Sinopsis New Life Begins Episode 14

Yin Zheng sekeluarga kecewa karena tidak ada seorang pun yang hadir. Seharian menunggu sampai mereka kelaparan. 

Yin Zheng sedih. Yuan Ying yang sudah bekerja keras merencanakan segalanya, walaupun cuma diam saja, tapi jelas dia juga kecewa. 

Song Wu yang sudah kesal sampai ubun-ubun, mengajak mereka semua untuk makan saja, yakin banget kalau tidak akan ada yang datang.

Tapi... tiba-tiba terdengar suara Shangguan Jing yang datang membawakan hadiah arak khas Danchuan. Aww, akhirnya temannya Li Wei ada yang datang. Bukan cuma satu, yang lain juga satu demi satu berdatangan. 

Hai Tang dan para gadis istilah matahari juga datang dan mengabaikan larangan suami mereka. Lalu Yin Qi juga datang dengan terpincang-pincang gara-gara ditendang sama Jing. Pfft! Terlepas dari ucapan manisnya bahwa dia hanya ingin melindungi Jing, tapi Jing tidak butuh perlindungan Yin Qi, dia bisa melindungi dirinya sendiri. 


Bahkan Yin An pun akhirnya datang juga. Dia beralasan kalau dia hanya mau menjemput istri dan para selirnya, errr... tapi dia bawa hadiah juga sih, berhubung sudah datang, jadi sekalian saja dia ikut pesta. Pfft! Yin Zheng dan yang lain pun akhirnya bisa tersenyum.

Lalu Yin Han juga muncul sambil menggendong Yin Zai. Yin Zai dengan imutnya meminta maaf karena tadi dia tidur siang kelamaan. Bahkan Hao Jia pun tetap nekat datang demi sahabatnya. 

Lalu tiba-tiba petasan meledak dengan indah di langit malam, dan ternyata itu adalah hadiahnya si pasangan introvert yang akhirnya memutuskan datang juga. Semua orang melihat petasan di langit, namun hanya Yin Zheng seorang yang lebih tertarik menatap wanita dicintainya dengan penuh cinta.

Pesta itu akhirnya jadi acara kumpul keluarga. Semua meja disatukan, saling bersulang, makan dan minum dengan riang gembira. Para istri dan selir lain menyambut Yuan Ying ke dalam keluarga mereka dengan hangat.

Tapi tak lama kemudian, Yin Qi tiba-tiba muntah-muntah dan pingsan. OMG! Sepertinya dia keracunan makanan. Jing jadi merasa bersalah karena dialah yang terus menerus memberi Yin Qi makan sup kura-kura, pasti itu penyebabnya.

Tapi Yin Qi dengan cepat mengisyaratkannya untuk diam dan saat tabib istana memeriksanya, Yin Qi mengklaim kalau dia cuma kebanyakan minum, sengaja dia mengucap itu demi melindungi Jing. Jika dia sampai mati dan semua orang tahu kalau Jing memberinya banyak sup kura-kura, maka sudah pasti Jing akan dihukum mati. Tapi apakah benar karena sup kura-kura? Yin Zheng langsung menyuruh Li Wei untuk pergi memeriksa makanan yang tadi mereka makan.


Aneh sekali. Tidak ada yang salah dengan menunya, mereka semua makan makanan yang sama, lalu kenapa hanya Yin Qi yang keracunan makanan? Li Wei mengecek semua menu di meja satu demi satu... hingga akhirnya dia menemukan satu makanan yang beda dari menu, bayam. Menu aslinya seharusnya pakai selada tapi karena habis, jadi Yuan Ying mengizinkan untuk diganti bayam. 

Masalahnya, menu utama mereka adalah sup kura-kura yang tidak seharusnya dimakan bersamaan dengan bayam karena sifat keduanya yang sama-sama dingin dan bisa berbahaya untuk lambung jika dimakan secara bersamaan, tapi Yin Qi malah memakan kedua makanan ini cukup banyak secara bersamaan ditambah dengan minum banyak arak, makanya dia langsung keracunan.

Untungnya Li Wei punya solusinya karena di keluarganya dulu pernah punya pengalaman yang sama, air kangkung. Li Wei dan Yin Zheng langsung bekerja sama dengan para koki untuk membuat air kangsung sebagai obat untuk Yin Qi.

Dan syukurlah, cara itu berhasil meredakan sakitnya Yin Qi. Yuan Ying jadi merasa bersalah karena dialah yang telah lalai dengan mengizinkan perubahan menu itu. Karena itulah dia merasa sangat berterima kasih pada Li Wei.

Li Wei meyakinkannya bahwa dia mengerti. Mengurus pesta besar pasti sangat melelahkan, tidak mungkin tidak ada kelalaian. Tapi Yuan Ying sudah melakukan segalanya dengan baik kok, jadi Yuan Ying tidak perlu menyalahkan dirinya sendiri.

"Yuan Ying, kelak jika ada masalah, jangan disimpan sendiri. Aku juga bisa membantumu menanggungnya sedikit. Meskipun aku tidak punya kemampuan, tapi asal berlatih, aku pasti bisa bertumbuh," ujar Li Wei. Yuan Ying terharu mendengarnya.

Jing tetap setia menemani dan merawat Yin Qi. Bahkan saat Yin Qi masih mengeluh tidak enak badan, Jing langsung beranjak bangkit ingin mengambilkannya air panas. Sikapnya yang penuh perhatian benar-benar membuat Yin Qi begitu tercengang karena dia tidak terbiasa dengan Jing yang penuh perhatian dan lemah lembut seperti ini. 

Dia lebih terbiasa dibuli oleh Jing. Malah, sebenarnya dia juga sudah terbiasa dibuli oleh kakak-kakaknya sejak dia masih kecil, terutama Putra Mahkota dan Yin Jun. Dia bahkan terbiasa dimarahi oleh ayahnya karena Tuan Besar selalu lebih pilih kasih ke Putra Mahkota.

Jing jelas tidak setuju, mana boleh terbiasa pada tindakan tidak adil semacam ini. Yin Qi meyakinkan kalau sekarang sudah tidak apa-apa sih. Dia sudah tidak dibuli lagi oleh keluarganya... soalnya sekarang Jing-lah yang membulinya. Pfft!

Merasa bersalah sekaligus berterima kasih atas perlindungan Yin Qi tadi, Jing berjanji akan bersikap lebih baik pada Yin Qi ke depannya. 

Li Wei menemukan Yin Zheng sedang minum sendirian. Li Wei mengerti, Yin Zheng pasti merasa bersalah pada Yin Qi sekaligus kesal pada Putra Mahkota. Jangan khawatir, Li Wei janji akan membantu Yin Zheng memarahi tuh orang. Pfft!

Tapi Yin Zheng tidak mempermasalahkannya, sama seperti Yin Qi, dia juga sudah terbiasa dibuli saudara-saudaranya sejak kecil (Ah, pantas saja dia dan Yi Qi dekat). Li Wei tidak setuju, mana boleh terbiasa dengan hal-hal semacam ini. Kalau disimpan terlalu lama di dalam hati, bisa jadi penyakit mental.

"Kalau kau tidak mempercayai orang lain, kau bisa mengatakannya padaku. Aku pandai menyimpan rahasia."

"Baiklah."

Yin Zheng tiba-tiba ingin minum lagi. Li Wei kira kalau itu air biasa, tapi Yin Zheng mengaku kalau ini arak. Beuh! Li Wei sontak panik merampas minuman itu. Tidak boleh minum, tidak baik untuk lambung.

Yin Zheng bingung, lambungnya kan sudah sehat. "Meskipun aku tidak bisa minum, tapi aku tidak akan melakukan sesuatu di luar batas. Kenapa melarangku minum?"

Hah?! Bisa-bisanya Yin Zheng lupa dengan perbuatannya sendiri. Bisa-bisanya Yin Zheng lupa dengan apa yang Yin Zheng perbuat padanya waktu Yin Zheng mabuk di Danchuan waktu itu.

Yin Zheng bingung, tapi kemudian, sedikit demi sedikit ingatan akan malam itu akhirnya mulai kembali hingga akhirnya... DUERRR!!! Dia ingat juga dengan ciuman mereka. Shock, Yin Zheng langsung mengonfirmasi ingatannya itu dengan mengetukkan dua teko araknya, seolah bertanya 'mereka berciuman?'

Li Wei menjawabnya dengan memalingkan muka dengan cemberut, secara tak langsung mengonfirmasi pertanyaan Yin Zheng, makanya Yin Zheng tidak boleh minum-minum lagi. Errr... tapi Yin Zheng mendadak jadi penasaran. 

Li Wei melarangnya minum karena tidak ingin dia minum ataukah Li Wei tidak mau dia minum-minum bersama orang lain? Hmm, pertanyaan yang sulit dijawab oleh Li Wei.

Bagaimana nasib Hao Jia? Pastinya dia diamuk habis-habisan oleh Putra Mahkota. Bukan cuma diamuk sih, KDRT malah. Hao Jia ditampar bahkan dicekik oleh cowok psikopat itu.

Bahkan Fang Ru yang biasanya kejam pada Hao Jia, sekarang jadi kasihan padanya dan langsung berusaha menyelamatkannya dengan melepaskan tangan Putra Mahkota darinya dan bergegas mengusir Hao Jia dengan alasan menghukumnya berlutut di luar. Lebih baik dia berlutut di luar daripada mati di tangan Yin Song.

Yin Song jadi semakin benci pada Yin Zheng. Yin Jun bahkan sampai berpikir kalau Yin Zheng pasti sudah membuat rencana licik sejak di Jinchuan, makanya dia bisa menikahi Tuan Putri Jinchuan walaupun dia cuma pernah ke sana satu kali.

Karena itulah, mereka berdua langsung membuat rencana untuk menyabotase proyek pasar malamnya Yin Zheng dengan cara menyewa orang untuk bikin keributan di pasar malam itu. Yin Zheng jadi disalahkan gara-gara itu, dituduh tidak bisa mengelola pasar malam dengan benar.

Yin Zheng berusaha membela diri dan berusaha meyakinkan Tuan Besar bahwa pengelolaan pasar pasti akan lebih terencana kedepannya. Tapi Tuan Besar lebih memilih untuk memenangkan emosi para menterinya dan Departemen Urusan Admisnistrasi (yang dipimpin oleh Putra Mahkota).

Yin An buru-buru nimbrung dan mengusulkan agar Yin Zheng mundur saja dari proyek ini sekarang sembari diam-diam membisiki Yin Zheng untuk menghindari pusat perhatian untuk sementara waktu ini.


Yin Zheng menyatakan bersedia dihukum, tapi tetap saja dia bersikeras menyatakan bahwa perubahan struktur pasar ini tidak salah. Akibatnya, Tuan Besar menghukum Yin Zheng sekeluarga dikurung di kediaman sampai batas waktu yang tidak ditentukan. 

Sebenarnya, Tuan Besar sadar betul kalau Yin Zheng tidak salah apa-apa. Hanya saja, membuat inovasi di tengah budaya kuno itu tidak mudah. Lebih baik menenangkan dan menstabilkan para menteri dulu sebelum melanjutkan proyek ini. Bagaimanapun, dia bukan hanya seorang ayah, melainkan juga seorang pemimpin negara, jadi dia harus bersikap adil demi kepentingan negara.

Dia sadar betul kalau Yin Zheng sangat berbakat dan pastinya akan sangat berguna untuk membantu raja masa depan (Putra Mahkota). Tapi sekarang ini kemampuannya terlalu menonjol, itu tidak bagus untuk Putra Mahkota. Karena itulah dia melakukan ini untuk menekan Yin Zheng dengan alasan intropeksi diri.

Sayangnya, Tuan Besar tidak sadar bahwa keputusan sepihaknya ini cukup memengaruhi emosi Yin Zheng hingga dia mengurung diri di kamar sepanjang hari dan menolak makan malam dan membuat Su Shen jadi sangat mencemaskannya. Untungnya ada Li Wei yang berani melanggar aturan dan nekat masuk ke kamarnya Yin Zheng dan berusaha membujuknya untuk makan.

Dia tahu kalau Yin Zheng sedang sedih. Biasanya saat sedang sedih, orang jadi tidak nafsu makan. Hati mungkin bisa menjadi lebih nyaman dengan melakukan itu, tapi tubuhnya bisa sakit. Li Wei juga jadi tidak selera makan jika Yin Zheng tidak makan. Li Wei juga tidak bahagia jika Yin Zheng tidak bahagia.

"Aku tidak ingin melihatmu sendirian, aku akan berada di sampingmu, bolehkah? Guru Yuan Ying memberitahuku bahwa Tuan Besar melakukan ini untuk menenangkan semua orang. Kau tidak salah dalam hal ini. Jadi sangat salahkan dirimu sendiri."

Jika Yin Zheng benar-benar sedih, menangis saja. Li Wei langsung memberikan tangannya sebagai tempat Yin Zheng menangis. Tapi Yin Zheng hanya menggenggam tangannya dan mulai curhat.

Dia pikir, jika dia melakukan hal yang benar dan berguna, mungkin Tuan Besar akan mendukungnya. Tapi ternyata dia berpikir berlebihan. Tapi sudahlah, toh Yin Zheng juga sudah terbiasa diabaikan seperti ini.

Li Wei prihatin padanya. Biasanya jika seorang anak tersakiti, orang tuanya yang akan memperjuangkan keadilan untuk si anak. Tapi dalam kasus Yin Zheng, dia malah disakiti oleh orang tuanya sendiri. Tapi Yin Zheng tidak boleh terbiasa dengan ini. Pasti akan ada banyak orang yang akan berusaha menekannya dalam perjalanannya menuju kesuksesan, tapi Yin Zheng tidak boleh terbiasa disakiti.  

"Aku tidak ingin melihatmu disakiti," ujar Li Wei. Tersentuh, Yin Zheng akhirnya mau juga memakan makanan yang dibawa Li Wei. Li Wei pun senang.

Demi membantu pasokan persediaan pangan, Li Wei menanam beberapa sayuran yang benih-benihnya dia selundupkan masuk kediaman melalui bantuan seorang tukang sampah yang rutin datang.

Mereka memang masih dikirim berbagai kebutuhan hidup dari istana. Tapi jumlahnya terlalu sedikit. Apalagi sekarang mereka tidak bisa keluar untuk beli sendiri. Bahkan arang yang dikirim dari istana pun jumlahnya sangat sedikit padahal cuaca masih sangat dingin. Apa mungkin semua ini bakalan cukup?

Gara-gara itu, Ibu Bos Yuan Ying jadi semakin mengontrol ketat berbagai pengeluaran. Bahkan arang penghangat pun tidak boleh pakai banyak-banyak tak peduli biarpun semua orang kedinginan.

Yin Zheng sang tuan rumah bahkan tidak punya kesempatan untuk bicara karena Ibu Bos Yuan Ying terus menerus memotongnya setiap kali dia mau ngomong. Wkwkwk! Sang tuan rumah benar-benar kehilangan harga dirinya di hadapan Ibu Bos Yuan Ying.

Yin Qi dan Yin Yan akhirnya masuk pemerintahan dan diizinkan untuk pindah ke kediaman mereka masing-masing di luar istana. Yin Qi senang banget. Bahkan seusai rapat pemerintahan, dia langsung menawari Yin Yan untuk naik ke kereta kudanya, dia akan mengantarkan Yin Yan pulang.

Yin Yan berusaha menolak, tapi Yin Qi memaksa. Yang jadi masalah, Yin Qi bacot banget dan terus berceloteh riang sepanjang jalan, benar-benar tidak bisa diam barang sedetik pun, kayaknya mulutnya gatel kalau tidak mengoceh, sama sekali tidak sadar kalau dia membuat Yin Yan si introvert menjadi tidak nyaman.

Bersambung ke episode 15

Post a Comment

0 Comments