Recap Forever and Ever Episode 20 & 21

Karena Chen dan Shi Yi mau datang untuk merayakan festival hantu, Nyonya Zhou sengaja menjauhkan Zhousheng Xing dari rumah dengan menyuruhnya pergi menemani Kakek Paman keempat.

Wen Xing hari ini senang sekali karena Chen dan Shi Yi akhirnya pulang. Sebagai orang yang terpaksa harus selalu tinggal di rumah, pastinya Wen Xing sangat antusias saat semua keluarganya berkumpul. 

Shi Yi bahkan sengaja membawa peliharaan kepiting mereka biar kepiting-kepiting itu tidak bosan di rumah terus. Mereka berempat asyik bercanda, namun hanya Shi Yi dan Mei Xing yang pikirannya nyambung dan bisa saling memahami satu sama lain. Chen sampai heran. 

Wen Xing hampir saja keceplosan membahas label kata yang Mei Xing kirimkan ke Chen untuk mencari wanita idealnya waktu itu, untungnya Mei Xing sigap menghentikannya dan cepat-cepat menyeretnya menjauh sambil menegurnya untuk tidak bicara sembarangan di hadapan orang.


Shi Yi akhirnya diundang ke perjamuan keluarga. Tong Jia Ren juga turut hadir karena mereka belum tahu kalau dia dan Wen Chuan sudah bercerai. Malah Wen Chuan yang tidak hadir, Jia Ren beralasan kalau Wen Chuan lagi mancing.

Malam harinya, Shi Yi ketiduran di sofa saking lamanya menunggu Chen. Saat Chen akhirnya datang, dia langsung membopong Shi Yi ke ranjang. Tapi saat Shi Yi terbangun keesokan harinya, Chen sudah pergi lagi.

Lian Sui datang tak lama kemudian membawakan sarapan. Lian Sui sepertinya benar-benar suka banget sama Shi Yi, sarapan yang dibawanya kali ini spesial, akar bunga teratai yang butuh waktu berbulan-bulan untuk tumbuh. Dia bahkan tak pernah memasakkan makanan ini untuk Nyonya Zhou. 

Shi Yi tahu banget kalau teratai memang butuh waktu berbulan-bulan untuk tumbuh mulai tunas sampai akar. Dulu waktu belajar melukis teratai, dia sengaja menanam dua pot, dia melukis beberapa kali sesuai periode masa tumbuh teratainya sehingga dia butuh waktu beberapa tahun untuk menyelesaikan semua lukisannya.

Lian Sui makin suka sama Shi Yi saat Shi Yi menyukai masakannya, bahkan minta diajari memasak. Lian Sui dengan senang hati akan mengajarinya, tapi Shi Yi sebaiknya mengikuti festival hantu dulu hari ini. Biasanya di sini ada tradisi melepaskan lentera air.


Karena Nenek mau pulang ke rumahnya sendiri, Chen pun pergi mengantarkan Nenek, sementara Shi Yi tetap di rumah untuk melepaskan lentera air bersama Wen Xing nanti malam.

Dari percakapan Nyonya Zhou dan Mei Xing, sebenarnya kesehatan Wen Xing belakangan ini semakin memburuk. Alasan inilah yang membuat Nyonya Zhou memulangkan Nenek karena tak ingin membuat Nenek mencemaskan Wen Xing.

Begitu Chen kembali, semua orang berkumpul untuk membicarakan masalah Wen Xing. Dokter menyarankan agar mereka segera melakukan operasi transplantasi jantung, hanya saja, mereka harus menunggu donor yang cocok.


Tanpa menyadari semua orang yang mencemaskannya, Wen Xing membawa Shi Yi naik perahu untuk melepaskan lentera air ke sungai lalu berdoa pada arwah para leluhur untuk kesejahteraan kakak dan kakak iparnya dan juga Mei Xing.

Dia memberitahu Shi Yi bahwa ibunya mengajarinya untuk melepaskan lentera air pada festival hantu dan berdoa pada leluhur untuk memberkati keluarga mereka.

"Kelak, aku juga akan memberkati kalian." Renung Wen Xing sedih, seolah dia tahu kematiannya sudah dekat. Dia bahkan memberitahu Shi Yi untuk tidak perlu mengunjungi makamnya setiap tahun jika dia mati nanti, dia hanya ingin selalu diingat dalam hati.

Shi Yi sontak mengomelinya untuk tidak membicarakan sesuatu yang bikin sial dan mengingatkan Wen Xing bahwa dia memiliki banyak orang yang menyayanginya, jadi seharusnya dia bertahan demi mereka.


Tiba-tiba Shi Yi menyadari kalau tangan Wen Xing sangat dingin, dia jadi cemas dan langsung mengajaknya pulang. Tapi saat dia membantu Wen Xing berdiri, Wen Xing tiba-tiba pusing dan oleng yang otomatis membuat Shi Yi juga oleng, namun entah bagaimana dia tiba-tiba terjatuh ke air.

Wen Xing sontak panik meminta paman pendayung perahu untuk menolong Shi Yi, tapi paman pendayung perahu malah berkata kalau dia tidak bisa berenang. Panik dan tak tahu harus bagaimana, Wen Xing akhirnya nekat terjun sendiri ke sungai tanpa memedulikan dirinya sendiri. Untungnya Lin Fei dan Lian Sui kebetulan lewat saat itu dan langsung bergegas menolong mereka. Tak lama kemudian, Paman Lin terburu-buru memberitahu Chen tentang kecelakaannya Shi Yi.

Bukan hanya Shi Yi yang pingsan, Wen Xing juga demam tinggi gara-gara kejadian itu. Tapi Mei Xing sengaja menyuruh yang lain untuk merahasikan kondisinya Wen Xing dari Chen agar Chen tidak semakin khawatir.

Semalaman dan seharian Chen setia menunggui Shi Yi, dia begitu khawatir dan sedih hingga dia tidak tidur semalaman dan tidak menyentuh makanannya sama sekali. Lian Sui yang khawatir, langsung memberitahukan hal ini ke Paman Lin.

Paman Lin-lah yang akhirnya berhasil membujuk Chen untuk makan. Bagaimana pun, hidup mereka masih panjang, akan ada berbagai masalah sepanjang hidup mereka, tidak boleh tidak makan dan tidak minum setiap kali memiliki masalah. Orang yang menikah, setara dengan menjalani hidup pasangannya juga.

Dalam tidurnya, Shi Yi bermimpi bertemu dengan Cui Shi Yi, saat dirinya menarasikan kisah cinta tragis Pangeran Nanchen dan Cui Shi Yi, dan saat dia menarasikan tulisan puisi Shanglin Fu yang tak pernah terselesaikan di tembok kediaman Pangeran Nanchen.

Tak lama kemudian, Shi Yi akhirnya siuman dan kata pertama yang diucapkannya, "Zhousheng Chen."

Chen begitu terharu dan bahagia, dan langsung menyuruh Lian Sui untuk menyiapkan makanan untuk Shi Yi. Lian Sui pun senang dan langsung semangat ke dapur untuk mengambilkan makanan.

Sekarang karena Shi Yi sudah selamat, Chen langsung menyela pertemuan keluarga untuk menuntut bicara berdua dengan Wen Chuan karena dia curiga Wen Chuan ada hubungan dengan jatuhnya Shi Yi ke sungai. 

Wen Chuan menyangkal keras. Lagipula kalau dia berniat mencelakai Shi Yi, maka tidak mungkin dia akan melakukannya di sungai itu karena kedalaman sungai itu bahkan tidak lebih dari dua meter.


Berbeda dengan Chen, Mei Xing justru meyakini kalau kejadian kali ini benar-benar murni kecelakaan. Semua pelayan di rumah ini juga sudah diganti sama orang-orang kepercayaan Paman Lin dan Paman Chen, jadi seharusnya tidak ada masalah.

Setelah kondisi Wen Xing cukup membaik, dia langsung meminta Chen untuk membawanya menemui Shi Yi. Dia benar-benar merasa bersalah dan langsung menangis penuh penyesalan pada Shi Yi. 

Shi Yi sama sekali tak marah padanya, malah dia lebih merasa bersalah dan mengkhawatirkan Wen Xing yang harus terjun ke air untuk menyelamatkannya. 


Kondisi Shi Yi belum stabil, sekarang Nenek yang sakit. Chen pun menitipkan Shi Yi ke Lin Fei lalu bergegas pergi menemui Nenek dan menjaganya sampai Nenek tertidur.

Nyonya Zhou juga ada di sana, merasa bersalah sekaligus berterima kasih atas perhatian dan kepedulian Chen pada ibunya. Chen pun memanfaatkan momen itu untuk meminta Nyonya Zhou untuk menerima dan memperlakukan Shi Yi dengan baik. 

Dia berusaha meyakinkan Nyonya Zhou bahwa yang Shi Yi inginkan hanya bergaul dengan semua orang di keluarga mereka dengan baik. Tapi Nyonya Zhou malah cuma diam saja.

Chen baru kembali saat Lian Sui datang membawakan bubur untuk Shi Yi sambil melapor bahwa Shi Yi tidak nafsu makan. Tidak masalah! Chen tahu betul cara mudah mengatasinya, seperti sebelumnya saja, tinggal menambahkan sedikit gula ke dalam bubur. Ditambah sang suami tercinta sendiri yang menyuapinya, nafsu makan Shi Yi langsung meningkat.

Chen memberitahu bahwa semalam dia pergi menjenguk Nenek, lalu memberi Shi Yi sebuah liontin giok keselamatan. Dia penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada malam kejadian itu.

"Perahu akan balik arah, Wen Xing berdiri tidak stabil. Aku ingin memakannya tapi malah tak sengaja terjatuh. Mungkin tempatku berdiri juga tidak bagus, pijakannya tidak rata, makanya aku terjatuh."

Hmm, jadi benar-benar murni hanya kecelakaan? Chen akhirnya tak mempermasalahkannya lagi dan kembali menyuapi Shi Yi. Tapi Shi Yi sudah tidak mau makan lagi dan membujuk Chen untuk menemaninya tidur saja. Dia khawatir, Lian Sui bilang kalau Chen belum tidur selama dua hari ini, Chen pasti sangat kelelahan.

Sepertinya dia memang sangat kelelahan, dia tidur mulai dari pagi sampai malam. Shi Yi ingin menjenguk Nenek, tapi Chen harus memperingatkannya untuk mempersiapkan mentalnya dulu karena Nenek mungkin tidak akan ingat lagi sama dia.

Nyonya Zhou hendak pergi saat Shi Yi dan Chen datang keesokan harinya. Hari ini dia baik dan ramah sekali saat menyapa Shi Yi, entah baik beneran atau cuma akting. Jia Ren dan Wen Chuan juga ada di sana.

Nenek sedang antusias memegangi perutnya Jia Ren, mengira kalau Jia Ren sedang hamil sekarang. Dan memang dugaan Chen benar, Nenek sudah tidak mengenali Shi Yi lagi. Tapi sama seperti sebelumnya, Nenek langsung suka sama Shi Yi dan ingin memberikan gelang rosario yang disimpannya untuk cucu menantu sulungnya. Shi Yi dan Chen sampai harus mengingatkannya bahwa ia sudah memberikan gelang rosario itu pada Shi Yi sebelumnya.

Tapi saat mengalihkan perhatiannya ke dua cucunya, Nenek bisa merasakan ada yang tidak beres dengan hubungan Chen dan Wen Chuan biarpun mereka berakting seolah mereka baik-baik saja. 

Maka Nenek pun memberi mereka nasehat agar mereka selalu akur dan tidak bertengkar hanya demi materi. Demi menenangkan Nenek, Wen Chuan dan Chen berbohong bahwa hubungan mereka baik-baik saja.

Keesokan harinya, Nyonya Zhou tiba-tiba berbaik hati mengundang Chen dan Shi Yi minum teh bersamanya. Hmm, terlalu mendadak, kesannya aneh sekali. Chen dan Shi Yi benar-benar keheranan.

Dan benar saja. Nyonya Zhou memang tidak mendadak menerima dan menyukai Shi Yi. Dia cuma pura-pura baik. Terlebih dulu dia menginterogasi Shi Yi tentang apa alasannya menyukai Chen dan setuju untuk menikah dengannya padahal waktu itu Shi Yi bahkan belum tahu siapa sebenarnya Chen.

Karena di mata Shi Yi, ada banyak hal tentang Chen yang menarik perhatiannya. Misalnya waktu di Xi'an, Chen mengajaknya bertemu di kuil Qinglong jika hujan mereda. Lalu kemudian Chen mengiriminya informasi tentang jam berapa hujannya reda dan jam pertemuan mereka di kuil Qinglong. 

Hanya dalam satu email, Chen memberikan banyak informasi. Dari situ saja dia bisa mengetahui karakter Chen. Teliti, tulus dan selalu menepati perkataannya. Sisi inilah yang paling dia sukai dari Chen.

Bukan itu saja, email-email mereka yang sebelumnya juga selalu menarik perhatian Shi Yi karena Chen selalu menulis email-nya dengan bahasa baku dan sangat formal. Baru kali ini Shi Yi mengenal seseorang yang begitu tegas sampai terasa sangat imut.

Keimutan Chen inilah yang selalu bisa menghiburnya. Sesibuk apa pun dia seemosi apa pun dia, setiap kali teringat keimutan Chen, kelelahan dan kemarahannya akan menguap seketika.

Chen pernah bilang bahwa tujuannya memilih bidang penelitian ilmiah adalah agar dia bisa membantu banyak orang. Biasanya Shi Yi tidak suka mendengar orang membual. Tapi saat Chen yang mengatakannya, dia bisa merasakan dan percaya kalau ucapannya tulus dan bukan sekedar bualan untuk mendapatkan kesan baik.

 

Semua ucapan Shi Yi itu membuat Nyonya Zhou menyadari bahwa dari segi sifat, mereka memang sangat cocok. Akan tetapi, pandangan Nyonya Zhou tetap belum berubah. Di matanya, Shi Yi tidak cocok dengan keluarga ini.

Latar belakang Shi Yi, biarpun bagus, tapi terlalu sederhana dan terlalu biasa bagi keluarga besar mereka. Jadi mending Shi Yi pulang saja dan kembali ke kehidupannya yang sebelumnya.

Dia bahkan berusaha menakut-nakuti Shi Yi dengan menceritakan kisah kematian ibunya Ren yang mati karena kecelakaan namun banyak yang menduga kalau dialah yang membunuh ibunya Ren.

Intinya, biarpun sebenarnya dia tidak jahat, tapi dia pasti akan selalu berusaha mempersulit dan membuat hidup Shi Yi susah. Keluarga mereka memang serumit ini, Shi Yi tidak akan bisa menanganinya.

Shi Yi dan Chen cuma bisa diam, untungnya mereka terselamatkan berkat kedatangan Wen Xing yang tiba-tiba meminta Shi Yi untuk melukis lagi lukisan teratai yang waktu itu buat disimpan di rumah ini.

seketika itu pula Chen tiba-tiba punya ide lalu menyatakan bahwa dialah yang akan melukisnya. Dan dia benar-benar melukis teratai yang sama persis seperti lukisannya Shi Yi yang dulu.

Dia juga menambahkan sebaris puisi: Melihat teratai tetap bersih meski keluar dari lumpur, baru mengetahui bahwa hati seseorang yang lapang.

Tapi Nyonya Chen keukeuh menilai bahwa lukisannya Chen terasa berbeda dari lukisannya Shi Yi. Lukisannya Chen adalah teratai di awal musim panas yang baru tumbuh dan terasa romantis. Sedangkan lukisannya Shi Yi adalah teratai di akhir musim panas yang sepi.

"Kakak Pertama adalah teratai yang tumbuh pertama, menunggu sesamanya mekar dengan antusias. Bukankah itu artinya dia sedang menunggu kakak ipar?" Komentar Wen Xing.


Biarpun berusaha menjelek-jelekkan lukisannya Shi Yi, sebenarnya Nyonya Zhou sadar betul apa tujuan Chen membuat salinan lukisan yang sama persis dengan lukisannya Shi Yi. Chen ingin memberitahu mereka bahwa dia peduli pada Shi Yi, peduli dari lubuk hatinya. Sedangkan puisinya adalah peringatan bagi dirinya sendiri untuk selalu mempertahankan hatinya sendiri dan tidak ternodai oleh hal-hal duniawi.

Sekarang Shi Yi semakin menyadari kalau dia tidak cocok dengan keluarga Chen. Sama, Chen juga tidak merasa cocok dengan keluarganya sendiri. Sejak kecil dia hidup di lingkungan seperti ini, dia tidak suka dan tidak terbiasa tapi juga tidak bisa membebaskan diri. Hubungan darah memang tidak bisa dilepaskan.

Shi Yi penasaran apakah Chen menyesal pulang, dia perhatikan kalau keluarganya sepertinya tidak menginginkannya pulang. Tentu saja tidak menyesal. Tak peduli berapa banyak hal yang ingin mereka lakukan, mereka tetap harus melindungi bumi pertiwi mereka agar menjadi kuat.

Shi Yi mengerti. Dalam hati Chen terkandung banyak hal, Shi Yi cukup menempati bagian kecilnya saja. Namun harus keseluruhan dari bagian cinta.

Keesokan harinya, Shi Yi secara khusus meminta Lin Fei untuk membuatkan tonik herbal untuk Chen untuk menambah nutrisinya, soalnya belakangan ini Chen sering bergadang, resepnya dia cari khusus di internet loh.

Chen tak suka sebenarnya, tapi juga tak enak menolak kebaikan Shi Yi. Terpaksalah akhirnya dia harus tetap meminumnya. Pahit banget! Tapi karena tidak sampai hati sama Shi Yi, terpaksa dia pasang senyum lebar, pura-pura seolah herbal itu enak.

Malam harinya, Chen heran memperhatikan Shi Yi yang ters menerus bergerak-gerak gelisah, pura-pura sedang baca buku tapi terus menerus pindah kursi hingga akhirnya dia pindah duduk di samping Chen. Dia kenapa sih?

Menyadari suaminya ternyata memperhatikannya sedari tadi, Shi Yi tiba-tiba menggodanya dan langsung mendorongnya rebahan di sofa dan menciumnya... Tepat saat Lian Sui mendadak muncul. (Wkwkwk! Keganggu terus)

Shi Yi sontak melompat menjauh dengan canggung. Tapi kali ini Lian Sui menyela karena benar-benar ada masalah serius yang membuat Chen harus segera keluar untuk mengecek keadaan. Dan tepat setelah Chen pergi, perutnya Shi Yi tiba-tiba sakit.

Bersambung ke episode 22

Post a Comment

0 Comments