Sinopsis Padiwarada Episode 3 - Part 2


Braranee sedang membaca sendirian di ruang tamu saat Arun datang. Dia baru pulang dari Chiang Mai dan membawa banyak sekali oleh-oleh untuk mereka.

Dengan sangat antusias dia menunjukkan semuanya sampai Braranee harus menegurnya untuk tidak teriak-teriak soalnya Tuan Bumrung lagi sakit dan Buranee sedang belajar di kamarnya.

Satu lagi. Arun juga membeli sebuah gelang giok cantik. Tapi, di mana Rin?

"Loh, tidak ada yang memberitahumu? Benar juga, kau traveling dengan teman-temanmu selama hampir 2 bulan. Rin menikah hari ini."


Shock, gelang itu sontak terjatuh dari tangan Arun dan patah jadi dua. Seketika itu pula Arun jadi emosi dan dengan kasarnya mencengkeram kedua lengan Braranee dan menuntut Rin menikah dengan siapa dan kapan dia menikah? Katakan, Braralee!

Tapi Braranee sepertinya tidak begitu ngeh dengan alasan kemarahannya. Dia menegaskan bahwa mulai sekarang dia sudah ganti nama menjadi Braranee, sementara Rin sekarang bernama Braralee.

Tapi Arun tidak boleh memberitahu siapapun tentang perubahan nama mereka. Kalau dia sampai membocorkan rahasia ini, maka mereka akan putus hubungan dengannya. Arun jelas bingung mendengarnya. Memangnya apa yang terjadi? Ceritakan semuanya, mulai dari awal sampai akhir! 


Tapi begitu selesai mendengar kisahnya, Arun langsung bergegas pergi. Dia mau pergi mencari Rin. Dia mau lihat dengan mata kepalanya sendiri apakah Rin benar-benar bahagia atau tidak.

"Jika dia tidak bahagia, maka aku akan membawanya pulang."

"Maksudmu... kau mau pergi ke Paktai?" Tanya Braranee. Arun membenarkan dan langsung pergi saat itu juga.


Buranee jelas cemas saat Braralee menceritakan masalah itu. Gawat, mereka tidak boleh membiarkan Arun pergi ke Paktai.

"Terus apa yang harus kita lakukan?"

"Ayo pergi dan hentikan dia."

Tapi saat mereka tiba di rumahnya Arun, pembantunya malah bilang kalau Arun sudah pergi. Buranee sontak mengomeli Braralee karena menceritakan masalah itu ke Arun. Apa dia tidak tahu kalau Arun diam-diam mencintai Rin sejak mereka masih kecil?

Braralee kaget mendengarnya. Selama ini dia kira kalau Arun cuma mengagumi Rin. Dia sungguh tidak pernah menyangka kalau Arun diam-diam mencintai Rin.

"Astaga! Jangan-jangan dia akan melakukan sesuatu pada Rin dan suaminya?"


Rin baru bangun tidur saat tiba-tiba saja dia melihat Saran sedang berdiri di depan ranjangnya. Jelas saja dia kaget dan refleks menutupi dirinya dengan selimut.

"Bagaimana kau bisa masuk kemari?"

"Aku menggunakan beberapa peralatan untuk membongkar kunci. Yang benar saja. Kau pikir aku tidak akan bisa membobol kunci pintu itu?"

"Sudah berapa lama kau di sini?"

"Hari ini kau bangun lebih siang daripada biasanya. Hanya aku satu-satunya yang tahu kalau kau kecapekan kerja. Tapi orang rumah mungkin mengira kau kelelahan karena hal lain." (Pfft!)

Rin sebal mendengarnya. "Kalau kau cuma mau bicara gila, mending kau keluar sana!"


Tapi Saran malah duduk di ranjangnya Rin. Istri-istri lain biasanya memberi hormat pada suami-suami mereka setiap hari sebelum tidur. Tapi Rin malah hampir mematahkan tulangnya.

"Mulai sekarang, aku tidak akan menganggapmu sebagai wanita yang baik dan sopan. Kau... wanita jahat."

"Bagus. Sebaiknya kau berhati-hati."

Saran mendadak mendekat lagi dan Rin refleks menjauh dengan gugup. Tapi alih-alih melakukan hal yang tidak-tidak pada Rin, Saran cuma menyerahkan sebuah amplop pada Rin.

"Aku baru gajian kemarin. Aku datang untuk memberikannya padamu." (Oww, suami yang baik)


Dia bahkan memberikan semua uang gajinya sampai Rin bingung. Kalau Saran memberikan semuanya padanya, lalu bagaimana Saran akan membeli makan nanti? Gampang saja. Rin masakkan saja makan siang untuknya lalu suruh orang membawakannya padanya.

Rin tidak mengerti. "Kenapa? Kenapa kau melakukan ini?"

"Aku juga tidak tahu. Tapi inilah yang dilakukan ayahku untuk ibuku. Aku hanya mengikuti jejaknya."

Lagipula selama ini Rin selalu memakai uang pribadinya untuk mengurus rumah. Saran tidak mau orang tua Rin bicara negatif tentangnya. Dia tidak perlu menggunakan uang itu, jadi Rin pegang saja. Dia lalu pergi meninggalkan Rin yang tampak tersentuh dengan sikapnya.


Naris pergi ke rumah orang tuanya Duang untuk mencari istrinya, tapi orang tuanya Duang sendiri tak tahu apa-apa dan langsung menuntut apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka.

Saat Naris mengaku kalau mereka bertengkar gara-gara dia menjual istananya, reaksi orang tua Duang sama persis seperti putri mereka, ngomel-ngomel memarahi Naris.

Sementara Naris yang lugu, sama sekali tidak mengerti dengan alasan kemarahan mereka yang jelas saja membuat orang tua Duang makin frustasi padanya.

Tepat saat itu juga, pembantu mereka datang membawakan surat dari Duang yang mengaku kalau dia tinggal di rumah sepupunya dan akan kembali kalau dia sudah merasa baikan.

Naris dengan lugunya mempercayai surat itu. Tapi orang tuanya Duang langsung kembali membahas topik tadi dan menuntut kenapa Naris menjual  istananya.


Di Paktai, Chalat mendatangi Duang di kamar hotelnya. Duang tampak kusut saat dia membuka pintu, dia tidak bisa tidur semalaman. Segala hal yang terjadi membuat hatinya hancur berkeping-keping.

"Kau datang kemari karena kau tidak tahu kalau Saran menikah. Tapi sekarang kau tahu. Menurutku, kau jangan menemuinya lagi. Kembalilah ke ibukota bersamaku."

"Aku akan kembali ke ibukota. Aku tidak akan merepotkanmu."

"Lalu bagaimana dengan orang tua dan suamimu?"

"Mereka tahu. Kau tidak perlu khawatir. Aku hanya butuh waktu untuk berpikir sebelum aku kembali menemui mereka."

"Kalau begitu, aku akan menemui Saran dulu sebelum pergi ke stasiun kereta. Aku akan bilang kalau aku akan kembali. Apa kau ingin menyampaikan pesan untuknya?"

"Dia sudah punya pemilik sekarang. Dia bukan milikku lagi. Pesan apa yang bisa kusampaikan padanya?" Tangis Duang.


Saat Chalat menemui Saran, dia memberitahukan masalahnya Duang itu pada Saran dan Ibunya. Bahwa Naris ternyata bukan orang kaya dan karena itulah Duang datang kemari.

"Anak jaman sekarang tidak bisa menghargai aset yang mereka miliki dengan baik." 

"Duang tidak tahu kalau Saran menikah, makanya dia memakai pakaian hitam seperti itu. Dia sudah setuju untuk pulang dan dia tidak akan kembali untuk menganggu."

Ibu senang mendengarnya dan menasehati Saran untuk putus hubungan saja dengan Duang. Mereka berdua sama-sama menikah sekarang, jadi Duang harus menyelesaikan masalahnya sendiri. Tak ada apapun yang bisa mereka lakukan untuk membantunya.

"Baik, Bu."

"Ibu merasa lebih baik mendengar jawabanmu."

Ibu memberitahu mereka kalau ia akan bepergian dengan ibu-ibu lain selama 4-5 hari. Berhubung sekarang Saran sudah punya istri yang bisa mengurusnya, Ibu sekarang bisa bepergian dengan tenang.


Saat Saran hendak berangkat kerja, Chalat baru ingat kalau beberapa hari yang lalu dia bertemu Buranee, adiknya Braralee. Tapi ngomongnya aneh. Bu bilang kalau dia salah mengingat orang.

Bu bilang bahwa Braralee (yang asli) sebenarnya bernama Braranee. Makanya Chalat bingung. Dia sudah tanya ke temannya dan dia mengonfirmasi kalau Tuan Bumrung cuma punya dua putri. Kenapa sekarang bisa ada tiga?

Saran yakin keluarga itu pasti punya rencana. Buktinya Tuan Bumrung bahkan tidak berani datang ke pernikahannya.

"Orang rendahan sepertiku... apa yang bisa kukatakan padanya. Ia ingin aku menikah dengan siapapun, aku harus menikahi orang itu."

"Kalau begitu, siapa sebenarnya pengantinmu?"


"Kalau kau bertemu keluarga mereka, cobalah dekati mereka dan cari tahu kebenaran dibalik semua ini."

Chalat langsung nyengir mendengarnya. Dia akan mendekati wanita dengan senang hati. Dia ahlinya. Dan lagi, Buranee itu manis. Semakin dia bicara dengan Bu, semakin dia merindukan Bu.

Saran langsung sebal menyentil kupingnya. "Dasar playboy. Pergi sana sebelum kau terlambat naik kereta."


Di kantor, Chode memberitahu Saran bahwa para bandit itu memiliki simbol. Tapi saat mereka merampok, mereka akan menyembunyikan identitas mereka. Makanya tak ada seorang pun yang tahu tentang mereka dan sejarah mereka.

Ada yang bilang kalau para bandit itu berasal dari Buntaloong, tapi ada juga yang bilang kalau mereka berasal dari Hat Yai. Saran menyimpulkan kalau para bandit itu pintar membuat perencanaan.

Chode setuju. Apalagi belakangan ini, setiap kali mereka mau menginterogasi seseorang terkait geng White Tiger, para warga langsung ketakutan lalu kabur.

Saran rasa para warga itu bukan takut. Mereka cuma tidak ingin ikut campur. Belakangan ini geng bandit itu mencuri dari orang-orang kaya. Mereka tidak lagi mencuri kerbau dan tidak mengambil apapun dari orang miskin.

Masyarakat biasanya tidak suka dengan orang-orang kaya. Makanya pencurian terhadap orang-orang kaya itu tidak akan berpengaruh pada orang-orang miskin. Chode heran mendengarnya, dari mana Saran mendapat informasi ini?

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments