Berniat menampilkan kesan baik pada ibu mertuanya, Xi Xi memutuskan untuk belajar golf karena itu adalah olahraga kesukaan ibunya Si Chen. Dia berlatih dengan sangat gigih berulang kali tanpa kenal lelah sampai membuat Si Chen khawatir.
Dia langsung menyeret Xi Xi keluar dari lapangan golf dan berusaha meyakinkan Xi Xi untuk tidak usah belajar apa pun hanya demi ibunya. Xi Xi hanya perlu menjadi dirinya sendiri.
Menjadi diri sendiri? Xi Xi mendadak mewek ingin makan barbeku di warung yang mereka lewati tadi. Sejak dia menikah dengan Si Chen, dia hanya bisa makan sayur mayur saja demi menjaga badannya tetap ideal, demi menjaga image mereka sebagai kalangan kelas atas. Dia ingin sekali makan barbeku, tapi takut ibunya Si Chen takkan menyukainya lalu memisahkan mereka berdua.
Tapi Si Chen dengan manisnya mengajaknya ke warung barbeku itu dan memesankan sayap ayam pedas kesukaan Xi Xi. Dia akan menemani Xi Xi makan makanan ini dan menggemuk bersamanya. Bodoh amat sama image wanita atau pria kelas atas yang katanya harus menjaga bentuk badan tetap ideal.
"KIta hanya manusia biasa. Makan saja makanan yang kita sukai, lakukan apa yang kita sukai. Aku mencintaimu, jadi aku tidak ingin kau mengubah dirimu demi siapa pun atau demi apa pun. Kau pada dasarnya sudah sangat baik."
Xi Xi menangis haru mendengarnya. Dia juga mencintai Si Chen, tapi bagaimana jika ibunya Si Chen tak menyukainya, bukankah Si Chen yang akan kesulitan kalau begitu? Makanya dia ingin berusaha untuk berubah, walaupun sedikit, biar ibunya Si Chen menyukainya agar Si Chen tidak akan mengalami kesulitan nantinya.
Si Chen dengan lembut mengingatkannya bahwa berubah itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan dengan mudah. Lagipula, dia tidak ingin Xi Xi diperlakukan secara tak adil. "Percayalah padaku. Aku pasti akan membuatnya menyukaimu." Janji Si Chen.
Xi Xi akhirnya bisa lebih tenang dan bisa menikmati sayap ayam pedasnya dengan gembira.
Nyonya Yin akhirnya tiba di rumah keesokan harinya. Xi Xi gugup banget, apalagi muka Nyonya Yin tidak ada ramah-ramahnya, dan langsung menilai Xi Xi mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan tatapan tajam.
Si Chen meminta maaf padanya karena merahasiakan pernikahan mereka karena suatu sebab, tapi dia meyakinkan bahwa dia dan Xi Xi sangat bahagia sekarang.
Saking gugupnya, Xi Xi malah menyapanya sebagai 'Bibi' dengan agak tergagap, dan baru sadar sedetik kemudian, jadi dia buru-buru mengubah panggilannya menjadi 'Ibu'.
Dia benar-benar berusaha menyenangkan ibu mertuanya itu dengan menghidangkan makanan yang dia masak sendiri, dan untungnya Nyonya Yin menyukai masakannya. Xi Xi memperkenalkan segala hal tentangnya, dan Si Chen pun dengan bangga nyerocos tentang segala kelebihan Xi Xi, dan peran besarnya dalam membantu Whymall mendapatkan kesepakatan bisnis dengan Alex.
Awalnya tidak ada masalah. Tapi kemudian Nyonya Yin melihat Xi Xi menghidangkan ubi Cina untuk Si Chen. Sontak saja itu membuat Nyonya Yin mengomeli Xi Xi habis-habisan, menuduhnya tidak becus karena tidak mengetahui selera makan Si Chen yang selama ini tidak menyukai ubi Cina. Kalau perkara sekecil ini saja mereka tidak bisa saling memahami, maka dia tidak akan bisa tenang terkait pernikahan mereka.
Namun yang tak disangkanya, Si Chen langsung membela Xi Xi dan meyakinkan bahwa sekarang dia bisa makan ubi Cina ini karena Xi Xi memasaknya dengan baik. Nenek pun langsung ikutan membela Xi Xi dan dengan bangga meyakinkan Nyonya Yin bahwa Xi Xi itu sangat perhatian dan teliti. Muka Nyonya Yin jadi tambah kecut mendengar semua itu.
Xi Xi jadi sedih, mengira penampilannya tidak cukup baik di hadapan ibunya Si Chen tadi. Si Chen meyakinkan bahwa Xi Xi sudah melakukannya dengan sangat baik, ibunya jelas-jelas sudah dibuat bingung oleh Xi Xi tadi. Tidak usah khawatir, biarpun ibunya 'memakan' Xi Xi, tapi dia akan selalu melindungi Xi Xi.
"Coba pikirkan, aku putranya. Aku menyukaimu, perlahan-lahan dia pasti akan menerimamu juga." Ujar Si Chen. Eh tapi ngomong-ngomong tentang putra, bagaimana kalau mereka melahirkan seorang putra? (Pfft!) Xi Xi sontak menghindar saking malunya.
Keesokan harinya, Xi Wei datang membawakan berbagai hadiah, pastinya untuk menjilat Nyonya Yin. Begitu Xi Xi datang, Nyonya Yin jelas bisa merasakan aura persaingan antar kedua wanita itu.
Saat Xi Xi mengajak Nyonya Yin untuk melihat-lihat tokonya, Xi Wei dengan seenaknya berkata kalau Nyonya Yin tidak mungkin ada waktu karena ia sibuk. Tapi sepertinya Nyonya Yin tidak sekeras penampilan luarnya. Begitu melihat wajah kecewa Xi Xi, dia langsung menyangkal ucapan Xi Wei dan bersedia ikut, bahkan mengajak Xi Wei juga.
Xiao Ya langsung kesal melihat keberadaan Xi Wei di sana. Xi Xi sebenarnya sudah menyiapkan sebuah gaun rancangannya sendiri untuk Nyonya Yin, tapi Xiao Ya dengan sengaja mengambil gaun lain, khusus untuk diperlihatkan pada Xi Wei.
Xi Wei sontak sinis mengkritik gaun yang sama sekali tidak cocok untuk Nyonya Yin itu, dia bahkan menilai kalau gaun itu sama sekali tidak memenuhi standar.
Tapi Xiao Ya langsung sinis menyindir Xi Wei dengan mengingatkan bahwa gaun ini adalah gaun yang pernah Xi Wei pakai di perayaan mode waktu itu. Baju ini sebenarnya ukurannya kurang pas untuk Xi Wei, makanya Xi Xi sengaja membelinya dan memperbaiki ukurannya untuk diberikan pada Xi Wei.
Xi Wei sendiri loh yang memilih gaun yang dia bilang tidak memenuhi standar ini. Xiao Ya menyarankan agar dia mulai memperhatikan citra dirinya mulai sekarang. Takutnya ke depannya tidak akan ada baju yang pas di badan Xi Wei.
Kesal dan malu, Xi Wei akhirnya cepat-cepat pamit. Xiao Ya puas. Nyonya Yin tampak kagum juga melihat kedua wanita itu berhasil mengalahkan Xi Wei.
Xi Wei sudah pergi, Xiao Ya akhirnya mengambilkan gaun yang benar, dan Nyonya Yin sontak kagum dengan baju buatan Xi Xi itu, benar-benar cantik. Sepertinya Xi Xi berusaha keras membuat gaun ini.
Tentu saja, Xiao Ya memberitahunya bahwa Xi Xi sampai begadang beberapa hari demi membuat gaun cantik untuk ibu mertuanya ini. Sementara Xiao Ya nyerocos antusias, Xi Xi cuma diam saja saking gugupnya.
Tapi kemudian Nyonya Yin janji akan memakai gaun ini dalam pertemuan dengan teman-temannya yang akan diadakan beberapa hari lagi. Xi Xi langsung sumringah mendengarnya, lega mendengar ibu mertuanya menyukai gaun buatannya.
Setelah itu, Nyonya Yin langsung mendatangi Si Chen di kantornya, sengaja berlama-lama di sana dengan alasan mengecek pekerjaannya Si Chen, membuat Si Chen jadi gelisah karena sebenarnya dia sudah janji kencan sama Xi Xi malam ini.
Nyonya Yin tak suka melihatnya seperti ini. Apakah bagi Si Chen kencan itu lebih penting daripada pekerjaannya. Kalau begini terus, bisa-bisa Si Chen bakalan hancur gara-gara Xi Xi.
Si Chen menyangkal, Xi Xi tidak pernah menghancurkannya. Justru Xi Xi-lah yang membantunya untuk sukses, Xi Xi pula yang membuatnya mengerti tentang perasaan mencintai seseorang. Xi Xi melakukan dan mengorbankan banyak hal demi dia. Kenapa Ibu tidak bisa melihatnya?
Hanya Xi Xi seorang yang ada dalam hatinya, dan tidak akan pernah berubah. Sejak dia kecil, Ibu selalu merebut apa pun yang dia sukai. Dulu dia selalu menurut. Tapi kali ini, dia akan melindungi orang yang ingin dia lindungi.
Yang tak disangkanya, ibunya malah tertawa senang mendengar ucapannya. Ternyata dia benar-benar bukan ibu mertua yang jahat. Justru sebenarnya alasan dia selalu merebut semua hal yang Si Chen sukai sejak kecil adalah demi melatih Si Chen untuk mejadi seperti ini, menjadi orang yang bisa menghargai dan melindungi orang yang paling dia cintai.
Malah sebenarnya Nyonya Yin suka kok sama Xi Xi. Jika kali ini Si Chen benar-benar serius terhadap Xi Xi, maka dia harus menghargai Xi Xi dengan baik. Si Chen tersentuh mendengarnya.
Dia cepat-cepat pergi ke restoran, tapi ternyata restorannya sudah tutup dan Xi Xi sudah tidak ada di sana. Si Chen hampir saja kecewa, tapi ternyata Xi Xi tidak benar-benar pergi, melainkan cuma membeli es krim. Lega, Si Chen sontak memeluknya erat dan menyatakan cintanya sekali lagi.
Keesokan harinya, ketiga wanita dalam hidup Si Chen shopping bersama di mall dengan riang gembira. Cuma Si Chen seorang yang mukanya kecut gara-gara dijadikan pembantu yang harus membawakan semua belanjaan ketiga wanita itu.
Nyonya Yin benar-benar sayang sama menantunya itu sampai-sampai dia tak tega menyuruh Xi Xi membawakan barang, jadi dia menyuruh Si Chen untuk melakukan itu.
Ibu Tapi Xi Xi dengan cepat menyenangkannya kembali dengan melempar kecupan manis padanya. Mereka hampir saja mau ciuman, tapi Ibu dengan cepat memanggil Xi Xi. Si Chen langsung memberengut kecewa. Tapi sedetik kemudian Xi Xi kembali untuk memberinya kecupan di pipi dan Si Chen langsung sumringah kembali.
Nyonya Yin bahkan membawa Xi Xi ke pertemuan dengan teman-temannya dengan memakai gaun buatannya Xi Xi. Sayangnya, biarpun Nyonya Yin berusaha memuji-muji menantunya itu, teman-teman Nyonya Yin jelas-jelas meremehkan Xi Xi.
Xi Xi jadi sedih. Saat mereka berduaan di toilet, Nyonya Yin berusaha menghiburnya dan meyakinkannya untuk tidak memasukkan kata-kata para nyonya konglomerat itu ke dalam hati. Ini hanya karena perbedaan gaya hidup, Xi Xi hanya perlu beradaptasi. Menjadi Nyonya Yin memang tidak mudah, tapi Nyonya Yin meyakinkan bahwa dia pasti akan selalu mendukung Xi Xi sepenuhnya.
Xi Xi lalu bertemu dengan Zi Xin dan curhat tentang kegalauan perasaannya ini. Pertemuan tadi membuatnya menyadari bahwa walaupun dia dan Si Chen saling mencintai, tapi mereka akan selalu dipandang tak serasi oleh orang lain.
Zi Xin tak suka melihat Xi Xi bersedih seperti ini, Xi Xi adalah temannya yang paling penting, dan satu-satunya yang dia inginkan hanyalah melihat Xi Xi bahagia, benar-benar bahagia.
Xi Xi meyakinkan bahwa dia sangat bahagia kok. Masalah ini sebenarnya tidak akan menganggu hubungan mereka. Asalkan Si Chen tidak bilang tidak menyukainya atau ingin berpisah dengannya, maka tidak akan ada apa pun yang bisa memisahkan mereka.
Dia memang tidak boleh membiarkan masalah ini mengganggu pikirannya. Dia harus berusaha keras untuk mengembangkan CICI dan menunjukkan pada dunia bahwa dia dan Si Chen pantas bersama.
Zi Xin kagum juga mendengar keberanian dan tekad Xi Xi, tidak semua orang bisa seperti Xi Xi yang tak pernah putus harapan tak peduli masalah apa pun yang menerpanya. Zi Xin setulus hati mendoakan mereka berdua, dan akan mendukung apa pun keputusan mereka. Ngomong-ngomong tentang mengembangkan CICI, Zi Xin punya ide untuk itu.
Malam harinya, Xi Xi menunjukkan rencananya pada Si Chen. Dia ingin mengembangkan skill-nya demi kemajuan CICI dengan cara mengikuti sebuah kursus.
Si Chen awalnya setuju dan mendukungnya, tapi kemudian Xi Xi berkata bahwa kursusnya ini di luar kota dan akan dilakukan selama 3 bulan. APA? Si Chen mendadak kesal dan berubah pikiran melarang Xi Xi mengikuti kursus itu. Dia bahkan langsung bermanja ria sambil berusaha membujuk Xi Xi untuk belajar di sini saja, ngapain harus jauh-jauh sih?
Xi Xi langsung tertunduk kecewa, berarti Si Chen tidak mendukungnya yah? Tentu saja dia pasti akan sangat merindukan Si Chen, tapi dia tetap harus belajar dan berusaha keras. Masa Si Chen tidak sanggup berpisah dengannya selama 3 bulan saja?
Ucapannya sukses membuat Si Chen terprovokasi dan dengan penuh harga diri menyatakan bahwa dia adalah seorang pecandu kerja, dia bukan orang idiot yang akan menempeli pacarnya terus menerus. Hubungan LDR atau apa pun itu, Si Chen pasti bisa melakukannya. Dia tidak akan merindukan Xi Xi. Xi Xi boleh pergi, yang penting Xi Xi makan dan hidup dengan baik.
Hmm, ngomongnya sih begitu. Tapi nyatanya? Waktu Xi Xi mencari KTP-nya, Si Chen malah dengan sengaja menyembunyikannya. Tapi Xi Xi dengan cerdiknya bisa melihat kelicikannya, maka dia langsung balas pakai cara licik, dia sengaja menciumnya mesra, padahal diam-diam dia mencari KTP-nya dan sukses menemukan KTP itu di bawah bantalnya Si Chen.
Bahkan saat dia sedang packing, Si Chen malah mengeluarkan beberapa baju yang menurutnya terlalu cantik atau terlalu terbuka. Dia bahkan sengaja memasukkan foto mereka berdua dan juga membuatkan sebuah kaos khusus bersablon gambar kartun mereka berdua dan menyuruh Xi Xi untuk memakai kaos itu ke kelasnya biar semua orang tahu kalau Xi Xi sudah ada yang punya.
Tapi Xi Xi mengingatkan bahwa semua baju-baju ini harus dia bawa karena semua ini adalah baju-baju rancangannya sendiri, dia harus menunjukkannya di kelasnya nanti. Si Chen sontak ngambek. Geli, Xi Xi pun memutuskan memberi Si Chen hadiah lalu mendorongnya ke ranjang.
Si Chen terbangun keesokan paginya dengan senyum bahagia... sampai saat dia menyadari kalau Xi Xi sudah pergi duluan dan hanya pamit lewat pesan. Jelas saja Si Chen jadi panik dan langsung pergi mencari Xi Xi ke tokonya.
Xiao Ya memberitahu kalau Xi Xi sudah naik pesawat, tapi Si Chen tak percaya, malah mengira kalau Xi Xi sedang mempermainkannya dan berusaha memohon-mohon agar Xi Xi keluar dari persembunyiannya. Tapi Xi Xi benar-benar sudah pergi. Si Chen sedih.
Bersambung ke episode 21
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam