Pada suatu malam bersalju tahun ke-27 pemerintahan Chengping, Jenderal Kavalari Song Mo, memimpin pemberontakan saat Kaisar sakit kritis demi membantu Pangeran Ping merebut tahta sekaligus membalaskan dendam 237 orang Keluarga Bangsawan Jiang dan mengembalikan nama baik mereka.
Dia menyandera Putra Mahkota di kediamannya, tapi Putra Mahkota berkata bahwa Song Mo balas dendam ke orang yang salah, lalu mengutuk kekalahan Song Mo, lalu tanpa menjelaskan apa pun lebih jauh, Putra Mahkota membunuh dirinya sendiri.
Song Mo akhirnya berhasil mendapatkan stempel kerajaan, tapi hatinya mulai bingung mempertanyakan apa maksud Putra Mahkota tadi. Dia balas dendam ke orang yang salah?
Setelah membantai seluruh kediaman Putra Mahkota, Song Mo kemudian menemui Kasim Wang Ge dan memberitahunya bahwa dia hanya akan menyerahkan stempel kerajaan ini pada Pangeran Ping setelah dia bertemu dengan Kaisar dan mendapatkan apa yang dia mau, yaitu membersihkan tuduhan terhadap Keluarga Bangsawan Jiang.
Kasim Wang Ge mengklaim bahwa Kaisar dan Pangeran Ping sekarang sedang bicara dan tidak bisa diganggu, dan berjanji akan mengatur pertemuan untuk Song Mo setelah Kaisar baru naik takhta nanti. (Hmm, kayaknya dia kasim licik) Baiklah, kalau begitu, Song Mo pun pergi membawa pasukannya dengan membawa stempel kerajaan itu.
Di tempat lain, Duo Zhao, istri Adipati Jining, sudah memperkirakan tentang pemberontakan Song Mo dan Pangeran Ping dan sekarang dia memimpin orang-orangnya untuk menyita persenjataan para pemberontak itu.
Keadaan ibu kota yang serba kacau balau menyebabkan orang-orang jadi panik, bahkan beberapa pelayan berniat kabur dengan mencuri harta milik tuan mereka. Para pelayan di kediaman Adipati Jining yang tertangkap, langsung dihukum keras.
Walaupun sedang sakit, tapi Duo Zhao tetap tenang menghadapi situasi ini, memberi berbagai instruksi pada para pelayan supaya kediaman mereka tetap bisa bertahan sampai keadaan aman kembali dan menyebarkan para penjaga ke beberapa titik untuk mengamankan kediaman.
Namun kesehatan Duo Zhao semakin lama semakin memburuk sampai dia muntah darah. Namun bahkan di saat seperti ini, suaminya, Wei Ting Yu yang bergelar Adipati Jining sama sekali tak memedulikannya. Duo Zhao sibuk sendiri mengurus segala hal di kediaman.
Saat tengah mengagumi bunga magnolia putih yang tumbuh subur di tengah lebatnya salju, Duo Zhao mengendus bau obat herbal. Mengira adik tirinya, Duo Ming, sedang memasakkan obat herbal untuknya, Duo Zhao langsung pergi ke dapur.
Namun yang tak disangkanya, dia malah tak sengaja menyaksikan perselingkuhan suaminya dengan Duo Ming. Parahnya lagi, dia mendengar mereka sangat mengharapkan kematiannya secepat mungkin supaya Wei Ting Yu bisa segera menikahi Duo Ming.
Memang sih, sejak awal pernikahan Duo Zhao dan Wei Ting Yu adalah perjodohan orang tua, mereka pada dasarnya tidak saling mencintai. Karena itulah, begitu mengetahui hal ini, Duo Zhao pun sebenarnya tak mempermasalahkannya. Malah menurutnya, jika setelah dia mati nanti, kedua orang itu menikah, maka aliansi kedua keluarga akan tetap terjaga.
Namun kemudian dia mendengar hal mengejutkan lain yang datang dari mulut Duo Ming. Ternyata dulu, Ibunya Duo Zhao dan Ibunya Duo Ming adalah sahabat karib. Namun Ibunya Duo Ming berselingkuh dengan Ayahnya Duo Zhao, dan itulah yang menyebabkan Ibunya Duo Zhao meninggal dunia. (Bah! Anak dan ibu sama aja)
Duo Zhao begitu tercengang menyadari selama ini dia hanya boneka bagi orang lain. Dia begitu kesal hingga dia yang awalnya tidak berniat mengganggu perselingkuhan kedua orang itu, sekarang berubah pikiran menyuruh Bibi Pengasuh Tuo untuk menyiarkan kabar bahwa terjadi kebakaran di dapur.
Semua orang di kediaman sontak bergegas ke dapur dan begitulah bagaimana dia mengungkapkan perselingkuhan suami dan adik tirinya di hadapan semua orang dan menuntut penjelasan Duo Ming tentang apa yang sebenarnya terjadi pada ibunya. Duo Ming dengan angkuhnya mengklaim kalau dia tidak banyak tahu karena kejadian itu terjadi sebelum dia lahir.
Baiklah, Duo Zhao bersumpah akan menyelidiki masalah ini lalu dengan sengaja dia membakar baju-baju kedua orang itu, mengumumkan perzinaan mereka pada semua orang, lalu menyatakan dirinya sudah bukan lagi Nyonya Adipati Jining lalu pergi dari kediaman ini.
Duo Ming kesal banget dipermalukan seperti ini. Dia jadi menyesal tidak mendengarkan omongan ibunya yang sudah sejak lama menyuruhnya untuk meracuni Duo Zhao. Wei Ting Yu juga sama sebalnya sama Duo Zhao dan bersumpah tidak akan membiarkan Duo Zhao menyampaikan masalah ini ke pengadilan atau reputasi Adipati Jinning akan hancur.
Berkendara dengan kereta kuda di jalanan ibu kota yang tampak masih penuh hujan salju, Duo Zhao dengan cepat menyadari bahwa ini bukan salju, melainkan abu.
Suasana ibu kota memang sedang kacau balau. Mayat bergelimpangan di mana-mana, para prajurit sibuk membakar mayat-mayat, dan tunawisma kelaparan di jalanan. Saat Duo Zhao melewati mereka, dia langsung membagi-bagikan sedikit makanan yang dia punya untuk mereka.
Memikirkan masalah ibunya, Duo Zhao penasaran apakah Bibi Tuo mengetahui sesuatu tentang kematian ibunya. Bibi Tuo ingat waktu itu Ayahnya Duo Zhao baru saja lulus ujian negara, kebetulan bertepatan dengan hari ultah sepupunya Duo Zhao.
Jadi waktu itu Ibunya Duo Zhao menyuruh Bibi Tuo untuk membawa Duo Zhao pergi ke kediaman pamannya duluan untuk merayakan ultah si sepupu. Namun setelah pulang, Ibunya Duo Zhao malah sakit keras hingga meninggal dunia (Mencurigakan!). Lalu setelah itu, Wang Ying Xue, Ibunya Duo Ming, masuk ke kediaman dan menjadi ibu tirinya Duo Zhao.
Namun karena terlalu fokus ngobrol, Bibi Tuo terlambat melihat anak kecil yang ada di depan kereta kuda mereka. Bibi Tuo berusaha putar arah tapi pada akhirnya malah membuat dirinya sendiri terlempar, kudanya terlepas dan keretanya menjadi tak terkendali dan hampir saja menimpa anak kecil itu.
Untungnya ada prajurit datang dan langsung melemparkan tombaknya ke roda kereta, otomatis menghentikan pergerakan kereta. Duo Zhao terlempar dari dalamnya, tapi untungnya si prajurit menangkapnya tepat waktu.
Duo Zhao terpana menyadari siapa yang menyelamatkannya, Song Mo. Masih muda, tapi entah mengapa rambutnya sudah memutih semuanya. Yang lebih mengherankannya, Song Mo memperlakukan anak itu dengan lembut, bahkan memberinya sekantong makanan. Padahal reputasinya selama ini terkenal sangat kejam dan tak berperikemanusiaan.
Song Mo sadar betul akan reputasinya dan tak terlalu peduli walaupun wajahnya tampak menunjukkan kesedihan akan hal itu. Dia bahkan sengaja menggunakan reputasi kejamnya untuk pura-pura menakuti anak itu supaya berhenti menangis.
"Sepertinya, dia tidak sekeji yang dirumorkan," batin Duo Zhao.
Tepat saat itu juga, seorang biksu bernama Ji Yong muncul dan menasehati Song Mo untuk mengurangi membunuh di masa depan nanti.
Begitu mengetahui Duo Zhao berasal dari kediaman Adipati Jining, Song Mo otomatis curiga kenapa dia ada di sini saat suasana ibu kota sedang kacau balau.
Duo Zhao mengaku bahwa dia mau kembali ke kampung halamannya, tapi tiba-tiba saja dia terbatuk-batuk sangat keras. Ji Yong langsung mengecek nadinya lalu memberitahu bahwa sakitnya sudah sangat parah, jadi tidak seharusnya dia berkendara jauh. Takutnya sebelum sampai kampung halaman, dia sampai ke langit duluan. Karena itulah, dia menyarankan Duo Zhao untuk beristirahat di kuilnya malam ini.
Mendengar itu, Song Mo pun menurunkan kecurigaannya terhadap Duo Zhao lalu memimpin seluruh pasukannya untuk berlindung di kuil untuk sementara.
Dia bahkan dengan sopan dan tulus meminta maaf pada Duo Zhao karena sempat mencurigainya sebagai mata-mata musuh. Hmm, tapi sebenarnya memang ada mata-mata yang sedang mengawasi pergerakan mereka.
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam