Sinopsis I Need Romance 3 episode 6 - part 2

 

Saat tak ada seorangpun di kantor yang bersimpati atas masalah menopause dini yang dialaminya, Min Jung langsung mengatai mereka semua orang breng**k. 

Joo Yeon langsung mengomelinya karena selama ini dia sudah memberi Min Jung banyak waktu untuk pergi ke dokter, berkencan setiap hari jumat dan lain sebagainya, lalu apa lagi yang Min Jung inginkan. 

Min Jung begitu marah mendengar omelan Joo Yeon sampai ia langsung mengatai Joo Yeon sebagai crustasea (hewan laut berkulit keras).


"Kau (Joo Yeon) yang terburuk. Kau tidak punya hati. Aku bahkan ragu apakah kau adalah manusia yang punya aliran darah. Dan kalian (Hee Jae dan Woo Young) yang belajar darinya (Joo Yeon) juga sama saja. Apa sulitnya mengatakan 'sunbaenim apa kau baik-baik saja?' Dan kau (Tae Yoon) juga sama saja"

Min Jung menangis dan Joo Yeon berusaha membujuknya dengan memanggilnya 'sayang'. Tetapi Min Jung langsung marah karena selama ini Joo Yeon selalu memanggilnya 'sayang', padahal Min Jung lebih tua dan sunbae di kantor tetapi Joo Yeon tidak pernah memanggilnya dengan sebutan 'unni' ataupun 'sunbae'. Sekarang Min Jung menyesal telah menganggap mereka sebagai rekan kerja.



Min Jung lalu pergi. Sesampainya di mobil, Min Jung tidak percaya dengan diagnosis dokter dan karena itulah sekarang ia ingin membuktikan bahwa ia tidak mengalami menopause dini dengan menelepon Min Seok dan menyuruhnya datang ke hotel yang selalu mereka datangi untuk kencan.


Saat Joo Wan pulang, dia langsung heran melihat mobilnya Joo Yeon sudah parkir didepan rumah lebih awal daripada hari biasanya. Joo Wan langsung berlari masuk ke rumah namun ternyata Joo Yeon tidak ada di rumah. Joo Wan langsung meneleponnya untuk menanyakan keberadaannya. 

Joo Yeon mengatakan bahwa saat ini ia sedang minum-minum sendirian dan menyuruh Joo Wan untuk tidak datang. Tetapi Joo Wan malah mengira bahwa Joo Yeon menyuruhnya untuk datang, Joo Wan lalu mengecek penampilannya sebelum ia pergi menemui Joo Yeon di restoran tempat biasa ia minum-minum.


Sesampainya di restoran, Joo Wan bertanya kenapa Joo Yeon minum-minum sendirian, apakah dia bertengkar dengan seseorang. Joo Yeon bertanya balik pada Joo Wan, apa persamaan antara kepiting, udang besar, lobster dan Shin Joo Yeon.

"Sama-sama... keras?" jawab Joo Wan

"Hei, hanya karena mereka keras, apa kau pikir mereka tidak punya hati? Tidak punya darah?"

Joo Yeon bertanya dengan mengangkat kerang laut yang sedang dimakannya, apakah kerang laut itu tidak punya hati hanya karena kulit bagian luarnya keras. 

Joo Wan tidak mengerti apa maksud pembicaraannya maka Joo Yeon langsung memberitahunya bahwa ada orang yang memanggilnya crustasea. 


Joo Wan langsung tertawa geli mendengarnya dan mengatakan bahwa panggilan itu sangat sesuai untuknya. Joo Yeon memang sama seperti crustasea yang keras di luar tapi sebenarnya dia tidak pintar dan sulit membuka perasaannya. Setelah mendengar perkataan Joo Wan itu, Joo Yeon akhirnya mau menerima bahwa ia memang mirip crustasea.

Joo Wan mengatakan bahwa saat crustasea terluka maka mereka tidak akan pernah bisa sembuh kembali. Berbeda dengan hewan berkulit lembut di luar yang masih mampu melindungi organ bagian dalamnya bahkan saat mereka terluka, saat crustasea terluka maka mereka akan langsung mati.


"Tapi kau punya sesuatu yang spesial yang tidak dimiliki oleh crustasea yang lain"

"Apa?"

Joo Wan langsung menunjuk ke dirinya sendiri yang selalu berada disisi Joo Yeon. Joo Wan mengatakan bahwa jika ada seseorang yang mencoba melukainya maka Joo Wan akan langsung menghalanginya. Joo Wan memperagakannya dengan menyilangkan sumpitnya sebagai tanda perlindungan.

"Dengan sumpit?" keluh Joo Yeon

"Aku mencintaimu" kata Joo Wan tiba-tiba


Joo Yeon langsung tertawa mendengar pernyataan cinta Joo Wan yang mendadak itu. Joo Wan meminta Joo Yeon untuk bertahan dengan kegilaannya karena Joo Wan berniat untuk terus menyatakan cintanya setiap saat supaya Joo Yeon tidak lupa. 


Joo Yeon tiba-tiba saja merasa sangat mengantuk dan hampir saja menjatuhkan wajahnya di kuah panas, untunglah Joo Wan segera menahan kepalanya sebelum wajah Joo Yeon menyentuh kuah panas itu. 

Ia lalu menyingkirkan kuah panas itu dengan resiko tangannya sendiri kesakitan akibat bersentuhan langsung dengan kuah panasnya.


Joo Wan lalu menggendongnya pulang. Di luar restoran, Joo Wan membayangkan Joo Yeon muda yang sedang menggendong bayi Joo Wan berdiri di hadapannya. Joo Wan dan Joo Yeon muda saling tersenyum, lalu mereka berjalan pulang berdampingan.

"Lihatkan? Aku membayarmu kembali (maksudnya dulu Joo Yeon yang menggendong Joo Wan maka sekarang Joo Wan yang menggendong Joo Yeon). Kau berat" kata Joo Wan pada Jo Yeon muda

Joo Yeon bernarasi "Ada kalanya tubuh kami sedekat ini. Ada kalanya aku merasa kami terbuat dari satu tubuh. Sejak kami masih sangat muda. Tapi sesaat perasaan itu terasa kembali sekarang. Perasaan bahwa kami adalah satu tubuh"


Flashback sebelum bunga mawar pemberian Joo Wan layu. Joo Yeon pulang kerja dalam keadaan lelah tetapi ia melihat bunga mawar pemberian Joo Wan. Joo Yeon bernarasi bahwa Joo Wan masih saja hidup dalam dunia dongeng.


Bunga mawar merah itu mengingatkannya saat ia masih remaja, ia sedang berkencan dengan seorang remaja laki-laki tetapi Joo Wan datang menganggu kencan mereka dengan memberitahu remaja laki-laki itu bahwa Joo Yeon mendengkur dan menggertakkan giginya saat tidur, Joo Wan lalu meletakkan setangkai bunga mawar merah di meja untuk Joo Yeon lalu pergi.

Joo Yeon bernarasi bahwa apa yang dilakukan Joo Wan waktu itu sama sekali tidak buruk, saat itu ia merasakan sebuah harapan kecil muncul seperti asap. Harapan bahwa dongeng ini akan menjadi nyata.


Kembali ke masa kini. Sesampainya di rumah, Joo Wan langsung menidurkan Joo Yeon di kamar. Joo Wan melihat Joo Yeon tertidur dengan tangan terkepal. Joo Wan berusaha membuka kepalan tangan Joo Yeon tetapi secara reflek tangan itu terkepal kembali.

"Kau mau perang atau apa?" 


Joo Wan lalu mengambilkan baju tidur untuk Joo Yeon lalu berkata padanya bahwa ia tidak punya maksud lain, ia hanya ingin Joo Yeon tidur dengan nyaman. Joo Wan lalu mulai melepaskan kancing baju Joo Yeon, tetapi baru satu kancing baju yang ia buka, Joo Wan langsung berhenti karena merasa tidak bisa meneruskannya.

"Hatiku berdebar kencang" gumam Joo Wan lalu beranjak pergi keluar kamar


Beberapa saat kemudian, Joo Yeon sudah bangun dan sudah berganti baju sendiri. Saat Joo Wan turun, ia melihat Joo Yeon berjalan limbung ke ruang tamu lalu menyalakan TV lalu langsung tertidur kembali di sofa dengan tangan terkepal dan mendengkur. Joo Wan tersenyum melihatnya lalu menggendongnya kembali ke kamar.


Hee Jae dan Woo Young keluar dari kantor bersama setelah lembur. Hee Jae ingin pulang naik taksi tapi Woo Young menawari Hee Jae untuk mengantarkan Hee Jae pulang dengan mobilnya. Woo Young juga memberi Hee Jae sebuah syal yang ia pilih sendiri. 


Saat mobil Woo Young keluar dari gedung kantor, Hee Jae melihat pacarnya ternyata telah menunggunya di luar gedung kantornya. Hee Jae langsung menyuruh Woo Young untuk berhenti. 

Hee Jae langsung menghampiri pacarnya dan mengeluh karena pacarnya tidak meneleponnya dulu sebelum menjemputnya. Pacarnya Hee Jae mengatakan bahwa ia sudah berusaha untuk menelpon Hee Jae berkali-kali dan mengiriminya pesan tapi Hee Jae tidak meresponnya.

"Aku sangat sibuk" kata Hee Jae

Woo Young lalu turun dari mobilnya untuk memberikan tasnya Hee Jae yang ketinggalan di mobilnya lalu pamit pergi pada Hee Jae. 

Hee Jae merasa bersalah karena telah mengabaikan pesan dari pacarnya tetapi pacarnya tidak mempermasalahkannya karena akhirnya dia bisa melihat wajah Hee Jae. Ia lalu merangkul bahu Hee Jae dan mengajaknya pulang.


Min Jung mengirim pesan pada seluruh anggota tim bahwa ia mengundurkan diri dari pekerjaannya karena ia merasa tidak bisa bekerja dengan orang-orang kejam. Joo Yeon mengeluhkan tindakan Min Jung itu tetapi ia langsung memutuskan untuk tidak mempedulikan Min Jung.


Keesokan harinya adalah hari siaran home shopping. Joo Yeon bekerja seorang diri sementara Hee Jae dan Woo Young khawatir, apakah Joo Yeon akan baik-baik saja bekerja sendirian. Joo Yeon menyuruh mereka untuk mengkhawatirkan tim mereka sendiri saja.


Siaran-pun dimulai. Produk pilihan Joo Yeon adalah jaket dari brand yang sama dengan jaketnya Hee Jae yang diberi oleh Se Ryeong. Sementara itu, Min Jung menonton siaran home shopping-nya Joo Yeon dari apartemennya dan berharap semoga Joo Yeon hancur.

Dan ternyata harapan Min Jung itu langsung menjadi kenyataan saat produk pilihan Joo Yeon ternyata tidak ada peminatnya, bahkan dari 100 penelepon yang benar-benar membeli hanya 2 orang. Joo Yeon sangat panik tetapi pada akhirnya dia hanya bisa termenung tanpa bisa berbuat apapun.

Min Jung langsung kaget saat ia melihat ternyata Joo Yeon benar-benar gagal tetapi beberapa detik kemudian ia memutuskan bahwa Joo Yeon pantas mendapatkan kegagalan itu. 



Ditengah-tengah acara, Tae Yoon langsung memberi perintah agar siarannya segera dihentikan dan langsung lanjut ke siaran tim berikutnya (timnya Se Ryeong).

Hee Jae dan Woo Young langsung berlari menghampiri Joo Yeon dengan cemas tetapi Joo Yeon tetap tersenyum pada mereka lalu pergi. 


Saat ia keluar, semua orang di kantor langsung menggosipkannya dan menertawainya dengan suara keras, mereka bahkan menertawakan kesombongan Joo Yeon yang pernah mengatakan bahwa ia akan menghasilkan $200 per menit.


Joo Yeon lalu pergi ke kantornya Tae Yoon dengan langkah lemas. Saat Joo Yeon membuka pintunya, ia langsung disambut oleh Tae Yoon yang bersikap sangat dingin padanya.

"Apa kau ingin mengatakan sesuatu, pemimpin tim Shin Joo Yeon?" tanya Tae Yoon dingin


Dalam perjalanannya keluar dari kantornya Tae Yoon, Joo Yeon melihat sesi siaran timnya Se Ryeong yang ternyata mampu menjual habis semua barang yang mereka jual. Joo Yeon hanya bisa menonton semua itu dengan mata berkaca-kaca.


Malam harinya, saat Joo Wan turun dari loteng, ia melihat Joo Yeon sedang duduk merenung dalam kegelapan. Joo Wan langsung menyalakan lampu dan melihat Joo Yeon menangis.

"Ada apa dengan wajahmu?" tanya Joo Wan

Joo Wan bernarasi bahwa Joo Yeon yang ia kira tidak punya air mata ternyata sekarang sedang menangis. Joo Wan lalu bertanya sekali lagi kenapa Joo Yeon menangis.


Joo Yeon akhirnya memberitahu Joo Wan bahwa siaran home shoppingnya gagal. Joo Wan langsung menyemangatinya denagn mengatakan bahwa Joo Yeon selalu sukses jadi sekali-kali gagal juga tidak apa-apa. 

Joo Yeon mengatakan bahwa masalahnya bukan siarannya, bukan kekalahannya dari Se Ryeong, bukan pula hinaan orang lain yang ia dengar sendiri. Ia baik-baik saja dengan semua itu dan ia pasti akan bekerja lebih baik lagi di masa depan nanti.

"Tapi, orang itu... setiap kali selesai siaran, aku selalu mendatangi orang itu" kata Joo Yeon

Joo Wan menduga orang yang dimaksud Joo Yeon pasti Tae Yoon. Joo Yeon teringat saat Tae Yoon tersenyum manis padanya saat ia berhasil menjual habis semua barang dagangannya. 


Joo Yeon menangis saat ia bercerita pada Joo Wan bahwa setiap kali ia berhasil dan datang ke kantornya, Tae Yoon pasti akan tersenyum padanya.

"Tapi dia sangat dingin" ujar Joo Yeon sambil menangis

Joo Wan sangat terkejut dengan cerita Joo Yeon itu, ia bernarasi "Ini dia, alasan kenapa dia (Joo Yeon) tidak bersedih bahkan setelah ia putus dari pacarnya. Bahkan setelah ia terlibat pertengkaran dengan wanita lain dihadapan pacarnya, inilah alasan kenapa dia tetap baik-baik saja dan melupakan segalanya. Bahkan setelah berciuman denganku dan mengira bahwa ia jatuh cinta, inilah mengapa dia melupakan cinta itu. Alasannya adalah karena pria itu. Kau jatuh cinta pada pria itu. Karena kau mencintai pria itu, kau menyingkirkan semua cinta yang lain"


Joo Wan lalu memeluk Joo Yeon yang terus menangis dan berkata "Kau sangat bodoh"

Joo Wan lalu berkata dalam hatinya "Tapi, kuharap kau akan tetap bodoh seperti ini. Kuharap kau tidak akan menyadari perasaanmu sendiri, selamanya"

 
Bersambung ke episode 7

Post a Comment

0 Comments