Sinopsis Dali and Cocky Prince Episode 1

Seorang wanita bule bernama Mrs. Koch sedang mencari seseorang bernama Da Li. Dari gosipan beberapa wanita bule, Mrs. Koch terobsesi sama Da Li karena Da Li selalu bisa memberikannya makalah penelitian terbaik.

 Kim Da Li adalah seorang wanita Korea yang berasal dari keluarga kaya raya yang sekarang hidup dan bekerja di sebuah galeri seni di Belanda. Dia memang seorang wanita pekerja keras. Saat Mrs. Koch menemukannya, dia mendapati Da Li sedang sibuk membaca buku di lantai dengan hanya mengunyah lolipop, dan dia mengaku sudah seperti ini selama 3 hari.

Dia baru sadar sekarang kalau dia belum makan dengan benar, tapi dia pikir itu tidak masalah, toh manusia bisa bertahan dengan asupan kalori saja. Mrs. Koch sontak mengomelinya bak seorang ibu mengomeli putrinya lalj menyuruhnya untuk pulang dan istirahat saja.

Bukannya senang, Da Li malah sebal. Tapi terpaksalah dia harus menurut. Mrs. Koch juga menyuruhnya untuk menghadiri sebuah pesta kelas atas. Harus Da Li yang datang karena ini pestanya para konglomerat VVVIP. Mrs. Koch juga akan datang, namun akan agak terlambat karena harus menjemput tamu penting di bandara besok.

 Da Li malas banget awalnya, tapi kemudian Mrs. Koch mengiming-iminginya dengan memberitahunya bahwa di pesta itu nanti akan ada lukisan Modigliani. Mata Da Li langsung bersinar penuh semangat mendengarnya.


Dibalik kekayaan dan rumah mewah yang ditinggalinya, tapi Da Li menjalani hidupnya dengan sederhana dan santun. Sepertinya dia orang yang sudah kaya sejak lahir dan dididik dengan baik oleh keluarganya. Dia tinggal jauh dari ayahnya yang tengah menjalankan galeri mereka di Korea.

Di Korea, Jin Moo Hak adalah seorang anak pemilik perusahaan Dondon F&B, perusahaan franchise gamjatang yang awalnya merintis dari sebuah restoran gamjatang kecil yang kemudian berkembang pesat hingga memiliki ratusan franchise gamjatang di seluruh dunia yang akhirnya menjadikan pemiliknya kaya raya.

Namun berbeda dari Da Li yang sangat santun, Moo Hak adalah orang yang sangat ceplas-ceplos dan tak ragu untuk memberikan kritikan pedas terhadap hal-hal yang tak disukainya.

Hari ini, dia dan beberapa petinggi perusahaannya tengah mencicipi gamjatang buatan seorang koki yang memasak dan mempromosikan gamjatang premium buatannya dengan heboh. Yang lain suka sekali sama gamjatang premium buatan si koki, si koki pun dengan bangga berkoar-koar tentang bahan baku impor nan mahal yang dipakainya yang pastinya akan membuat harga gamjatang premium ini sangat mahal.

Tapi Moo Hak sontak teriak-teriak heboh mengkritik makanan yang harganya tak masuk akal itu, karena menurutnya gamjatang adalah makanan rakyat yang seharusnya murah dan mengenyangkan dan bukannya malah jadi makanan kelas atas.

Namun dibalik sikapnya yang tampak garang, sebenarnya dia baik hati juga. Pernah suatu malam, dia dibujuk oleh adik tirinya untuk memberikan pinjaman uang pada sebuah galeri seni.

Moo Hak awalnya ragu untuk meminjamkan uang pada sebuah galeri seni, tapi kemudian si adik tiri menyinggung status mereka dan terus gigih membujuknya hingga akhirnya hati Moo Hak luluh.

 

Dia melakukannya tanpa sepengetahuan ayahnya, tapi akhirnya ayahnya tahu juga gara-gara galeri seni itu mengiriminya pispot keramik. Pfft! Tuan Jin sontak murka sama Moo Hak. Tapi Moo Hak dengan cekatan melarikan diri dari kejaran ayahnya ke luar negeri. Kebetulan dia memang harus pergi ke Belanda untuk menangani kesepakatan bisnis dengan asosiasi peternakan babi di Belanda.

Berbeda dari Da Li yang penampilannya sederhana namun elegan, gayanya Moo Hak justru agak norak kayak OKB. Err... Kayaknya dia memang OKB yang selalu ingin pamer barang bermerek dan mehong mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki, tapi juga rada perhitungan, dan sepertinya dia kurang pintar dalam hal pengetahuan umum.

Dia santai saja melanjutkan perjalanannya ke Belanda tanpa mengetahui kalau sang ayah yang murka, memerintahkan para pegawainya untuk membekukan semua kartu kreditnya Moo Hak.

Di Korea, Tuan Kim (ayahnya Dali) diberitahu oleh seseorang tentang adanya barang mencurigakan yang diselundupkan di dalam pigura salah satu lukisan. Ia diam-diam mengambil barang itu namun memutuskan untuk merahasiakannya dari para pegawainya. 

Tapi yang tidak disadarinya, ada salah satu pegawai wanitanya yang biasanya membelikan buket bunga hias untuk menghias ruang kerja Tuan Kim, dan sepertinya dia agak mencurigakan. Lalu tiba-tiba saja Tuan Kim merasakan sakit di jantungnya.

Pada saat yang bersamaan di Belanda, Mrs. Koch tiba-tiba mendapat musibah sehingga dia harus meminta Dali untuk menggantikannya menjemput tamu pentingnya di bandara. Tamu penting itu bernama Jin Hitonari, seorang kolektor kenamaan dari Jepang.

Setibanya di bandara Amsterdam, Moo Hak melihat Dali membawa papan nama dengan tulisan Mr. Jin. Dia jadi mengira kalau Dali-lah orang yang menjemputnya. Dan berhubung Dali juga tidak tahu, jadi dia mengira kalau Moo Hak adalah Mr. Jin yang harus dia jemput. 

Dia sama sekali tidak mengonfirmasi nama lengkap Mr. Jin yang ada di hadapannya ini, dan sama sekali tidak menyadari keanehannya padahal seharusnya orang yang dia jemput itu orang Jepang, sedangkan ini berbahasa Korea.

Mereka sama-sama terpana pada satu sama lain sejak pandangan pertama... Sampai saat mereka mulai saling menyadari penampilan masing-masing yang terasa aneh bagi satu sama lain. 

Moo Hak melihat Da Li memakai topi berbulu ala bangsawan yang menurutnya mirip bulu burung gagak, sedangkan Da Li melihat Moo Hak pakai sandal rumah kelap-kelip yang norak. Moo Hak santai saja memperlakukannya bagai babu, dan Da Li juga tidak berpikir macam-macam karena dia mengira kalau Mr. Jin yang satu ini cuma orang kaya gila saja.


Dan mereka pun pergi tanpa menyadari Mr. jin Hitonari yang asli baru saja keluar dari pintu kedatangan dan langsung bingung karena tak melihat siapa pun menjemputnya.

Sepanjang perjalanan ke pesta, Da Li mencoba beramah tamah dengan Moo Hak, tapi Moo Hak malah dengan angkuhnya berkoar-koar memamerkan kekayaannya, bahkan menghitung harga tiket pesawat kelas satu dengan perbandingan berapa mangkok gamjatang. 

Tapi ujung-ujungnya dia malah jadi bingung sendiri menentukan berapa banyak mangkok gamjatang yang setara dengan harga tiket pesawat kelas satu. Malah Da Li yang lebih cepat menghitungnya, dan jelas saja Moo Hak jadi canggung dan malu gara-gara itu.

Bahkan setibanya di tempat pesta, Moo Hak sama sekali tidak sadar kalau dia sudah salah tempat. Dia cuma bingung karena dia pikir kalau dia akan menghadiri pesta penyambutan, tapi pesta yang ini malah pesta para konglomerat yang lagi pamer harta. Lebih bingung lagi saat melihat banyaknya lukisan di sepanjang dinding aula.

Da Li memperkenalkan Moo Hak sebagai Mr. Jin Hitonari pada nyonya rumah. Tapi berhubung mereka ngobrol pakai bahasa Inggris, sedangkan Moo Hak tidak mengerti bahasa Inggris, jadi dia cuma bisa berdiri kebingungan saat dia disambut dengan heboh pakai acara cipika-cipiki sama si nyonya rumah.

Si nyonya rumah langsung mengumumkan Moo Hak sebagai Mr. Jin Hitonari dan seketika itu pula Moo Hak langsung disambut heboh disertai cipika-cipiki oleh lebih banyak orang, dan Da Li membantunya bertindak sebagai penerjemah. (Wkwkwk! Gaje banget)


Tiba-tiba si nyonya rumah memintanya untuk memberikan pendapatnya tentang lukisan Modigliani. Moo Hak jadi bingung harus bagaimana, tapi semua orang menatapnya dengan antusias dan penuh harap. Sekretarisnya juga sudah menasehatinya untuk membangun hubungan sosial yang baik demi kelancaran kesepakatan bisnis mereka.

Jadilah Moo Hak memberikan penilaiannya terhadap lukisan itu dengan asal-asalan saja. Agak bingung dengan keanehan ini, Da Li pun memutuskan untuk pura-pura menerjemahkan ucapan Moo Hak padahal dia hanya mengarang biar terdengar lebih berseni. 

Moo Hak cuma ngomong dikit-dikit, tapi terjemahan Da Li panjang lebar. Dan lucunya, tidak ada seorang pun yang curiga. Melihat ada satu lukisan peternakan B2 (Babi), Moo Hak asal saja menunjuk lukisan itu sebagai lukisan yang paling berseni baginya. Pfft!


Alih-alih mengomentari lukisannya, Moo Hak malah berpidato memberi pengetahuan tentang jenis B2 dan keadaan B2 yang ada dalam lukisan itu, bahkan memberi tips-tips cara yang baik dan benar dalam memelihara B2. 

Dan kali ini, Da Li benar-benar tidak bisa mengarang lagi, jadi terpaksa dia menerjemah setiap kata yang Moo Hak ucapkan apa adanya, termasuk bagian-bagian joroknya. Tapi siapa sangka, pidato panjang lebarnya tentang B2, justru membuat lukisan B2 itu ketahuan kalau itu bukan lukisan asli. Pfft!

Tak lama kemudian, Moo Hak mencoba menawarkan segelas koktail pada Da Li. Tapi Da Li terlalu fokus menatap lukisan Modigliani sampai mengabaikannya. Akhirnya dia tenggak sendiri kedua gelas koktail itu.

Moo Hak sama sekali tidak mengerti apa bagusnya lukisan itu dan langsung melotot kaget mendengar harganya yang tidak masuk akal. Saking kagetnya, Moo Hak jadi tersedak buah zaitun yang ditenggaknya bersama minuman barusan.

Cemas, Da Li langsung memompa perutnya hingga buah zaitun itu melompat keluar dan menancap tepat ke lukisan yang katanya mahal selangit itu dan err... Membuat catnya luntur dan kertasnya bolong. Da Li langsung yakin kalau itu lukisan palsu.

Tapi si nyonya rumah tidak terima dan sontak ngamuk-ngamuk sampai mengucap segala macam sumpah serapah pada mereka lalu menendang mereka keluar dari pestanya. 


Biarpun lukisan tadi jelas-jelas palsu, tapi Da Li tetap panik karena sekarang mereka sudah kehilangan pelindung yang sangat penting. Bingung, Moo Hak jadi salah paham, mengira 'Pelindung' yang Da Li maksud itu adalah pemberi beasiswa, mengira kalau Da Li adalah mahasiswi yang bisa kuliah di sini berkat beasiswa dari peternakan babi tapi sekarang beasiswanya dicabut karena masalah di pesta barusan. Pfft!

Yakin banget dengan dugaannya, Moo Hak meyakinkannya untuk tidak khawatir, perusahaannya Dondon F&B yang akan memberi Da Li beasiswa mulai sekarang. Da Li lebih bingung lagi mendengarnya, Dondon apaan?

"Perusahaan kami, Dondon Gamjatang. Aku yakin kau pasti pernah mendengarnya." Ujar Moo Hak.

Hah? Da Li bingung. Katanya dia bernama Mr. Jin tadi? Moo Hak membenarkan, namanya Jin Moo Hak. 

OMG! Da Li langsung sadar kalau dia sudah salah jemput orang dan langsung panik balik ke bandara sambil berdebat sepanjang jalan dengan Moo Hak gara-gara kesalahpahaman mereka. Intinya sih mereka memang sama-sama salah, tapi tak ada yang mau mengaku salah dan terus saja saling menyalahkan satu sama lain.


Sudah tidak ada siapa-siapa di bandara. Da Li sontak panik memukuli kepalanya sambil merutuki dirinya sendiri. Moo Hak jadi prihatin juga melihat Da Li seperti ini, maka dengan manisnya dia berusaha menghibur Da Li dan meyakinkannya untuk tidak terlalu mengkhawatirkan Mr. Jin. Dia pria dewasa dan kaya raya, jadi dia pasti bisa mengurus dirinya sendiri. Da Li akhirnya bisa tenang berkat itu.Moo Hak mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri, dan sentuhan itu kontan membuat mereka sama-sama tersipu.

Dia lalu menemani Moo Hak untuk check-in ke hotel. Dan saat itulah Moo Hak baru menyadari kalau semua kartu kreditnya dibekukan dan dia sama sekali tidak punya uang tunai di negeri orang.

Kasihan, Da Li berbaik hati menampungnya di rumah mewahnya, mempercayainya sepenuhnya biarpun mereka masih asing dan belum terlalu saling mengenal satu sama lain. Tapi Moo Hak sama sekali tidak berpikiran kalau ini rumahnya Da Li sendiri, mengira Da Li tuh mahasiswi miskin yang numpang tinggal di rumah temannya yang kaya raya.

Baru sekarang Da Li sadar kalau dia belum makan sedari tadi dan sekarang perutnya keruyukan. Jadilah Moo Hak yang memasak, sementara Da Li sibuk menghubungi berbagai macam orang dalam berbagai macam bahasa demi mencari Mr. Jin yang asli.

Da Li begitu fokus dengan pekerjaannya sampai Moo Hak harus menyingkirkan laptopnya biar dia fokus makan dan Da Li langsung kagum sama rasanya yang sangat amat lezat. Moo Hak jadi tersipu mendengar pujiannya.

Dari percakapan mereka, Moo Hak menyimpulkan bahwa Da Li adalah mahasiswi yang kuliah sambil bekerja di sebuah galeri di sini. Dengan penuh harga diri dia mengklaim kalau dia juga suka seni, bahkan dia memajang lukisan di ruang tamu di rumahnya dan selalu dia Kagumi setiap hari. Pfft! Padahal gambar yang dia pajang dan dia kagumi setiap hari di rumahnya itu adalah gambar duit 50.000 Won ukuran besar.

Tapi tentu saja dia menolak mengatakan lukisan apa yang ada di rumahnya itu, pokoknya dia sangat menyukai lukisan itu, titik! Da Li kagum juga mendengar ketegasannya dalam menyukai suatu karya pilihannya sendiri. 

Saking kagumnya, Da Li langsung mengundangnya ke galeri seninya kalau Moo Hak ada waktu. Ada kantin kecil juga di galerinya, rasa makanannya memang tidak seenak masakan Moo Hak, tapi lumayan enak loh. Moo Hak malah jadi tersipu malu mendengar ajakannya makan di kantin, kayak ngajakin kencan aja. 

Da Li sontak tertawa mendengarnya. "Sejak pertama kali melihatmu, aku selalu mengira kau itu seorang psy... maksudku, kau tampak seperti pria yang menarik.Sepatumu, caramu menghitung segalanya dengan mangkuk gamjatang, dan kembali ke pesta juga. Pokoknya kau adaah orang paling menarik yang pernah kutemui."

Tepat saat Moo Hak sedang mandi dan Da Li hendak ganti baju, listri tiba-tiba mati. Lalu tiba-tiba terdengar suara teriakan Da Li. Cemas, Moo Hak langsung saja keluar dengan hanya memakai selembar handuk.

Dalam usahanya mencari Da Li dalam kegelapan, tak sengaja dia tersandung robot vacuum sehingga dia terjatuh menimpa Da Li tepat saat listrik menyala yang kontan membuat kedua orang terpana menatap satu sama lain.

Sementara itu di Korea, uang investasi yang dipinjamkan Moo Hak pada galeri seni itu, ternyata galeri seninya Tuan Kim. Namun sekarang adik tirinya Moo Hak mendatangi Tuan Kim untuk meminta uang investasinya kembali gara-gara dia diamuk sama ayahnya. Anehnya, saat si adik tiri menyebut tentang pispot yang dikirim ke ayahnya, Tuan Kim malah bingung, sepertinya dia benar-benar tidak tahu menahu tentang semua ini.

Namun bahkan sebelum dia sempat mengucap apa pun, tiba-tiba Tuan Kim kedatangan tamu lain. Entah siapa, namun Tuan Kim dan orang itu langsung bertengkar hebat. Si adik tiri jadi penasaran dan mencoba mengintip dari sela pintu. Entah apa yang disaksikannya, namun seketika itu pula dia menjadi sangat ketakutan.

Bersambung ke episode 2

Post a Comment

0 Comments