Menteri Kosathibodi melapor pada Raja bahwa perdagangan Ayutthaya dengan beberapa negara Eropa belakangan ini banyak mengalami penurunan karena adanya perang di beberapa negara tersebut.
Namun dia meyakinkan Raja bahwa perekonomian Ayutthaya tidak akan terpengaruh karena bisnis Ayutthaya bukan hanya dengan negara-negara Eropa, justru sekarang ini bisnis mereka dengan Kerajaan Cina sedang berkembang pesat.
Fakta itu membuat Raja jadi berencana untuk mengirimkan delegasi ke Cina suatu hari nanti, makanya dia menyuruh In dan Rid untuk mulai belajar bahasa Cina karena mereka sebentar lagi akan dipindahkan ke Departemen Perbendaharaan.
Raja juga mendadak ingin membuat aturan tentang pelarangan penangkapan ikan tawes oleh masyarakat dan maunya dia khususkan untuknya sendiri saja gara-gara dia menyukai masakan ikan tawes yang dibuat oleh Pudtarn waktu itu.
Tidak ada yang berani menyuarakan pendapat mereka, kecuali Rid. Dia mengingatkan Raja bahwa wilayah sungai negara mereka sangat luas, bagaimana caranya dan siapa yang akan Raja tugaskan untuk mengawasi penangkapan ikan tawes di seluruh wilayah sungai?
Ucapannya memang benar, Raja akhirnya memutuskan untuk menangguhkan masalah ini untuk sementara waktu. Tapi dia masih ingin memakan masakan Pudtarn itu lagi, makanya dia menugaskan In untuk menemui Pudtarn dan memintanya untuk memasakkan makanan itu lagi untuknya.
Pfft! Tidak ada seorang pun yang melihat betapa cemburunya Rid mendengar perintah Raja itu. Bahkan saking kesalnya, dia jadi ketus sama In dan terus cemberut bahkan sampai balik ke rumah dan membuat ibunya kebingungan.
Nenek Gui mengunjungi Pudtarn dengan membawakannya beberapa hasil perkebunannya. Padahal Pudtarn sudah menjelaskan kalau dia hanya manusia biasa, sama sepertinya, tapi tetap saja Nenek Gui meyakini kalau dia adalah malaikat yang turun ke bumi entah karena apa.
Apalagi setelah mendengar kata-kata aneh Pudtarn, kata-kata bahasa modern yang dia yakini sebagai bahasa malaikat di surga. Makanya dia sopan dan baiiiik banget sama Pudtarn.
Berhubung Pudtarn sekarang tinggal di bumi, Nenek Gui berencana untuk mendaftarkannya sebagai masyarakat sini sebagai bawahannya Ork Ya Wisut Sakorn (Por Dech), sama seperti dirinya. Dengan begitu, jika terjadi apa-apa pada Pudtarn, maka Ork Ya Wisut Sakorn akan bisa membantu dan melindunginya. Pudtarn setuju.
Sayangnya dia juga membawa cucunya yang benci setengah mati sama Pudtarn dan terus cari masalah dengannya, dan tepat saat itu juga, In mendadak muncul dan tak sengaja menyaksikan keributan kedua wanita itu.
In melihat Pudtarn memiliki beberapa ekor ikan tawes yang ternyata mau dia masakkan untuk Rid karena dia yakin kalau Rid bakalan datang untuk mengajarinya bermain pedang. In yakin kalau Rid tidak akan datang, tapi Pudtarn ngotot meyakini kalau Rid pasti akan datang sesuai kesepakatan mereka sebelumnya.
Sebenarnya Rid memang datang, tapi melihat In dari kejauhan dan keakrabannya dengan Pudtarn, dia jadi cemburu dan akhirnya pergi. Pudtarn akhirnya makan berdua dengan In, dan kecewa karena mengira Rid tidak memenuhi janjinya.
Setelah In pamitan pulang, Pudtarn santai saja merutuki Rid, tidak sadar kalau Rid mendadak balik dan ada di belakangnya. Dan begitu menyadarinya, dia dengan ahlinya berubah bicara begitu manis padanya dan memasakkannya telur dadar saat perut Rid mendadak keroncongan.
Rid masih gengsi dan tidak terima dimasakin telur dadar doang dibandingkan In yang tadi makan makanan yang lebih mewah. Tapi ujung-ujungnya dia lahap juga makannya sampai habis tak bersisa, jelas karena rasanya enak, tapi dia terlalu gengsi untuk mengakuinya dan bersikeras kalau dia menghabiskannya cuma karena kelaparan.
Sudah selesai makan, sekarang saatnya mulai belajar main pedang. Terlebih dahulu mereka melakukan upacara sesembahan dan penghormatan sebagai guru dan murid, tapi karena meyakini kalau Pudtarn sebagai cewek terlalu lemah untuk duel melawan cowok apalagi berperang, jadi Rid bersikeras kalau dia hanya akan mengajari Pudtarn teknik dasar saja sebagai pertahanan diri.
Pudtarn tahu kalau Rid kesal karena dia belum memakai kalungnya kembali, makanya sebelum mulai berlatih, Pudtarn sengaja meminta Rid untuk membantunya memakaikan kalung itu ke lehernya. Itu berhasil membuat senyuman Rid kembali dan mereka pun mulai serius berlatih pedang (pakai pedang kayu).
Berlatih pedang memang tidak mudah, Pudtarn baru menyadarinya setelah dia sadar kalau dia melupakan teknik pertama setelah maju ke teknik kedua dan seterusnya.
Rid mengonfirmasinya, saat bertarung dengan orang, akan selalu ada berbagai kejutan yang pada akhirnya akan membuat kita melupakan teknik pedang, karena itulah, yang harus dia lakukan adalah berlatih terus menerus sampai tubuhnya bisa mengingat sendiri teknik-tekniknya.
Dia akan rutin datang untuk terus melatih kekuatan Pudtarn. Hmmm, tapi... beberapa hari lagi akan ada festival lampion, Rid ingin mengajak Pudtarn. Tapi lagi-lagi, Pudtarn langsung menolaknya dengan tegas.
Rid jelas kecewa, dia terus berusaha membujuknya dengan gaya gengsinya, tapi keputusan Pudtarn tetap tak berubah, dia lebih suka rebahan atau merawat kebun sayurnya daripada jalan-jalan.
Kecewa dan kesal, Rid hampir saja mau pergi, tapi In mendadak muncul. Rid mendadak batal pergi dan ketus banget sama In. Apalagi Pudtarn langsung setuju saat In memintanya untuk memasakkan makanan yang tadi dia makan untuk ayah dan ibunya, Rid jadi tambah panas.
Saat In menyerahkan uang untuk membayar Pudtarn, Rid buru-buru maju mengambil uang itu untuk mencegah tangan Pudtarn dan In bersentuhan sebelum kemudian menyerahkan uang itu ke Pudtarn dan mengisyaratkannya kalau dia juga mau makan ikan itu, dia kan belum pernah mencicipinya.
Pudtarn dengan senang hati akan memasakkannya untuknya, gratis, sebagai ganti atas pengajaran teknik pedangnya Rid. Canggung menyaksikan perdebatan mereka, In pun bergegas pamit, dia mencoba mengajak Rid ikut juga, soalnya dia sekalian mau menjemput Prajeen yang sekarang ini sedang belajar memasak dengan Ibunya Rid, tapi Rid tak peduli dan langsung menolak, beralasan kalau dia masih ada urusan yang harus didiskusikan dengan Pudtarn.
Padahal setelah In pergi, yang dilakukan Rid cuma diam doang dengan muka ngambek. Baru setelah Pudtarn memancingnya, Rid mendadak nyerocos panjang lebar menyarankan Pudtarn untuk tidak terlalu dekat dengan In dengan alasan In bakalan tersakiti jika suatu hari Pudtarn mendadak pulang ke asalnya.
Pfft! Pudtarn geli mendengarnya, Rid berpikir terlalu berlebihan, In kan cuma memintanya memasak ikan dan bukan meminta hatinya.
Tapi Rid malah terus nyerocos menuduh Pudtarn berniat menggunakan masakannya untuk memancing In. Pudtarn jadi kesal juga hingga ujung-ujungnya mereka jadi mulai saling menyerang tentang kedekatan masing-masing pada orang-orang lain.
Dalam prosesnya, Rid tak sengaja kehilangan pijakan dan pada akhirnya Pudtarn tak sengaja ikut terjatuh menimpanya. Suasana di antara mereka seketika berubah romantis dengan Rid memuji dan menggoda Pudtarn hingga membuat Pudtarn tersipu malu.
Namun yang paling menarik perhatian Klin adalah kalungnya Pudtarn. Jelas saja dia langsung kesal pada Song menyadari kalau dia sudah dibohongi sama Song yang sebelumnya bilang padanya kalau kalung itu sudah dia jual ke pedagang Khmer.
Neneknya jelas emosi dimarahi dengan begitu kurang ajar tanpa alasan sehingga dia langsung refleks memukul Klin, dan itu sontak membuat Klin berubah menangis sedih karena kegagalannya.
Kade sebenarnya mengajari Prajeen masakan yang disukai Rid, tapi saat Prajeen bertanya apakah ini makanan kesukaan Rid, Kade langsung diam-diam mengisyaratkan para pelayannya untuk bilang tidak.
Jelas saja sikap mereka membuat Prajeen jadi sakit hati sehingga dia langsung pamit saat itu. Kebetulan In baru tiba untuk menjemputnya, Prajeen sontak mengeluh kesal padanya sambil berlinang air mata sedih dan bergegas mengajaknya pulang saat itu juga.
Kade dan Khun Ying memiliki pemikiran yang sangat berbeda tentang Prajeen. Kade tidak menyukai Prajeen, tapi Khun Ying jelas menginginkannya menjadi menantu resmi mengingat latar belakang keluarga Prajeen yang setara dengan keluarga mereka.
Hari ini Raja dan para anak buahnya keluar istana dengan penyamaran sebagai rakyat jelata menuju ke rumah Pudtarn, tapi lagi-lagi, di tengah jalan, mereka melihat seorang wanita dipukuli suaminya.
Kali ini Raja tidak tahan untuk tidak ikut campur dan langsung menghajar si suami. Dalam usahanya membela dirinya, si suami malah menghina mendiang Raja Harimau yang kabarnya sangat kejam pada siapa pun, termasuk pada para selirnya. Dan ujung-ujungnya mereka juga menghina Raja Thaisa.
Jelas saja Raja emosi dan langsung menghajarnya, dan jadilah mereka harus bertarung melawan si suami dan para kroco-kroconya. Tapi tentu saja para preman itu bukan tandingan Rid dan para rekannya yang dengan mudahnya mengalahkan mereka hingga mereka semua tercebur ke sungai. Bahkan preman terakhir jadi terlalu ketakutan pada mereka dan langsung menjatuhkan dirinya sendiri ke sungai.
Raja Thaisa tidak terima dengan hinaan orang-orang itu terhadap ayahnya. Memang benar kalau mendiang ayahnya punya banyak selir, tapi dia tidak pernah mendengar ayahnya membvnvh para wanita yang melayaninya.
Ini gosip jahat yang Raja takutkan akan merajalela dan pada akhirnya akan dikira sebagai kebenaran oleh orang-orang generasi selanjutnya.
Tak lama kemudian, mereka tiba di rumahnya Pudtarn dan membuat Pudtarn keheranan melihat wajah-wajah mereka yang penuh lebam. Pudtarn pun bergegas memasak untuk mereka lalu menyajikannya pada mereka dengan gaya chef resto bintang lima.
Masakannya enak-enak, para pria itu benar-benar makan dengan lahap dan nikmat sampai habis tak bersisa. Melihat itu, Pudtarn jadi kepikiran untuk bikin restorannya sendiri.
Raja ternyata masih tetap akan meneruskan rencananya untuk melarang penangkapan ikan tawes, tapi hanya selama tiga bulan untuk memberi waktu pada ikan tawes untuk berkembang biak lebih banyak selama musim kawin sehingga mereka akan memiliki pasokan ikan tawes sepanjang tahun.
Pudtarn setuju dengan ide itu, bahkan menyarankan agar memberi hukuman denda sangat besar bagi siapa pun yang melanggar. Semakin besar dendanya, maka tidak akan ada yang akan berani melanggar perintah.
Tapi karena cara bicaranya pakai kata-kata dan kiasan modern, banyak yang bingung dengan ucapannya sehingga Pudtarn harus menjelaskan maksudnya.
Raja suka dengan idenya, makanya dia langsung menyetujuinya... dan jadi semakin kagum padanya, dan pastinya Rid jadi ketar-ketir melihat cara Raja menatap Pudtarn. Pfft!
Seperti sebelumnya, Raja memberikan uang cukup banyak sebagai bayaran atas makanan-makanan enak tadi. Raja juga ingin mengirim seseorang untuk belajar masak dari Pudtarn dan berjanji akan membayarnya untuk itu. Tapi... Raja juga mengingatkan bahwa larangan penangkapan ikan tawes juga berlaku pada Pudtarn. Pfft!
Bersambung ke episode 14
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam