Sinopsis I Need Romance 3 episode 3 - part 1

 Episode 3: Bukan rasa tidak nyaman, tapi hatimu berdebar.


Joo Wan mengatakan pada Joo Yeon bahwa ia dan Joo Yeon harus pergi ke suatu tempat yaitu hotel Maison de Flore dan Joo Yeon malah mengartikannya sebagai ajakan ke hotel bersamanya. Joo Wan tersenyum geli dengan kesalahpahaman Joo Yeon tapi ia tidak menjelaskan apapun.

"Apa sekarang kau sedang merayuku?" tanya Joo Yeon.
 
"Jika iya, apa kau akan jatuh cinta padaku?"

"Apa kau tertarik padaku?"

"Kalau iya?"


Joo Yeon tidak mengatakan apapun lagi dan langsung masuk ke mobil. Saat Joo Wan sedang tidak melihat, Joo Yeon cepat-cepat mengaca untuk merapikan rambut dan dandanannya. Pfft! Saat Joo Wan sudah masuk ke mobil, Joo Yeon bertanya apakah menurut Joo Wan dia terlihat cantik.

"Kau... punya pesona dengan caramu sendiri" 

"Apa kau suka dengan wanita yang kasar? Wanita yang memukul orang lain?" LOL!

Joo Wan langsung menahan tawa geli mendengarnya "Kau bilang kau tidak suka dipukul?"

Joo Yeon membenarkannya, dia merasa memukul orang jauh lebih baik daripada dipukul tapi tetap saja Joo Yeon merasa aneh dengan selera Joo Wan yang tiba-tiba mengajaknya ke hotel. 


Joo Yeon mengatakan bahwa setelah ia dicampakkan oleh pacarnya beberapa hari yang lalu dan setelah ia tahu bahwa ia dicampakkan karena wanita lain, sekarang ia sudah lelah berpacaran. Lagipula kalaupun Joo Yeon masih ingin berpacaran tidak seharusnya mereka memulai hubungan mereka dengan cara seperti ini.

"Bukankah kita seharusnya kita berkencan dulu?" tanya Joo Yeon

"Kita bisa berkencan nanti. Tapi hari ini ayo kita ke hotel. Sekarang ini aku benar-benar harus pergi kesana (hotel)"

Joo Yeon langsung tersenyum sinis maka Joo Wan akhirnya memberi penjelasan bahwa ia tinggal di hotel dan karena ia tidak punya mobil gara-gara ulah Joo Yeon maka sekarang ia butuh Joo Yeon untuk mengantarkannya ke hotel tempat ia tinggal.

"Ah, kau tinggal di... hotel?" tanya Joo Yeon dengan canggung


Dalam perjalanan menuju hotel, Joo Yeon bertanya-tanya dalam hatinya haruskah ia meminta maaf atas kesalah pahamannya, apakah jauh lebih baik mengaku bahwa ia merasa malu atas kesalah pahamannya atau haruskah ia diam saja. 

"Baiklah, sebaiknya aku diam saja agar dia tidak tahu apa yang sedang kupikirkan. Cara seperti ini jauh lebih keren. Tapi, kenapa pria ini membuatku tidak nyaman?" kata hati Joo Yeon


Joo Yeon lalu bertanya pada Joo Wan kenapa dia tinggal di hotel, Joo Yeon mengira bahwa Joo Wan tinggal disekitar tempat tinggalnya. Joo Wan memberitahu Joo Yeon bahwa sebentar lagi ia akan segera pindah ke daerah sekitar tempat tinggal Joo Yeon.

"Kapan?"

"Bukan urusanmu"

Joo Yeon merasa aneh dengan cara bicara Joo Wan yang sedari tadi memanggilnya dengan sebutan 'dangshin' karena dangshin bukan hanya berarti kamu. Joo Yeon memberi penjelasan bahwa dangshin sama artinya dengan yeobo dan biasanya hanya digunakan diantara pasangan suami-istri.


Sesampainya di hotel dan keluar dari mobil, Joo Wan mengetuk kaca mobil Joo Yeon dan menyuruhnya untuk menurunkan kaca mobilnya, Joo Wan memanggil Joo Yeon dengan sebutan dangshin lagi lalu mengangkat tangannya pada Joo Yeon tapi Joo Yeon langsung mundur. 

Joo Wan akhirnya hanya membersihkan bajunya Joo Yeon dan menyuruh Joo Yeon untuk berhati-hati waktu menyetir. Setelah Joo Wan pergi, Joo Yeon langsung merengut marah karena Joo Wan membuatnya merasa tidak nyaman.


Di rumah Jung Ho, Se Ryeong melihat kalung milik Jung Ho yang bentuknya sama persis dengan kalung miliknya yang dirusak oleh Joo Yeon, kalung yang awalnya dibeli Jung Ho untuk Joo Yeon. Ternyata Jung Ho tidak berselingkuh dan kalung itu memang kebetulan sama persis dengan miliknya Se Ryeong. 

"Shin Joo Yeon pasti sangat salah paham" kata Se Ryeong

Kedatangan Se Ryeong sebenarnya adalah untuk memberikan proposal kerja pada Jung Ho yang sudah mengundurkan diri dari perusahaan lamanya dan Se Ryeong ingin merekrut Jung Ho untuk masuk ke perusahaannya.

"Apa kau ingin pindah karena Shin Joo Yeon? Kenapa kau putus dengannya?"

Jung Ho mengatakan bahwa keputusannya untuk mengakhiri hubungannya dengan Joo Yeon adalah karena dia merasa tidak yakin apakah Joo Yeon benar-benar mencintainya, ia mencoba mengatakan kata putus dengan harapan Joo Yeon akan menahannya dan tidak ingin putus.

"Dan dia tidak menahanmu?" tanya Se Ryeong

Jung Ho mengangguk sedih membenarkan pertanyaan Se Ryeong.


Sesampainya di rumah, Joo Yeon terus teringat pada Joo Wan yang memanggilnya dengan dangshin dan setiap kali teringat akan hal itu, Joo Yeon langsung menggeleng-gelengkan kepalanya untuk mengusir ingatan itu dari pikirannya. Saat Joo Yeon pergi ke ruang kerjanya di loteng, ia langsung terkejut karena ruang kerjanya telah diubah oleh ibunya menjadi sebuah kamar tidur untuk Joo Wan.

Joo Yeon langsung menelepon ibunya sambil marah-marah karena ibunya sudah memindahkan semua barang-barangnya ke gudang. Joo Yeon menyatakan dengan tegas pada ibunya bahwa ia tidak mau tinggal serumah dengan Joo Wan tetapi ibunya tetap memaksa.


Ibunya Joo Yeon mengirim gambar kamar baru Joo Wan di loteng pada Joo Wan dan saat Joo Wan ingin membalas pesan itu, Joo Yeon tiba-tiba menelepon. Sebelum mengangkat teleponnya Joo Wan menebak pasti Joo Yeon sedang berteriak-teriak saat ini. 

Dan saat ia mengangkat teleponnya tebakannya benar, Joo Yeon langsung berteriak marah-marah dan memanggilnya ubi. Joo Wan tetap tenang menghadapi teriakannya bahkan menggodanya.

"Kenapa kau belum menghapus nomor teleponku? Selama ini Shing Shing terus yang meneleponku. Kalau kau belum menghapus nomor teleponku, kurasa kau berbohong saat kau bilang kau tidak mau menemuiku"


Joo Wan bertanya kapan dia harus pindah setelah kamarnya sudah siap. Dan Joo Yeon langsung mengancamnya.

"Kalau kau sampai berani datang kemari, maka kau akan sadar bahwa kau sedang berada di neraka"

Joo Wan santai saja membalas ancamannya "Cobalah hidup bersamaku dan kau akan sadar bahwa kau sedang berada di surga" wkwkwk!!!

Joo Yeon penasaran dari siapa Joo Wan belajar permainan kata-kata seperti itu. Joo Wan mengatakan bahwa ia belajar bicara dari Joo Yeon tapi bagian permainannya dia temukan sendiri.

"Shing Shing, jika kita hidup bersama, kurasa aku akan sangat bahagia"

Setelah itu Joo Wan diam-diam menebak lagi pasti Joo Yeon sebentar lagi akan berteriak untuk tutup teleponnya dan sedetik kemudian tebakan Joo Wan benar lagi saat Joo Yeon berteriak untuk tutup teleponnya.


Keesokan harinya di kantor, Tae Yoon dan anak buahnya rapat untuk menentukan style director yang akan mereka rekrut, tetapi banyak dari daftar style director yang dipresentasikan oleh Hee Jae yang tidak sesuai target. Ada yang terlalu tua, ada yang terlalu mania, ada yang harus segera pergi ke paris. 

Banyaknya style director yang tidak cocok itu membuat Joo Yeon langsung mengomeli Hee Jae yang tidak becus dalam pekerjaannya sampai membuat Hee Jae harus meminta maaf berkali-kali.

Pilihan terakhir dan yang paling cocok adalah Oh Se Ryeong. Saat foto Se Ryeong muncul, Joo Yeon dan Tae Yoon sama-sama terdiam.  


Semua anggota tim tahu tentang masa lalu yang buruk antara Se Ryeong dan Joo Yeon maka anggota tim mencoba mengutarakan alasan ketidak cocokan Se Ryeong untuk bekerja bersama mereka dengan menggunakan alasan skandal yang beredar tentang Se Ryeong bersama para pria.

"Kurasa dia tidak cocok bekerja bersama kita" kata Min Jung

"Kenapa? apa kau takut dia akan merebut pacarmu? Atau kau takut dia akan merebut hasil kerjamu?" sindir Tae Yoon

Min Jung mencoba memberi penjelasan seputar rumor itu yang mengatakan bahwa Se Ryeong sering mendapat promosi dan proyek pekerjaan karena Se Ryeong sering tidur dengan seseorang.

"Apa hanya aku yang tahu tentang rumor itu? Anda kan juga tahu..." kata Min Jung sambil melirik Tae Yoon


"Bagaimana pendapatmu pemimpin tim Shin?" tanya Tae Yoon

"Dia juga benci Se Ryeong" kata Min Jung

"Aku kenapa?" protes Joo Yeon

Min Jung mengatakan jika Se Ryeong bekerja bersama mereka maka Se Ryeong akan bekerja di sebuah ruang khusus yang sudah disiapkan untuk style director mereka nantinya dan Joo Yeon akan bertemu dengannya setiap hari. 

"Apa kau akan baik-baik saja seperti itu?" tanya Min Jung sambil memandang Joo Yeon dan Tae Yoon secara bergantian

Joo Yeon menyatakan pendapatnya bahwa Se Ryeong adalah pilihan yang tepat untuk bekerja bersama mereka dan Tae Yoon menyetujuinya. Anggota tim lainnya hanya bisa melongo melihat kedua bos mereka. Min Jung bahkan bingung untuk menentukan apakah kedua bos mereka adalah orang yang hebat ataukah orang yang menakutkan.


Di kantor Se Ryeong, Joo Wan membantu Se Ryeong memakaikan kalung dan jasnya saat Se Ryeong menyuruh Joo Wan untuk membiarkan kesalah pahaman Joo Yeon. 

Joo Wan tahu bahwa Se Ryeong tidak berkencan dengan Jung Ho tetapi Se Ryeong merasa tidak akan ada gunanya memberi penjelasan. Statusnya sebagai wanita jahat perebut cinta pertama Joo Yeon pun tidak akan hilang bahkan sekalipun sekarang ia memberi penjelasan.

Se Ryeong bahkan mengaku bahwa rumor dan skandal punya peran penting dalam melejitkan namanya. Alasan kenapa ia merebut cinta pertama Joo Yeon adalah karena ia menginginkan pria itu dan saat itu pula Se Ryeong menyadari bahwa baginya ambisi jauh lebih penting daripada persahabatan.


Selesai rapat, Min Jung membuat kopi saat ia menerima pesan dari pria yang ia temui di hotel. Pria itu mengatakan bahwa sudah memesan tempat lagi di hotel. Saat Tae Yoon datang untuk minum kopi, Min Jung memberikan kopi buatannya dan bertanya apakah Tae Yoon baik-baik saja jika bekerja bersama Oh Se Ryeong.

"Kau kan masih belum bisa melupakannya. Karena itu kan kau masih belum berkencan sampai sekarang?"

Tapi Tae Yoon tidak menjawab apapun dan hanya tersenyum dan berterima kasih atas kopinya lalu pergi ke atap untuk merenungkan perkataan Min Jung. Melihat tingkah kedua bosnya yang berpura-pura baik-baik saja seperti itu, Min Jung langsung menyebut mereka berdua bom nuklir.


Sementara itu Joo Yeon memarahi Hee Jae habis-habisan karena tidak becus dalam bekerja sampai membuat Hee Jae menangis. Hee Jae mencoba membela diri bahwa dia sudah berusaha bekerja sebaik mungkin dia bahkan tetap bekerja di hari libur dan tidak tidur semalaman. Tapi Joo Yeon sama sekali tidak bersimpati dengan air mata Hee Jae.

"Apa menangis akan menyelesaikan masalah? Apa kau pikir ini sekolah? Apa aku ini kakakmu?"

Joo Yeon memerintahkan Hee Jae untuk tidak menangis di kantor mulai sekarang karena tempat kerja bukan tempat yang tepat untuk menunjukkan emosi dan dia juga tidak akan mentolerir sikap seseorang yang seperti anak kecil.


Hee Jae meminta maaf lalu pergi untuk mengambil sekotak minuman yang ia sembunyikan di tempat penyimpanan alat pemadam kebakaran. 

Dia lalu pergi ke atap dan berteriak sekeras-kerasnya untuk menyumpahi Joo Yeon dengan berbagai macam sumpah serapah. Tae Yoon yang kebetulan berada di atap, melihat dan mendengar semuanya dan dia hanya tersenyum. 

Woo Young juga datang dengan membawa 2 cangkir kopi untuk Hee Jae dan mendengar semua sumpah serapahnya dan dia hanya bisa melongo sambil mengagumi tindakan Hee Jae.

"Rasanya pasti menyenangkan" puji Woo Young


Tae Yoon kembali ke kantor untuk memberitahu Joo Yeon bahwa saat ini Hee Jae sedang berada di atap dan melakukan hal yang sama persis seperti yang pernah di lakukan oleh Joo Yeon padanya 9 tahun yang lalu.

"Dia menyumpahiku?" tanya Joo Yeon

"Benar, seperti kau menyumpahiku dulu" kata Tae Yoon

Joo Yeon bertanya sumpah serapah macam apa yang diucapkan oleh Hee Jae karena dulu dia menyumpahi Tae Yoon dengan hanya 'bajing**'. Tae Yoon mengatakan bahwa sumpah serapah yang diucapkan Hee Jae barusan 50 ribu kali lebih buruk. Min Jung penasaran kenapa mereka berdua selalu memarahi Hee Jae. 

Tae Yoon dan Joo Yeon serempak menjawab "Karena dia punya potensi"


Dan karena Hee Jae menyadari bahwa ia tidak punya potensi maka dia berusaha untuk meminta izin untuk pulang lebih awal, untuk menemuimu teman kencannya. Tetapi baik Tae Yoon maupun Joo Yeon tidak memberinya izin sampai akhirnya membuat Min Jung langsung naik pitam.

"Apa gunanya kami mendapat gaji tinggi jika kami harus terus bekerja setiap hari bahkan di akhir pekan! Bahkan sekalipun aku ingin berkencan dengan cara yang benar aku harus punya waktu untuk melakukannya! Waktu untuk berkencan, waktu untuk saling merindukan, waktu untuk bertengkar, waktu untuk ngobrol di telepon. Tolong beri kami waktu untuk berkencan!" teriak Min Jung

Setelah mengeluarkan semua unek-uneknya, Min Jung akhirnya berhasil pulang lebih awal.


Sesampainya di apartemennya, Min Jung berdandan untuk acara kencannya dan ternyata pria yang berkencan dengannya adalah tetangganya yang tinggal di sebelah apartemennya walaupun saat ini baik Min Jung maupun pria itu masih belum tahu bahwa mereka bertetangga.


Joo Wan datang ke rumah Joo Yeon, ia lalu meneleponnya untuk bertanya Joo Yeon sedang berada dimana. Joo Yeon mengatakan bahwa ia sekarang sedang berada di terowongan namsan.

"Kenapa? Kau mau bertemu denganku di terowongan?" tanya Joo Yeon ketus

"Tidak, aku sekarang tidak mau lagi bertemu denganmu" kata Joo Wan sambil mematikan teleponnya


Dia memperkirakan bahwa perjalanan dari terowongan namsan ke rumah pasti butuh waktu 20 menit maka Joo Wan memutuskan untuk masuk ke rumahnya yang sedang kosong. Joo Wan mengelilingi rumah kosong itu, dia melihat kamar Joo Yeon yang sangat berantakan, kulkasnya yang hanya berisi minuman ginseng dan tanaman peliharaannya yang tidak pernah disirami.

Joo Wan tersenyum saat melihat foto masa kecil Joo Yeon, dia lalu membawa foto itu ke sofa tempat ia menemukan kulit jeruk yang dibuang sembarangan oleh Joo Yeon. Dia bertanya pada foto itu.

"Apa kau tahu kalau unni akan berubah menjadi orang yang seperti ini?" 

Joo Wan pergi ke loteng tempat kamar barunya berada, dia mengatakan pada foto Joo Yeon kecil "Aku kembali, Shing Shing. Mulai sekarang kita... akan hidup bersama"


Setelah keluar rumah, Joo Wan menelepon Joo Yeon lagi. Joo Yeon protes lagi karena Joo Wan terus meneleponnya. Joo Wan dengan santainya mengatakan bahwa Joo Yeon selalu menjawab teleponnya walaupun dia bilang dia tidak suka. Karena itulah terus menelepon, agar Joo Wan bisa terus mendengar suaranya.

"Kalau begitu katakan apa yang kau mau. Kenapa tadi kau menutup teleponnya?" tanya Joo Yeon

"Aku hanya ingin tahu apakah menyenangkan menutup telepon setekah mengatakan apa yang ingin kukatakan. Karena itulah, aku mencobanya" ujar Joo Wan

"Jadi, apakah menyenangkan?"

"Bukankah pernah ada taman bermain di sekitar tempat tinggalmu ini?"

"Kau sekarang di sekitar tempat tinggalku? Kenapa kau kesana?"

"Memangnya daerah ini milikmu seorang? Anjing saja bisa berjalan-jalan sesuka hatinya, kenapa manusia tidak boleh?"

"Baiklah, silahkan berjalan-jalan sesuka hatimu" 

"Taman bermainnya ada dimana?"


Joo Yeon lalu memberinya petunjuk arah dan Joo Wan langsung berjalan mengikuti petunjuknya "Jalan terus, saat kau melihat gang disebelah kanan, belok. Jalan terus 10 meter lalu setelah kau melihat pipa pembuangan, belok kanan lagi. Hmm, kau melihat ada tembok batu kan? Ikuti terus jalan itu lalu belok kiri. Jalan terus sampai kau melihat penjual ubi bakar. Disebelah kanannya ada taman bermain"

Setelah menemukan taman bermainnya, Joo Yeon langsung mematikan teleponnya dengan kesal sementara Joo Wan bermain ayunan.


Di hotel, teman kencan Min Jung bercerita bahwa dia sudah pindah apartemen. Dia mengundang Min Jung (yang masih menggunakan nama samaran Lee Woo Young) untuk ke rumahnya tetapi Min Jung langsung menolaknya karena dia lebih suka menghabiskan waktu di hotel seperti ini saja. 

Lagipula pengalaman mengajarinya bahwa semakin dia terobsesi dan semakin dia berusaha untuk memiliki dan menyukai seseorang, hatinya malah terasa semakin sakit.

"Diumurmu yang ke-27 tahun, sudah berapa kali kau berkencan?" tanya pria itu

"Hmm... cuma... sediiiikit"


Hee Jae menelepon pacarnya dan bertanya apakah dia sedang dikamar gositelnya tetapi saat pacarnya memberitahu dimana dia berada saat ini, Hee Jae langsung marah. 


Hee Jae mendesah kesal saat ia mendatangi tempat pacarnya yang ternyata sedang menjadi sukarelawan di sebuah daerah miskin. Hee Jae mengerti bahwa pacarnya melakukan sesuatu yang baik, tapi saat ini dia lebih ingin melihat pacarnya belajar untuk ujian pegawai sipil. 

Jika dia tidak segera lulus, mereka tidak bisa segera menikah dan membeli rumah. Jika mereka seperti ini terus maka mereka harus terus menghabiskan waktu bersama di kamar gositelnya yang kecil.

Pacarnya Hee Jae meminta maaf tetapi Hee Jae membawa masalah ini menjadi perdebatan masalah uang. Pacarnya bertanya apakah hanya uang yang Hee Jae pikirkan, jika dia tidak lulus ujian pegawai sipil apakah Hee Jae tidak mau menikah dengannya.

"Menikah itu butuh uang dan pekerjaan" teriak Hee Jae

"HEI, Jung Hee Jae" 


Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments