berjalan yang ditunjuk Qin Chen di mana tersimpan banyak sekali lukisan dan kaligrafi.

Dia mengambil salah satu gulungan lukisan dan mendapati itu adalah lukisan seorang wanita cantik berbaju putih di hutan bambu. Tapi ini bukan lukisan potret wajah yang dia cari.

Dia hendak membuka gulungan lukisan kedua saat dia mendengar Qin Chen bertanya tentang rencananya pergi ke gatehouse. Padahal cuma dia dan Fu Ling yang mengetahui rencana ini, bagaimana Qin Chen bisa tahu?

Saat inilah Qin Wan baru benar-benar merasa ketakutan merasakan adanya bahanya. Benar saja, saat dia berbalik, dia malah mendapati Fu Ling sudah pingsan dihantam oleh Qin Chen yang sekarang menutup pintu gudang itu dengan wajah datar.
Bersambung...

Post a Comment

0 Comments