Sinopsis Drama Taiwan Bromance Episode 9 - Part 2

Tak lama kemudian, mereka semua berkumpul makan malam bersama. Err... kecuali Guang Chao yang masih dihukum hadap tembok karena dia menghilangkan mobil mereka.

Kakak Feng perhatian banget sama Ya Qi dan masih getol untuk menjodohkan Ya Qi dengan putranya, makanya dia menyuruh Zi Feng untuk mengajak Ya Qi jalan-jalan seusai makan malam nanti.

Ya Nuo seperti biasanya, sungkan dan berusaha menolak. Tapi Xiao Jing mendadak punya ide mengajak semua orang untuk melarungkan lentera air. Menurut budaya Thailand, setiap malam bulan purnama pada bulan ke-12 kalender bulan adalah festival lentera air. Orang-orang akan membuat lentera air yang indah lalu melarungkannya ke sungai sambil berdoa.

"Banyak anak muda yang melarungkan lentera air dengan harapan bisa menikah dengan orang yang mereka cintai. Kudengar itu sangat manjur loh," ujar Xiao Jing dengan penuh arti pada Ya Nuo.

Mendengar itu, Kakak Feng dengan antusias menyuruh mereka, para anak muda, untuk melarungkannya lentera air seusai makan malam nanti, semuanya harus hadir, tidak ada yang boleh absen. Dan akhirnya setelah beberapa saat, Zi Han berbaik hati menghakhiri hukumannya Guang Chao dan mengajaknya makan bersama mereka.

Seusai makan malam, semua orang, kecuali Kakak Feng, pergi ke tepi sungai untuk membuat lentera air lalu melarungkannya ke sungai dengan disertai doa masing-masing. Zi Han dan Xiao Jing melakukannya lebih dulu, lalu setelah itu mereka bergegas pergi meninggalkan Zi Feng berduaan dengan Ya Qi.

Saat meletakkan lentera masing-masing di dalam perahu, Ya Nuo diam-diam berdoa dalam hati semoga orang yang dia cintai akan membalas perasaannya (sambil lirik Zi Feng). 

Yang tak disangkanya, Zi Feng mengaku bahwa dia hanya mendoakan kebahagiaan orang-orang terdekatnya dan semoga mereka tidak akan pernah meninggalkannya. Saking pedulinya dengan orang-orang yang dia sayangi, Zi Feng bahkan lupa berdoa untuk dirinya sendiri.

"Kalau begitu, berdoalah sekali lagi," usul Ya Nuo.

"Dua doa? Apa itu tidak terlalu tamak?"

"Tentu saja tidak. Lagipula, semua doa pasti akan terkabul."

"Kau sangat optimis."

"Memang."

"Maksudku, kau sangat mirip dengan Ya Nuo." (Aww, so sweet Zi Feng, yang ada di pikiran dan hatinya tetap Ya Nuo seorang)


Ya Nuo jadi canggung mendengarnya, mungkin karena mereka berdua saudara kembar, makanya mereka punya banyak kesamaan. 

Zi Feng akhirnya berdoa sekali lagi, kali ini untuk dirinya sendiri, berdoa dalam hati semoga Ya Nuo akan memahami perasaannya. 

Ya Nuo tidak tahu apa yang dia doakan, tapi tetap saja Ya Nuo setulus hati mendoakan semoga doa Zi Feng bakalan terkabul.

Keesokan harinya di taman hiburan, Ya Nuo bertemu Nana saat dia hendak memberikan makan siang untuk ayahnya. Nana jadi iri dengan kedekatan hubungan Ya Nuo dengan ayahnya.

Tepat saat dia mengucap itu, Paman Tian muncul membawakan makan siang untuk Nana. Tapi Nana dingin seperti biasanya dan menolak menyambut kedatangannya. Dia bahkan dengan kejamnya menolak bekal makan siang itu, padahal Paman Tian memasak sendiri khusus untuk Nana.

Dia bahkan menegaskan bahwa dia pindah ke cafenya Paman Tian hanya karena dia tidak punya pilihan, dia melakukannya hanya demi uang 20 juta NTD itu dan bukannya ingin bermain ayah dan anak sama Paman Tian, malah sebenarnya dia tidak ingin melihat Paman Tian sama sekali.

Paman Tian jelas sedih mendengar kata-kata kejam itu, namun dia tetap berusaha menerima dengan besar hati dan menyalahkan dirinya sendiri atas segalanya. Hmm, sebenarnya Nana tidak sekejam itu juga sih.

Bahkan saat Paman Tian pergi dengan lesu, Nana tampak jelas merasa bersalah, dan Ya Nuo memperhatikan itu. Nana mengaku bahwa awalnya dia tidak pernah tahu kalau dia punya ayah.

Baru saat ibunya sekarat, ibunya memberitahunya bahwa sebenarnya ayahnya masih hidup. Tentu saja, puluhan tahun hidup tanpa sosok seorang ayah, informasi tentang ayahnya itu bukan sesuatu yang membuat Nana senang.

"Aku tahu aku tidak punya hak untuk mendikte apa yang harus kau lakukan, tapi sebagai temanmu, dan juga karena Paman Tian adalah tetua yang kami hormati, aku sungguh berharap kalian akan bisa bergaul dengan baik. Tapi jika kau masih marah padanya, luapkan saja semua kebencian yang kau rasakan terhadapnya. Bertengkarlah seperti ayah dan anak bertengkar. Biarpun kalian bertengkar, namun melalui itu, kalian akan berinteraksi dan bisa saling memahami satu sama lain. Rasa sayang atau benci, segalanya dimulai dari berinteraksi," ujar Ya Nuo.

Bagaimanapun hubungan mereka dulu, Ya Nuo menyatankan agar Nana setidaknya memberi Paman Tian kesempatan untuk berinteraksi dengannya. Ya Nuo meyakinkan bahwa saat Paman Tian mengetahui dia memiliki seorang putri, Paman Tian sangat amat menyesal karena tak pernah mengetahuinya.

Paman Tian bilang bahwa ibunya Nana adalah satu-satunya wanita yang pernah Paman Tian cintai. Makanya Paman Tian sangat berharap bisa bergaul dengan baik dengan putrinya. Tapi Nana ngotot menolak mempercayainya, tidak mungkin Paman Tian merasakan apa pun, dia kan putri yang mendadak muncul.

"Tidak begitu. Semua orang tua mengkhawatirkan anak-anak mereka. Sama seperti ibumu, sebelum beliau meninggal dunia, dia memberitahunya fakta tentang ayahmu. Yang beliau khawatirkan bukan kau akan membenci ayahmu, melainkan khawatir kau akan kesepian. Nana, cobalah berinteraksi dengan Paman Tian. Apakah kau akan menerimanya atau tidak, itu adalah keputusanmu sendiri. Aku sungguh berharap kau akan memberinya kesempatan dan jangan mengecewakan niat baik ibumu."

Tapi sayangnya, apa pun yang Ya Nuo katakan, Nana menolak menjawab, malah buru-buru menghindar dengan alasan melanjutkan pekerjaan.

Tepat setelah Nana pergi, Ya Nuo melihat Zi Feng di kejauhan, mendengarkan percakapan mereka sedari tadi. Zi Feng benar-benar berterima kasih karena Ya Nuo sudah membela Paman Tian.

"Aku hanya mengutarakan apa yang ingin kukatakan."

Namun langkah mereka seketika terhenti di depan air mancur, melihat seorang bapak yang tampak bermain air dengan riang gembira. Sosok punggungnya terlihat familier, lalu kemudian si bapak berbalik yang kontan membuat Zi Feng shock, karena si bapak itu adalah ayahnya, Tuan Du.

Zi Feng sontak memeluknya erat sambil berteriak memanggilnya 'Ayah', tapi ada yang aneh, Tuan Du malah bingung dan tidak mengenali Zi Feng. Reaksi Tuan Du malah itu membuat Zi Feng tambah heboh hingga Ya Nuo harus mendorongnya dari Tuan Du dan mengingatkannya untuk tidak menakuti Tuan Du.

Tepat saat itu juga, seorang wanita muncul dan memanggil Tuan Du sebagai 'Ah Hai'. Jelas saja Zi Feng penasaran menanyakan siapa wanita itu dan kenapa dia memanggil ayahnya sebagai 'Ah Hai'.

Wanita itu langsung menanyakan Zi Feng pada Ah Hai, namun Ah Hai mengaku tak kenal dan dia jelas tidak berbohong, dia benar-benar tidak mengenal Zi Feng dan tidak mengerti kenapa dia dipanggil 'Ayah' sama Zi Feng.

Maka Zi Feng mencoba menunjukkan kalung giok pemberian Tuan Du dulu. Sayangnya Ah Hai tetap tidak mengenali benda itu, tapi hmm... sepertinya dia merasakan sensasi familier terhadap benda itu dan itu membuatnya kebingungan. Zi Feng kecewa.

Wanita bernama Nona Lu itu langsung mengajak Ah Hai pergi, tapi Ya Nuo yang berniat membantu Zi Feng, langsung menghadang mereka dan dengan sopan menjelaskan tentang Zi Feng dan alasannya sepanik ini adalah karena ayahnya telah hilang selama beberapa tahun.

Karena itulah, Ya Nuo memohon agar Nona Lu mengizinkan dia dan Zi Feng ikut pulang bersama mereka biar Zi Feng tahu di mana ayahnya tinggal. Nona Lu akhirnya mengizinkan dan membawa mereka semua pulang ke rumahnya yang ternyata berada di pulau.

Ya Nuo dengan sabar terus berusaha mengingatkan Ah Hai/Tuan Du tentang kalung giok itu, tapi sayangnya, Ah Hai tetap tidak bisa mengingat apa pun.

Nona Lu memberitahu Zi Feng dan Ya Nuo bahwa Ah Hai dulu diselamatkan oleh ayahnya Nona Lu saat ayahnya Nona Lu sedang memancing di laut. Tapi karena dia tidak ingat apa pun tentang dirinya sendiri, jadi mereka menamainya Ah Hai.

Selama dia dirawat di rumah sakit pun, dia tetap tidak bisa mengingat apa pun biarpun dokter sudah berusaha keras memancing ingatannya. Gara-gara itu, Ah Hai malah jadi tidak suka sama rumah sakit dan selalu menolak setiap kali mereka mau membawanya untuk check-up.

Tiba-tiba mereka melihat tali sepatu Ah Hai terlepas dan Ah Hai bahkan tidak menyadarinya. ZI Feng langsung menunduk untuk mengikatkan tali sepatu Ah Hai karena dulu juga dia selalu melakukannya untuk ayahnya.

Ah Hai masih bingung, namun instingnya menuntunnya untuk mengulurkan tangan ke Zi Feng untuk mengusap kepalanya. Namun saat dia hampir menyentuh kepala Zi Feng, dia mendadak ragu dan langsung menarik kembali tangannya. Zi Feng jadi sedih karenanya.

Zi Feng berusaha mengajak ayahnya pulang , namun Ah Hai menolak, bersikeras menegaskan bahwa rumah ini adalah rumahnya. Ya Nuo dengan sabar mengingatkan Zi Feng untuk tidak terlalu terburu-buru, beri Tuan Du waktu untuk mengenal Zi Feng lagi. Yang penting kan sekarang mereka sudah menemukannya.

"Baiklah. Tidak masalah tidak pulang sekarang. Tapi jika Ayah membutuhkan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu, Ayah bilang saja padaku."

"Benarkah? Kalau begitu, apa aku boleh sering-sering mengunjungi air mancur yang kusukai itu sebanyak yang kumau?" 

"Selama Ayah suka, Ayah akan selalu disambut di sana."

Ah Hai langsung sumringah dan langsung memberitahu Nona Lu dengan antusias bak anak kecil yang baru mendapatkan mainan baru.

Saat mereka menunggu kapal yang akan membawa mereka kembali ke kota, Ya Nuo mendapati Zi Feng termenung sedih namun berusaha keras untuk tetap tegar.

"Kau tidak perlu bersikap sok kuat setiap saat. Terutama saat di hadapanku," ujar Ya Nuo.

Ucapan Ya Nuo itulah yang membuat Zi Feng nyaman untuk menurunkan pertahanan dirinya hingga dia mulai menangis dan terus terang mengaku bahwa selama 7 tahun ini dia selalu pantang menyerah untuk mencari ayahnya, bahkan kabar sekecil apa pun, tak pernah dia lewatkan.

Selama 7 tahun ini semua orang selalu bilang kalau ayahnya tidak mungkin kembali. Semua orang selalu menyuruhnya untuk menyerah dan merelakannya pergi, namun Zi Feng tidak pernah bisa melakukannya.

Di mata Zi Feng, ayahnya bagaikan tembok yang sangat tinggi, seseorang yang selalu tampak kuat dan tegar. Tapi sekarang, tembok yang tinggi itu runtuh di depan matanya. Zi Feng benar-benar tidak tahu harus bagaimana untuk membantu ayahnya untuk menemukan kembali jati dirinya yang dulu.

Ya Nuo juga tidak tahu bagaimana harus membantunya, namun satu-satunya yang bisa dia lakukan sekarang hanyalah menenangkan Zi Feng dan memeluknya erat, membiarkan Zi Feng menangis dalam pelukannya.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments