Episode 5: Walaupun kau tidak mengganggap serius perasaanku
Joo Yeon sangat terkejut saat melihat Allen masuk kedalam rumahnya dan
bukannya Joo Wan yang sedang ditunggunya "Apa yang kau lakukan disini?"
"Hai Shing Shing" sapa Joo Wan
Joo Yeon langsung melotot tak percaya, ia bernarasi bahwa terkadang saat kita hidup terjadi sesuatu yang tidak masuk akal.
"Aku sudah bilang kan bahwa aku pasti akan kembali. Aku bilang aku akan kembali sebagai seorang pria"
Joo Yeon berkata dalam hatinya bahwa ia tidak mempercayainya. Joo Wan
lalu memegang kepala Joo Yeon dengan kedua tangannya dan mendekatkan
wajahnya. Ia mengatakan pada Joo Yeon agar mulai sekarang mereka hidup
bahagia bersama.
Joo Yeon masih belum bisa mempercayai Joo Wan "Anda siapa?"
"Apa ada orang lain selain aku yang akan memanggilmu Shing Shing? Aku Wan. Joo Wan"
Joo Yeon bertanya-tanya dalam hatinya "si ubi yang jorok dan jelek itu?"
Joo Yeon teringat bagaimana dulu Joo Wan kecil sangat jorok saat makan,
Joo Wan kecil yang tidak bisa membedakan sepatu kiri dan sepatu kanan
sampai ia berumur 7 tahun dan Joo Wan kecil yang tidak bisa mengayuh
sepeda sampai ia berumur 9 tahun.
Joo Yeon tidak percaya bagaimana anak bodoh itu bisa berubah menjadi seperti ini "Ini... keajaiban"
"Aku tampan kan?" goda Joo Wan
Joo Wan lalu bertanya apakah Joo Yeon masih menyimpan gigi depannya
(barang yang Joo Wan muda berikan pada Joo Yeon sebelum ia berangkat ke
Amerika). Joo Yeon mengatakan bahwa ia sudah membuang barang kotor itu.
Joo Wan tidak percaya karena saat ia memberikan gigi itu, Joo Yeon
terlihat sangat tersentuh.
Joo Yeon tetap bersikeras bahwa ia sudah membuangnya. Mendengar teriakan
Joo Yeon, Joo Wan yakin pasti sekarang kesadaran Joo Yeon pasti sudah
pulih (dari keterkejutannya).
Joo Wan mencoba mengalihkan perhatian Joo Yeon pada sarapan tetapi Joo
Yeon langsung teringat tentang ciuman mereka. Dia langsung menghentikan
Joo Wan untuk menuntut penjelasan tentang apa yang sudah dilakukannya.
"Memangnya apa yang kulakukan?" tanya Joo Wan pura-pura tak mengerti
"Jangan pura-pura tidak tahu" teriak Joo Yeon
"Ah, ciuman itu"
Joo Yeon langsung memukul kepala Joo Wan dengan kesal "Apa mempermainkanku menyenangkan?"
Joo Yeon marah karena Joo Wan tidak mengatakan jati dirinya yang
sebenarnya dengan berpura-pura sebagai Allen untuk mempermainkannya. Joo
Wan langsung membela diri bahwa dia memang Allen.
"Jika kau tahu bahwa itu kau, maka aku..."
"Maka kau akan memperlakukanku seperti anak kecil. Kau tidak akan menganggapku sebagai pria"
Joo Yeon menyindir apakah Allen senang mempermainkannya dan melihatnya
gelisah karena menunggu telepon darinya. Joo Wan mendesah karena ia
merasa selama 17 tahun mereka berpisah, Joo Yeon menjadi semakin kacau.
Joo Yeon langsung berteriak marah dan membela diri bahwa dia tidak
kacau, dia hanya berpikir realistis.
Joo Wan langsung mendekatkan wajahnya pada Joo Yeon lagi dan bertanya
"Jadi menurutmu mengambil kesimpulan bahwa aku mempermainkanmu itu
namanya realistis?"
Joo Yeon tidak tahu lagi bagaimana harus menjawab Joo Wan maka dia
langsung mengalihkan perhatian Joo Wan pada sarapan. Joo Yeon menyalakan
lilin ultah dan mengatakan bahwa ini adalah pertama dan terakhir
kalinya dia akan menyiapkan makanan untuknya. Joo Wan meniup lilinnya
sebelum Joo Yeon sempat menyalakan semuanya dan mengatakan bahwa saat
ini ia merasa menyesal karena telah terlahir.
"Selamat ulang tahun" kata Joo Yeon setengah hati
"Terima kasih" kata Joo Wan tidak bersemangat
Joo Yeon mengatakan bahwa ia sama sekali tidak punya pikiran untuk
tinggal bersama Joo Wan, hanya saja ibunya Joo Wan banyak membantu
keluarga mereka saat mereka ingin membeli rumah itu karena itulah ia
sekarang harus hidup bersama Joo Wan untuk membalas kebaikan ibunya Joo
Wan.
"Caramu beralasan dan mengambil kesimpulan sangat realistis" sindir Joo Wan
Joo Yeon memperhatikan bahwa bahasa Korea Joo Wan sangat bagus, Joo Wan mengatakan bahwa ia mempelajarinya dari drama Korea.
"Apa kau tahu seberapa seksinya kau saat kau menatapku dengan marah seperti itu?"
Joo Yeon langsung tersenyum sinis mendengarnya "Hei, goguma"
"Kalau sekali lagi kau memanggilku seperti itu, akan kucium bibirmu"
Joo Yeon berusaha menahan amarahnya lalu menyatakan bahwa ciuman Joo Wan
sangat buruk. Joo Wan tidak percaya terutama setelah ia mendengar
percakapan Joo Yeon ditelepon kemarin. Joo Yeon teringat bahwa kemarin
ia mengatakan pada Tae Yoon bahwa ia merasa ia jatuh cinta lagi setelah
berciuman satu kali.
"Sungguh mengejutkan. Apa kau orang yang segampang ini? Padahal masih banyak hal yang belum kutunjukkan padamu" sindir Joo Wan
"Memangnya apa yang belum kau tunjukkan?"
Joo Wan langsung mendekatkan wajahnya pada Joo Yeon dan memberi tanda
pada Joo Yeon untuk mendekat dengan jarinya "Mau kutunjukkan sekarang?
Kemarilah"
Joo Wan lalu bertanya apakah jika ia melakukan hal seperti ini Joo Yeon
merasa tidak nyaman, apakah Joo Yeon merasa hatinya berdebar kencang.
Joo Yeon menyuruhnya untuk tidak bersikap arogan karena apapun yang
dilakukannya, dia tetap terlihat seperti ubi.
Joo Wan langsung mengeluh kenapa sekarang Joo Yeon tidak memandangnya
sebagai pria padahal waktu mereka berciuman Joo Yeon memandangnya
sebagai pria.
"Seorang pria dengan wajah, tinggi dan kemampuan mencium yang hebat
memandangmu dengan mata penuh cinta dan mengatakan bahwa dia
mencintaimu. Apa lagi yang kau inginkan?"
Joo Wan mengatakan bahwa sebenarnya ia orang yang sangat rendah hati dan
menyombongkan dirinya seperti tadi rasanya sangat memalukan tapi apa
boleh buat, ia terpaksa melakukannya karena sepertinya Joo Yeon tidak
menyadarinya.
"Lalu kenapa pria hebat sepertimu menyukaiku?"
Joo Yeon bertanya apakah menurut Joo Wan perasaannya itu normal, karena
Joo Yeon sama sekali tidak bisa mengerti kapan dan alasan apa yang
membuat Joo Wan menyukainya.
"Karena itulah aku menciummu"
Joo Yeon tetap bersikeras bahwa ia tetap tidak mengerti seberapa
banyakpun ia mencoba memikirkan alasannya. Joo Wan mengatakan bahwa hari
saat mereka berciuman, Joo Yeon sudah mengerti tetapi sekarang ia pasti
lupa setelah ia mencoba menggunakan otaknya dalam cinta. Joo Yeon
mengatakan bahwa Joo Wan-lah yang sudah menggunakan otaknya dengan
menyembunyikan jati dirinya.
Joo Yeon lalu beranjak pergi untuk bekerja. Joo Wan langsung
mengikutinya dan memintanya untuk masuk ke mobilnya agar ia bisa
mengantar Joo Yeon, lagipula ia masih belum mematikan penghangat
mobilnya.
"Anggap saja sebagai hadiah ulang tahun" pintah Joo Wan
Joo Yeon akhirnya mau masuk ke dalam mobil Joo Wan. Joo Wan tersenyum
senang lalu membantu Joo Yeon memakaikan sabuk pengamannya. Joo Wan
bertanya apakah Joo Yeon merasa tegang dengan kedekatan mereka seperti
ini. Tetapi Joo Yeon tidak terpengaruh, malah menyuruh Joo Wan untuk
menjauhkan wajahnya.
"Tenang saja, aku tidak akan memakanmu hidup-hidup" goda Joo Wan
Min Jung sedang berada di apartemennya untuk berangkat kerja. Tetapi
gara-gara tetangga barunya, ia sekarang menjadi tidak bisa berangkat
kerja dengan tenang. Ia mencoba mengintip melalui lubang di pintunya
untuk memastikan apakah Min Seok sudah pergi atau belum.
"Jika aku masih berumur 20 tahunan, aku mungkin akan mengira ini adalah
takdir dan jatuh cinta padanya. Bagaimana bisa di pindah ke sebelah?"
keluh Min Jung
Min Jung mencoba mengintip sekali lagi. Lalu memberanikan diri untuk
keluar dan langsung masuk lagi saat Min Seok keluar secara bersamaan
dengannya dan menyapanya. Untungnya Min Seok hanya melihat punggungnya
dan tidak sempat melihat wajah Min Jung. Melihat sikap tetangga barunya
yang sangat aneh itu, Min Seok memutuskan untuk tidak perlu beramah
tamah dengannya.
Min Jung berusaha keras agar Min Seok tidak melihatnya, bahkan saat di
tempat parkir, Min Jung sampai harus masuk ke mobil orang tak dikenal
hanya untuk menghindari Min Seok.
Sesampainya di tempat parkir kantor, Joo Wan menyuruh Joo Yeon untuk
bangun karena ia tahu bahwa sedari tadi Joo Yeon hanya pura-pura
tertidur.
Joo Wan bertanya, jika ia memberi Joo Yeon jawaban tentang kapan dan
alasan apa yang membuatnya jatuh cinta pada Joo Yeon, apakah Joo Yeon
bersedia menerima perasaannya. Joo Yeon tetap berpura-pura tidur dan
tidak memberi Joo Wan jawaban. Hal itu membuat Joo Wan langsung
mengatainya kacau lagi.
"Kau tidak percaya ketika aku bilang aku menyukaimu, kau menghindari hal
yang membuatmu merasa tak nyaman dan kau terus memperlakukanku seperti
anak kecil"
Joo Yeon masih saja berpura-pura tidur, maka Joo Wan langsung mendekatinya "Seharusnya kucium saja kau"
Mendengar perkataan Joo Wan itu, Joo Yeon langsung membuka matanya dan
keluar mobil tanpa pamit. Dalam perjalanan masuk ke gedung kantor, Joo
Yeon menggumam kesal karena merasa sangat tidak nyaman sampai mau mati
rasanya.
Di dalam gedung kantornya, Joo Yeon melihat majalah saat Joo Wan
diwawancara. Ia membuka majalahnya dan membaca wawancara Joo Wan yang
bercerita bahwa wanita yang mengajarinya tentang cinta adalah cinta
pertamanya. Tetapi perasaan Joo Wan pada wanita itu sebenarnya lebih
rumit.
Joo Yeon tidak percaya pada perkataan Joo Wan di wawancara itu, ia bernarasi.
"Merasa senang dan hati terasa berdebar akan sebuah fakta bahwa kau
adalah cinta pertama seseorang adalah hal yang dilakukan anak kecil.
Semua itu hanyalah cerita dongeng anak-anak. Cerita si ubi rebus yang
kukenal sejak kecil dan kembali sebagai seorang pangeran. Cerita bahwa 2
orang akan jatuh cinta dan hidup bahagia selamanya itu adalah cerita
yang tidak masuk akal. Bagaimana bisa si ubi itu? Bagaimana bisa aku
mencium si ubi itu? Dia benar-benar telah menghancurkan fantasi yang
masih tersisa dalam diriku"
Joo Yeon menyadari bahwa saat itu dia hanya mengartikan kebingungan
sebagai cinta. Joo Yeon teringat perkataan Joo Wan yang mengatainya
kacau.
Saat Tae Yoon menyapanya yang sedang melamun, Joo Yeon langsung bertanya pada Tae Yoon apakah dia terlihat kacau.
"Sedikit" kata Tae Yoon
Tae Yoon bertanya apakah Joo Yeon mendengar para staf menggosipkannya.
Joo Yeon terkejut mendengarnya. Tae Yoon mengatakan bahwa para staf
mengatai Joo Yeon sebagai robot yang tak punya perasaan. Para staf
berharap mendnegar Joo Yeon berbicara dengan hangat dan dengan kata-kata
yang baik agar mereka merasa nyaman.
Joo Yeon heran kenapa para staf menginginkannya untuk bersikap hangat di
tempat kerja. Tae Yoon mengatakan bahwa para staf juga mengatai Joo
Yeon itu tamak, arogan dan egois. Joo Yeon mengakui bahwa ia memang
seperti itu tapi apakah hidup sebagai orang baik-baik akan membantunya
mendapat nilai tinggi dalam evaluasi kerjanya.
"Aku lebih suka kau menjadi orang kejam dan pekerja yang baik" kata Tae Yoon
Joo Yeon lalu meminta Tae Yoon untuk mengatakan pada para staf yang
menggosipkannya bahwa ia sama sekali tidak peduli dengan hinaan mereka.
Tae Yoon tersenyum mendengarnya, Tae Yoon mengatakan bahwa walaupun
banyak orang yang menghinanya Joo Yeon tetap egois, kaku dan realistis.
Tae Yoon ingin mengatakan hal lainnya tetapi ia menyuruh Joo Yeon untuk
menghadap tembok terlebih dahulu. Joo Yeon menuruti permintaannya dan
berpaling membelakangi Tae Yoon. Tae Yoon mengatakan bahwa Joo Yeon
sangat mempesona dan cantik. Joo Yeon tidak mengerti kenapa dia harus
menghadap tembok hanya untuk mendengar perkataan Tae Yoon itu.
"Kadang saat kau melihatku dengan senyum lebar diwajahmu, kau terlihat
sangat mempesona sampai mengejutkanku. Hal itu membuatku bahagia. Karena
aku adalah satu-satunya orang yang tahu ekspresimu itu"
Setelah selesai mengatakan semua itu, Tae Yoon langsung pergi dan Joo Yeon merasa hatinya berdebar.
Joo Yeon langsung berlari ke kantor Tae Yoon yang langsung membicarakan
masalah pekerjaan pada Joo Yeon tanpa memandang mata Joo Yeon.
Hal itu membuat Joo Yeon menyadari bahwa Tae Yoon sedang malu pada Joo
Yeon. Joo Yeon meminta Tae Yoon untuk mengatakan lagi perkataannya yang
tadi karena perkataannya tadi membuatnya merasakan sebuah perasaan aneh
dan asing.
"Karena inilah aku tidak bisa mengatakannya, karena kau selalu membuat keributan" keluh Tae Yoon
Tae Yoon langsung beranjak pergi tetapi Joo Yeon langsung mengejarnya
dan meminta Tae Yoon untuk mengatakannya sekali lagi sambil melihat
matanya.
Seluruh anggota tim sedang rapat. Woo Young memberi ide untuk menambah
home shopping mereka untuk konsumen yang lebih muda. Ide itu membuat Joo
Yeon punya ide untuk bekerja sama dengan designer baru. Woo Young dan
Hee Jae ternyata sudah bekerja mendahului para sunbae mereka dengan cara
mengumpulkan daftar nama-nama designer baru untuk bekerja bersama
mereka.
Tae Yoon meminta mereka untuk memberikan daftar nama itu pada Se Ryeong
karena sebagai partner mereka harus berbagi informasi. Tetapi saat Tae
Yoon pergi, anggota tim yang lain menyatakan ketidaksetujuan mereka pada
Joo Yeon untuk berbagi info dengan Se Ryeong dan Joo Yeon menyetujui
pendapat anggota timnya.
Joo Wan sedang bermain piano didalam kamarnya sambil memikirkan jawaban
atas pertanyaan Joo Yeon tentang kapan dan alasan apa yang membuat Joo
Wan jatuh cinta pada Joo Yeon. Joo Wan teringat saat ia dan Joo Yeon
duduk berdua di restoran dan Joo Yeon mengatakan bahwa tidak ada
seorangpun yang mencintainya.
Joo Wan bernarasi "Saat itu, aku merasa hatiku sedikit merinding dan
ditempat yang membuatku merinding itu ada sebuah gairah dan sedikit luka
lalu wajah itu menusuk tulang rusukku dan masuk kedalam hatiku yang
terluka"
Joo Wan bernarasi bahwa sejak saat ia mengikuti Joo Yeon yang sedang
mabuk pulang ke rumahnya, ia selalu merasa melihat wajah Joo Yeon
berdiri di depannya.
Joo Wan melanjutkan narasinya "Aku yakin bahwa saat aku mulai
mencintaimu lagi adalah saat itu. Tapi kenapa saat itu? Aku yakin kau
tidak jatuh cinta karena orang yang kau cintai melukai hatimu. Aku yakin
kau tidak jatuh cinta karena kau melihat orang yang kau cintai
kesepian. Kenapa harus kau? Akankah aku menemukan alasan itu?"
Saat Joo Yeon pulang ke rumah, ia langsung naik ke kamar Joo Wan untuk
memberikannya headphone tetapi Joo Yeon tidak mau menjawab pertanyaan
Joo Wan yang menanyakan kabarnya dan langsung turun kembali.
Joo Wan langsung mengikutinya dan bertanya apakah Joo Yeon sudah makan.
Joo Yeon masih belum mau menjawabnya dan langsung menyalakan TV. Melihat
Joo Yeon mengacuhkannya, Joo Wan langsung merebut remote TV-nya dan
mematikan TV-nya.
"Aku tanya apa kau sudah makan malam?"
"Aku merasa lebih nyaman saat aku sendirian. Kau bilang mari kita hidup
bahagia bersama, bukan? Kalau begitu biarkan aku sendirian dan jangan
menggangguku"
"Baiklah, mari kita bicara seperti itu sambil tersenyum" kata Joo Wan sambil membelai wajah Joo Yeon
Joo Yeon langsung menampik tangan Joo Wan dan berlalu pergi. Joo Wan
langsung menghentikannya dengan mengatakan bahwa ia sudah memikirkan
alasan kenapa dia menyukai Joo Yeon.
"Aku tidak menemukan alasan kenapa aku menyukaimu... tidak ada alasan.
Tapi aku merasa bahwa ini adalah cinta karena memang tidak ada
alasannya. Jika kau mencintai seseorang hanya karena alasan maka ketika
alasan itu menghilang, maka itu berarti hatimu juga akan berubah. Aku
menyukaimu tanpa alasan. Aku menyukaimu karena dirimu"
Joo Yeon tersenyum sinis tidak mempercayai ucapan Joo Wan sampai membuat
Joo Wan mengeluh marah karena senyuman Joo Yeon barusan membuatnya
merasa buruk dan diabaikan.
Joo Yeon kembali ke kamarnya untuk menulis email untuk ibunya Joo Wan.
Joo Yeon berbohong pada ibunya Joo Wan dengan memberi kabar bahwa ia dan
Joo Wan baik-baik saja dan walaupun mereka sudah 17 tahun tidak betemu
tapi setelah bertemu kembali, Joo Yeon tetap merasa nyaman bersamanya
sama seperti ketika Joo Wan masih kecil dulu dan Joo Yeon merasa Joo Wan
sudah seperti adiknya sendiri.
Saat Joo Wan masuk ke kamar Joo Yeon dan melihatnya menulis email pada
ibunya, Joo Wan langsung mengeluh karena Joo Yeon melaporkan kegiatannya
pada ibunya seolah dia anak kecil.
Joo Yeon memberitahu Joo Wan bahwa ia sudah melakukan hal seperti itu
sejak Joo Wan kecil. Apapun yang Joo Wan makan, bagaimana saat Joo Wan
bermain, kapan saat Joo Wan tidur semuanya Joo Yeon laporkan pada
ibunya.
"Karena itulah aku membencimu. Karena kau mengingatkanku saat aku masih
muda dulu. Setiap kali aku pulang ke rumah, aku melihat anak cerewet
yang menangis. Kau bahkan tidak pulang ke rumahmu sendiri waktu malam
tiba. Aku selalu berharap ibumu akan membawamu pulang di akhir pekan
tetapi dia tidak bisa melakukannya karena sibuk bekerja" ujar Joo Yeon
Joo Wan merasa sangat tersinggung dengan kata-kata kasar Joo Yeon
apalagi selama ini dia selalu merasa bahwa rumah Joo Yeon adalah
rumahnya sendiri.
"Tentu saja. Apa kau tidak tahu sebaik apa keluargaku memperlakukanmu?
Kami selalu khawatir jika putra tunggal dari keluarga kaya terluka
kepalanya atau memar. Kau adalah sumber keuangan dari keluarga kami yang
tak punya ayah"
"Kau harus memperbaiki cara bicaramu yang kasar itu. Apakah semua ini
salahku karena aku harus tumbuh di rumahmu karena terlahir dari ibu yang
sangat sibuk?"
Joo Yeon lalu mengeluarkan buku diary Joo Wan dan memberikannya kembali
pada Joo Wan. Joo Yeon mengatakan bahwa semua kenangan yang Joo Wan
tulis dalam buku itu salah. Joo Yeon mengatakan bahwa Joo Wan kecil
adalah anak yang nakal dan kejam.
"Apa kau pikir membuat manusia salju selama 3 jam itu kenangan yang
indah? Aku merasa aku hampir mati kedinginan saat aku bermain bersamamu.
Kenapa aku memotong rambutku? Karena kau menaruh permen karet di
rambutku. Celengan yang kau berikan padaku di hari ulang tahunku adalah
milik ibumu. Kau mencurinya dan memberikannya padaku. Pada akhirnya aku
disangka sebagai pencuri"
Joo Yeon berusaha menahan air matanya sampai membuat Joo Wan terdiam merasa bersalah.
Joo Wan kembali ke kamarnya dan membaca kembali buku diary-nya. Ia lalu
keluar rumah dan membayangkan melihat Joo Yeon muda menggendongnya yang
sedang menangis.
Joo Wan bernarasi bahwa ibunya pernah mengatakan bahwa saat ia masih
bayi ia adalah bayi yang cerewet, karena itulah Shing Shing selalu
menggendongnya di punggung dan mengajak Joo Wan yang masih bayi keluar
rumah dan hanya setelah Shing Shing menggendongnya keluar rumah, bayi
Joo Wan akhirnya bisa tidur.
Joo Wan mengikuti bayangan Joo Yeon muda yang menggendongnya di punggung
dan berjalan sampai ke taman bermain. Joo Wan bertanya-tanya apakah
saat itu Shing Shing merasa kesusahan dan apakah karena itu pula
sekarang Shing Shing membencinya.
Joo Wan merasa bersalah saat ia melihat bayangan Joo Yeon muda berusaha
untuk menenangkan bayi Joo Wan yang menangis dalam gendongannya, apalagi
saat itu Joo Yeon muda tidak memakai baju yang cukup hangat di musim
dingin.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam