Suatu malam di negeri Nanlu, Penasihat Kerajaan terburu-buru memberitahu Kaisar tentang sebuah ramalan bahwa di negara mereka ini akan lahir seorang pangeran yang akan menjadi bencana bagi negara dan kekuasaan keluarga kerajaan Ji.
Si pangeran pembawa sial itu tidak memiliki indera perasa. Dia bisa menyentuh apapun, tapi tidak bisa merasakan dan membedakan keras, lembut, panas dan dingin. Dia bisa makan dan minum, tapi tidak bisa merasakan dan membedakan berbagai macam rasa. Dia bisa melihat bunga-bunga, tapi tidak bisa mencium dan membedakan berbagai macam aroma.
Satu-satunya solusi adalah si pangeran dan ibu yang melahirkannya harus dimusnahkan. Tapi Kaisar menolak melenyapkan nyawa anaknya sendiri, malah kemudian ia justru membunuh si penasihat kerajaan itu.
Namun sejak itu, beredar rumor bahwa di antara para pangeran di kerajaan mereka, ada seorang monster yang tidak bisa merasakan apapun, seorang iblis penghancur kerajaan.
23 tahun kemudian, kita bertemu dengan Lin Chi, seorang wanita yang sejak kecil sudah dilatih untuk menjadi pencuri dan penipu, dan korban-korbannya adalah para orang kaya. Dia berhasil ditangkap dan dipenjara, namun dengan cerdiknya dia berhasil melarikan diri dengan cara membius penjaga penjara.
Dia lari lewat gerbang depan penjara dan tepat saat itu juga, dia melihat kereta kuda lewat. Dia pikir itu kereta kuda yang dipakai gurunya dan kakak seperguruannya untuk menyelamatkannya, jadi dia langsung saja melompat masuk ke kereta itu.
Namun ternyata dia salah masuk kereta kuda. Gurunya dan kakak seperguruannya justru sedang menunggunya di pintu belakang penjara. Dan yang berada di dalam kereta kuda itu seorang pria muda yang jelas curiga padanya dan langsung mencekiknya.
Tapi anehnya, begitu kulit mereka bersentuhan, pria itu tiba-tiba kaget dan tercengang... Karena ternyata pria itu, Mo Qing Chen, tidak memiliki indera perasa. (Oh, diakah si pangeran yang ditakdirkan tidak bisa merasakan apapun itu? Tapi kenapa marganya Mo, keluarga kerajaan kan marganya Ji?)
Namun anehnya, entah bagaimana, begitu Mo Qing Chen menyentuh kulit Lin Chi, dia tiba-tiba bisa mencium aroma rambut Lin Chi. Penemuan mencengangkan yang baru didapatkannya ini membuat Mo Qing Chen mendadak jadi posesif pada Lin Chi.
Maka dia langsung mematahkan tangan Lin Chi lalu menghantam belakang leher Lin Chi sampai pingsan lalu menyekapnya di dalam kediamannya yang sangat amat besar.
Entah dia pangeran yang ditakdirkan itu atau bukan, tapi jelas dia punya kekuasaan yang sangat besar. Dan kekuasaannya itulah membuatnya jadi bisa mengetahui seluk-beluk hidup Lin Chi hanya dalam waktu semalam.
Dia bahkan menugaskan seorang pelayan wanitanya yang bernama Ling Hua untuk mengurus Lin Chi sekaligus memastikannya tidak bisa melarikan diri. Ling Hua tampak seperti pelayan wanita biasa, tapi jelas dia tidak biasa, tenaganya cukup kuat waktu dia menahan Lin Chi yang berniat mau melarikan diri.
Mereka tidak memberinya penjelasan apapun tentang kenapa mereka menyekapnya. Lin Chi yang kebingungan, jadi berpikir kalau tuan rumah ini pastilah salah satu dari keluarga kaya raya yang pernah jadi korbannya dan menyekapnya di sini untuk balas dendam.
Walaupun dia disekap, dia sebenarnya diperlakukan dengan sangat baik seolah dia nyonya rumah itu, Ling Hua dan para pelayan lain sangat hormat padanya. Tapi tetap saja Lin Chi ketakutan disekap oleh orang asing dan terus berusaha memikirkan cara untuk melarikan diri.
Sayangnya itu tidak mudah. Walaupun dia diizinkan keliling kediaman yang besar dan luas itu, tapi Ling Hua terus membuntutinya dengan ketat. Saat dia melihat ada sebuah pohon besar dan tinggi, Lin Chi langsung memanjat naik untuk melihat-lihat keadaan seluruh kediaman itu, agar bisa membuat rencana yang tepat untuk melarikan diri.
Tapi saking terburu-burunya, kakinya jadi terpeleset dan Lin Chi pun terjatuh dari pohon. Untungnya Qing Chen muncul tepat waktu dan terbang menyelamatkannya dalam posisi yang romantis.
Begitu dia mendarat dengan aman, Lin Chi langsung berusaha memohon pada Qing Chen untuk melepaskannya dan bertanya-tanya apa salahnya sampai dia disekap. Kalau dia memang ada salah, dia meminta kesempatan untuk mengubah dirinya.
Qing Chen tegas melarang Lin Chi mengubah apapun, tapi Qing Chen juga tidak memberinya penjelasan apapun tentang larangannya. Sikapnya benar-benar misterius dan membingungkan. Satu detik dia memutar-mutar Lin Chi dengan agak kasar, tapi detik berikutnya dia tiba-tiba membopong Lin Chi dengan romantis kembali ke kamarnya. Lin Chi jadi semakin kebingungan dan ketakutan.
Gurunya Lin Chi yang rada sableng, santai-santai saja menanggapi hilangnya Lin Chi setelah berhasil kabur dari penjara. Yang penting kan Lin Chi sudah kabur dari penjara, bodo amat dia ada di mana sekarang.
Tapi kakak seperguruannya Lin Chi khawatir dan panik setengah mati, makanya dia kesal banget sama guru mereka itu. Di tengah keputusasaannya mencari Lin Chi, tiba-tiba saja Ling Shu, anak buahnya Mo Qing Chen, muncul mencari Guru lalu membawa Guru ke Pondok Wumo (rumahnya Qing Chen). Mereka membiarkannya makan sesuka hati, memperlakukannya seolah dia ayah mertua yang tengah mengunjungi putrinya di rumah sang suami.
Alih-alih menyelamatkan muridnya, Guru Zhuang malah dengan senang hati menyodorkan muridnya itu ke Qing Chen bak seorang ayah menjual putrinya ke pria kaya, dan menyatakan kalau muridnya ini boleh tinggal di rumah ini seumur hidup asalkan dia diperbolehkan datang lagi kemari kapan-kapan. Qing Chen diam saja, tapi Ling Shu langsung mewakili Qing Chen menyetujui permintaan Guru Zhuang.
Lin Chi jelas tidak terima begitu saja. Dia berusaha mewek heboh untuk menarik simpati Guru Zhuang sambil memberitahu kalau Mo Qing Chen tuh aneh banget, suka sekali menyentuhnya.
Guru Zhuang kaget mendengarnya... Tapi ujung-ujungnya malah menyarankan Lin Chi untuk menikah saja sama pria kaya itu biar bisa dapat warisan banyak. Pfft! Lin Chi kesal.
Terpaksalah Lin Chi harus tetap tinggal di sana, duduk di sisi Qing Chen dengan patuh bak seorang istri menemani suaminya, dan kebingungan menghadapi Qing Chen yang selalu menyentuhnya sambil menyuruhnya melakukan hal-hal remeh seperti mencium aroma teh lalu meminum tehnya.
Dia sama sekali tidak tahu kalau Qing Chen melakukan itu karena Qing Chen bisa mencium aroma dan mengecap rasa hanya jika dia menyentuh kulit Lin Chi. Pertama kalinya dalam hidupnya dia mengetahui seperti apa aroma teh dan bahwa rasa teh pemberian Kaisar itu ternyata pahit.
Seumur hidupnya dia selalu minum teh tanpa bisa mengetahui rasanya seperti apa. Ling Hua senang banget menyadari tuannya akhirnya bisa merasakan rasa. Tapi Qing Chen sontak menyuruhnya diam di hadapan Lin Chi.
Apa yang dirasakan oleh Lin Chi, Qing Chen juga bisa merasakannya seolah mereka satu tubuh, tapi hanya jika dia menyentuh kulit Lin Chi.
Usai merasakan teh, dia langsung membawa Lin Chi ke tengah hujan salju dan membiarkan Lin Qi kedinginan pakai baju tipis biar dirinya juga bisa merasakan seperti apa rasanya dingin.
Untungnya dia tidak cukup kejam untuk membiarkan Lin Chi mati kedinginan. Begitu menyadari Lin Chi gemetaran karena kedinginan, dia langsung merangkul Lin Chi dan menyelimuti Lin Chi dengan mantel bulunya sambil menggenggam tangan Lin Chi.
Dan jelas saja aksinya yang terkesan romantis itu membuat Lin Chi jadi gugup padahal sebenarnya dia sama sekali tidak ada niatan romantis, murni hanya karena dia ingin bisa merasakan dingin melalui sentuhannya dengan Lin Chi.
Lin Chi berusaha melepaskan diri, tapi Qing Chen langsung mengeratkan rangkulannya dan melarangnya bergerak. "Kalau kau kedinginan, aku juga akan merasa kedinginan." (Pfft! Kalimatnya romantis sekali, berpotensi bikin cewek salah paham padahal tidak ada maksud romantis sama sekali)
Lin Chi jadi tambah bingung apa maksudnya dan memutuskan kalau pria ini pasti punya penyakit gila. Dia harus menjauh. Tapi karena Qing Chen tak mau melepaskannya juga, Lin Chi terpaksa beralasan kalau dia kebelet, baru Qing Chen melepaskannya.
Baru sehari saja, Lin Chi serasa mau gila. Bertekad keluar dari rumah ini secepatnya, Lin Chi mendadak punya ide untuk menyandera Ling Hua pakai gunting, tapi dia tidak sadar siapa yang dia remehkan.
Tidak ada seorang pun yang takut padanya. Malah saat Lin Chi ganti mengarahkan gunting itu ke lehernya sendiri, Ling Hua dengan santainya menarik gunting itu kembali ke lehernya saja biar Lin Chi tidak terluka.
Qing Chen bahkan dengan santainya menyentil sebiji kacang tanah padanya dan sukses melucuti guntingnya semudah itu, tapi dalam prosesnya membuat gunting itu menggores tangannya sampai berdarah. Yah, gagal lagi deh rencana kaburnya Lin Chi.
Qing Chen tidak bisa tidur malam itu. Dia hampir mau pakai selimut, tapi sedetik kemudian dia sadar kalau dia tidak butuh selimut karena dia tidak bisa merasakan panas atau dingin. Tapi dia ingin merasakan seperti apa rasa hangat.
Maka malam itu juga, Qing Chen masuk ke kamar Lin Chi tanpa permisi yang jelas saja membuat Lin Chi ketakutan, mengira dirinya mau diapa-apain sama Qing Chen, apalagi Qing Chen langsung melepaskan baju luarnya dan membuka sedikit baju dalamnya, memperlihatkan sedikit dadanya yang jelas saja membuat Lin Chi ketakutan bukan main.
Tak sengaja saat Lin Chi berusaha menjauh darinya, dia menarik sejumput rambutnya Qing Chen sampai lepas dari kulit kepalanya. Tapi Qing Chen sama sekali tidak merasakannya sakitnya, jadi dia tidak tahu kalau rambutnya terlepas.
Dia fokus melaksanakan misinya untuk menyentuh Lin Chi, dan berbaring sambil mencengkeram erat tangannya. Lin Chi melihat dadanya tampak cukup banyak bekas luka. Qing Chen berkata bahwa bekas-bekas luka itu karena dulu dia tidak berhati-hati waktu masih kecil.
Gugup, Lin Chi berusaha melepaskan diri, tapi Qing Chen langsung mengancam akan mematahkan tangannya lagi. Dan sedetik kemudian, Lin Chi langsung memejamkan mata dengan patuh. Hehe.
Tapi dia tak nyaman dan langsung memutar badannya dengan harapan bisa terlepas dari Qing Chen. Tapi Qing Chen malah menyesuaikan gerakannya hingga berakhir memeluknya dari belakang bak sepasang suami-istri tidur mesra.
Lin Chi jelas bingung dan gugup. "Ti-tidur seperti ini?"
Qing Chen malah menjawabnya dengan mendorong kepala Lin Chi kembali ke bantal dan menyuruhnya diam saja. Dan setelah beberapa lama, akhirnya Qing Chen bisa merasakan kehangatan lalu bergumam. "Memang hangat." Dan baru setelah itu, dia bisa tidur nyenyak.
Jelas semua ini sangat aneh bagi Lin Chi. Apa maksudnya hangat? Seketika itu pula dia mulai teringat kembali dan mengumpulkan segala keanehan Qing Chen sejak mereka pertama kali bertemu di dalam kereta kuda dan selama seharian ini yang selalu berhubungan dengan merasakan rasa atau aroma setiap kali Qing Chen menyentuhnya... hingga akhirnya dia mulai paham bahwa Qing Chen bisa merasakan rasa, aroma, dan lain sebagainya melalui dirinya.
Mo Qing Chen ternyata... "Monster yang tidak punya indera perasa."
Hanya satu orang yang benar-benar peduli dan khawatir dengan nasib Lin Chi di tangan Mo Qing Chen, yaitu kakak seperguruannya - Qiu Wan.
Maka demi menyelamatkan adik seperguruannya itu, Qiu Wan sengaja menangkap Guru Zhuang, membungkusnya di dalam karung lalu membawanya ke Du Ruo - seorang kepala petugas keamanan, dialah orang yang menangkap dan memenjarakan Lin Chi padahal sebenarnya dia juga muridnya Guru Zhuang.
Qiu Wan dengan senang hati mengorbankan Guru Zhuang untuk dipenjarakan sama Du Ruo asalkan Du Ruo bisa membantunya mengeluarkan dan menyelamatkan Lin Chi dari Pondok Wumo.
Saat Du Ruo menolak membantunya, Qiu Wan sengaja mengingatkan bahwa Lin Chi adalah buronan yang harus Du Ruo tangkap kembali. Dia bahkan mengancam akan membuat pertunjukkan seru dan menuduh Du Ruo mau melecehkannya jika Du Ruo menolak membantunya.
Akhirnya Du Ruo menyetujui permintaannya dan pergi ke Pondok Wumo itu. Lokasinya berada di pinggiran kota yang sangat sepi, tapi rumahnya sangat mewah dan megah. Jelas saja para anak buahnya Du Ruo curiga kalau pemilik rumah besar ini pasti memiliki bisnis gelap.
Mereka langsung saja menggedor-gedor gerbang rumah itu sambil teriak-teriak mengabarkan siapa mereka dan maksud kedatangan mereka yang curiga kalau rumah ini menyembunyikan seorang buronan.
Mereka tidak tahu kalau waktu itu Lin Chi sebenarnya hendak melarikan diri. Suasana di dalam rumah sedang sangat sepi, Ling Hua juga tidak kelihatan sehingga dia mengira kalau dia punya kesempatan untuk melarikan diri, tapi malah mendengar para petugas keamanaan menggedor-gedor gerbang.
Lin Chi takut ditangkap dan dipenjara lagi. Akhirnya terpaksa dia meminta perlindungan Qing Chen dan setuju untuk tetap tinggal di sini sebagai gantinya.
Tak lama kemudian, Ling Shu-lah yang keluar menemui Du Ruo dan mengusirnya, mengklaim bahwa di kediaman mereka tidak ada buronan. Du Ruo langsung memperlihatkan lencana kepala petugas keamanannya.
Tapi bahkan sebelum dia selesai bicara, Ling Shu dengan angkuhnya balas menyodorkan lencana milik tuannya yang jelas memiliki kekuatan lebih besar daripada lencananya Du Ruo, sebuah pelat amnesti pemberian Kaisar.
Tidak ada pejabat manapun yang diperbolehkan menggeledah pondok ini karena pondok ini adalah pondok pemberian Kaisar. Memaksa masuk, sama saja cari mati. Tak berdaya, Du Ruo akhirnya pergi dengan tangan kosong.
Kekuatan mereka untuk mengusir Du Ruo semudah itu, jelas membuat Lin Chi jadi semakin penasaran akan identitas Qing Chen, siapa dia sebenarnya? Maka saat itu juga, Lin Chi tiba-tiba memutuskan untuk blak-blakan mengonfrontasi Qing Chen.
"Kau... tidak bisa merasakan apa-apa, kan?"
Bersambung ke episode 2
Nonton drama ini feel-nya persis banget kayak nonton The Eternal Love season 1. Drama kolosal fantasy dengan cerita yang unik dan banyak komedi. Akting pemainnya juga bagus. Sejauh ini aku suka ceritanya. Semoga aja ke depannya juga sebagus The Eternal Love.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam