Sinopsis Forever and Ever Episode 6

Mei Lin terburu-buru mengejar mereka saking antusiasnya ingin kenalan sama Chen dan nyerocos memberitahu Chen tentang betapa antusiasnya Shi Yi setiap kali ngomongin tentang Chen. 

Makanya dia penasaran banget ingin melihat pria seperti apa yang berhasil menaklukkan hati gadis cantiknya ini. Dan ternyata Chen memang tidak mengecewakan. Mei Lin langsung pamit setelah itu dan pergi.

Ucapan Mei Lin tadi membuat Chen teringat pertanyaan Nyonya Zhou kemarin yang menanyakan alasannya bertunangan dengan Shi Yi. Dia pun memberitahu Shi Yi bahwa dia bilang ke Nyonya Zhou bahwa alasannya adalah karena hanya Shi Yi yang paling cocok untuknya.

 

Tapi setibanya di tempat parkir, Shi Yi malah tak melihat keberadaan Paman Lin. Chen berbohong kalau Paman Lin lagi mogok kerja, capek bolak-balik nganterin dia terus. Shi Yi jelas meragukan kemampuan menyetirnya Chen dan jadi khawatir karenanya.

Tapi Chen meyakinkan kalau dia benar-benar bisa menyetir, dia bahkan punya SIM dan langsung menyerahkan SIM-nya ke Shi Yi. Tapi yang paling menarik perhatiannya adalah fotonya Chen yang kelihatan muda banget di foto itu.

"Apa sekarang aku terlihat sangat tua?" Heran Chen.

"Sekarang lebih dewasa. Yang di foto ini terlihat lebih muda, seperti siswa." Ucap Shi Yi menegaskan maksudnya.

"Kalau kau terus menatapnya seperti ini, aku benar-benar akan berpikir kalau aku sudah tua." Protes Chen.

Shi Yi akhirnya mengembalikan SIM itu. Tapi yang tak disangkanya, Chen mau membawanya untuk membuat baju lagi. Soalnya Shi Yi cantik banget memakai gaun ini, dia jadi ingin membuatkan gaun lagi untuknya. Bukan berarti gaun yang Shi Yi pakai ini tidak bagus, bagus banget malah. Makanya dia ingin Shi Yi memakai gaun baru untuk pertunangan mereka nanti. 

Tapi karena perjalanannya nanti agak panjang, jadi dia membawakan Shi Yi sebungkus snack coklat kesukaannya. Itu pemberian neneknya sudah sudah tua, makanya ingatannya juga kurang bagus dan kadang masih menganggapnya masih anak-anak, makanya neneknya suka memberinya jajanan anak kecil.

Mendengar itu, Shi Yi akhirnya mencoba memakan snack itu lalu menyuapkan sebiji ke Chen yang kontan saja membuat jarinya bersentuhan dengan bibirnya Chen dan sentuhan itu otomatis membuat mereka berdua jadi tegang. Tangan Chen bahkan sampai gemetaran saat memegang setir.


Suasana jadi panas, Chen tanya apakah Shi Yi mau menyalakan AC atau membuka jendela saja. Shi Yi lebih memilih buka jendela, maka Chen pun langsung mendekat ke Shi Yi untuk membuka jendela mobil itu yang terang saja membuat mereka jadi semakin tegang akan kedekatan mereka. 

Hmm, dia lupa atau memang tidak tahu kalau di bagian driver ada tombol untuk membuka jendela? Shi Yi sampai bingung juga kenapa Chen malah menekan tombol di pintu alih-alih yang ada di bagian driver.

Baru saat mereka tiba di butik, Shi Yi sadar kalau Chen bohong tentang Paman Lin yang katanya mogok kerja. Nyatanya dia sudah menunggu mereka di sana sambil memprotes mereka yang lama banget datangnya.

Butik bergaya tradisional itu milik keluarga Wang yang telah menggeluti bisnis garmen selama beberapa generasi. Keluarga mereka semuanya adalah penjahit dan mereka juga yang membuatkan gaun hijau turkis yang dipakai Shi Yi ini dan Cheongsam pink yang waktu itu.

Anggota keluarga Wang yang masih muda, terdiri dari dua lelaki dan satu perempuan yang ternyata adalah Wang Man, dia yang paling muda di antara kedua kakaknya. Sedangkan bos utamanya adalah nenek mereka. 

Karena gaun yang Shi Yi pakai itu adalah gaun rancangan kakak keduanya, Wang Man dengan antusias menyatakan bahwa dialah yang akan merancangkan gaun pertunangan Shi Yi.

 

Sambil menemani Shi Yi berkeliling butik itu, Kakak Kedua Wang memberitahu Shi Yi bahwa bisnis garmen keluarga Wang Sudan dimulai sejak akhir zaman Dinasti Qing dan awal era Republik Cina. 

Baju-baju yang mereka buat bukan hanya baju tradisional, melainkan juga baju-baju bergaya barat, tergantung style masing-masing penjahit. Si Kakak Pertama Wang penasaran, kenapa Shi Yi lebih memilih gaun hijau turkis ini.

Karena... Baju hijau turkis adalah baju yang Cui Shi Yi (dirinya di masa lampau) kenakan dalam pertemuan resmi pertamanya sebagai muridnya Pangeran Nanchen. Tapi tentu saja tidak mungkin Shi Yi mengatakan itu sebagai alasannya, bisa-bisa dia bakalan dikira sudah gila, maka dia hanya menjawab bahwa dia menyukai warna hijau turkis.

 

Keesokan harinya saat menjemput Shi Yi, Chen memberinya sebuah hadiah atas award kemarin. Hadiah itu berupa jam tangan yang terbuat dari batu meteorit. Tapi Shi Yi takut kalau ini benda mahal, dia tidak berani pakai kalau harganya mahal. Chen meyakinkan kalau jam ini sama sekali tidak mahal.


Sama seperti malam sebelumnya, usai mengantarkan Shi Yi pulang, Chen tidak langsung pergi, melainkan terus menatap jendela kamar mandinya, dan mendapati waktu mandinya Shi Yi kali ini lebih lama, 38 menit. Berarti waktu mandinya Shi Yi antara 25-38 menit. (Untung ini cuma drama, kalau dunia nyata orang kayak gini rada serem)

Paman Lin heran melihatnya. Apakah gaya pacaran anak muda zaman sekarang tuh suka mengamati dari kejauhan? Chen menjelaskan kalau dia hanya ingin memahami kebiasaan hidupnya Shi Yi. 

Karena bagaimanapun, nantinya mereka akan hidup bersama. Memahami kebiasaan sehari-hari satu sama lain bisa sangat bermanfaat bagi kelangsungan hubungan mereka dan menghindari perselisihan.

"Sebenarnya kau enggan pergi. Daripada cuma ngobrol di sini, lebih baik naik." Saran Paman Lin. 

Tapi Chen memutuskan untuk kembali ke institut penelitiannya dan melanjutkan kerja lemburnya, sebenarnya itu hanya untuk mengalihkan pikirannya saja sih. Saat Shi Yi mengirim chat tak lama kemudian, Chen mengaku bahwa sebenarnya dia sedang gelisah. Karena tadinya dia sebenarnya mau bilang bahwa rumah pernikahan mereka di Shanghai sedang dipersiapkan.

Keesokan paginya saat Shi Yi baru selesai berolahraga, dia malah mendapati Chen sudah menunggunya di depan. Chen ingin sarapan bersama Shi Yi, tapi ternyata Shi Yi sudah makan.

Tapi Shi Yi tetap mengundangnya masuk. Tapi di kulkas tidak ada makanan, cuma ada sekotak sereal. Terpaksa Shi Yi cuma memberinya sarapan semangkok sereal Honey Stars yang biasanya ditujukan buat anak-anak. Dia bahkan menyodorkan sisa sekotaknya biar Chen bisa nambah kalau dia suka.

Tapi saat Chen mulai makan, Shi Yi memperhatikan wajahnya agak pucat. Cemas, Shi Yi langsung menempelkan tangannya ke dahi Chen untuk mengecek suhu tubuhnya dan mendapatinya demam. Sepertinya ini efek lanjutan dari masuk anginnya malam itu.


Chen penasaran apakah Shi Yi mau menyeduhkan obat herbal lagi untuknya. Shi Yi menyangkal, obat herbal yang kemarin hanya untuk meredakan masuk angin, sedangkan Chen sekarang demam jadi harus minum obat pereda panas.

Shi Yi jadi menyesal karena waktu itu malah mengusir Chen, seharusnya malam itu dia membiarkan Chen tidur di sini biar dia keluar keringat dan cepat sembuh. Maka Shi Yi memutuskan untuk menyuruh Chen minum obat pereda demam dan tidur di sini setelah minum obat. Dia bahkan langsung merapikan kasurnya saat itu juga tanpa memberi kesempatan pada Chen untuk bicara.

 

Mei Xing baru selesai membicarakan urusan bisnis dengan para rekannya saat dia melihat Lin Fei bersama beberapa pelayan sedang memindahkan ranjang lamanya Chen untuk diganti yang baru. Mei Xing langsung geli mengomentari sahabatnya yang pura-pura sok polos itu.

"Kenapa, dasar jomblo? Kau iri sama kakakku?" Ledek Wen Xing.

"Kau tahu aku iri, tapi masih menusuk hatiku. Sekarang hanya dia yang kau akui sebagai kakak, tidak mengakuiku lagi?" Protes Mei Xing. (Dia beneran tidak tahu kalau Wen Xing suka sama dia?)

"Mana mungkin tidak mengakuimu? Begitu aku dengar kau kembali, aku langsung datang ke sini. Kakakku akan segera menikah, kau masih belum ingin menetapkan hatimu?"

"Masih belum menemukan seseorang yang bisa menetapkan hatiku."

"Jadi kau suka wanita yang seperti apa?" Tanya Wen Xing. Tapi Mei Xing malah diam saja menolak menjawabnya, mengklaim kalau dia hanya suka bekerja.

Tak lama setelah Chen tertidur, Paman Lin datang membawakan baju ganti untuk Chen. Chen memang sangat cermat dalam segala hal, dia tahu begitu bangun tidur nanti, dia akan berkeringat dan butuh baju ganti.

Selama Chen tidur, Shi Yi menghabiskan waktunya nonton drama. Saat Chen keluar tak lama kemudian, dia sudah selesai mandi dengan rambut yang masih basah dan terpana melihat Shi Yi pakai kacamata.

Tapi dia juga memperingatkan Shi Yi untuk berhati-hati saat memakai kuteks karena itu mengandung bahan kimia yang berbahaya jika terlalu sering dihirup. Shi Yi mengaku kalau dia memang tidak tahu bahan kimia apa yang dia maksud, tapi dia bisa tahu kalau itu tidak bagus untuk kesehatan dari baunya yang memang terlalu menyengat, makanya selama ini kalau pakai kuteks, biasanya dia pakainya di balkon.


Shi Yi penasaran kenapa Chen ingin menjadi seorang peneliti. Chen mengaku karena dia ingin membantu banyak orang, seperti yang dilakukan adik perempuannya, Zhou Wen Xing. Adiknya itu sebenarnya menderita penyakit jantung sejak lahir karena kekurangan suplai darah. Namun dia tetap bertekad belajar kedokteran karena ingin membantu banyak orang. Sayangnya, dia harus putus sekolah di tengah jalan gara-gara penyakitnya itu.

Chen mengaku bahwa selama seminggu ini dia akan tinggal di Shanghai. Dia akan bekerja di laboratorium Shanghai mengerjakan proyek baru dan akan tinggal di asrama institut penelitian untuk sementara waktu.

Chen tiba-tiba berinisiatif mengajak Shi Yi untuk melihat-lihat institut penelitiannya di Shanghai. Shi Yi tentu saja mau dan langsung semangat ganti baju. Sayangnya, pertemuan mereka terpaksa harus diakhiri dengan cepat saat Chen mendapat telepon dari Mei Xing yang mengabarkan adanya masalah di pabrik dan menyuruh Chen untuk segera kembali ke Zhenjiang.

Chen benar-benar tak enak sama Shi Yi, padahal dia masih mau membawa Shi Yi melihat rumah pernikahan mereka. Tapi untungnya Shi Yi sangat pengertian dan tidak mempermasalahkan apapun.

Pabrik itu tengah dilanda masalah karena ada orang yang melaporkan bahwa air limbah pabrik itu melebihi standar. Dan karenanya, pabrik itu sekarang terancam ditutup, makanya para karyawan ribut berdemo. Chen diminta datang karena keluarga Zhou adalah pemegang saham terbesar pabrik itu.

Chen berusaha tetap tenang menghadapi situasi ini dan meyakinkan mereka semua bahwa yang harus mereka lakukan sekarang adalah membuktikan diri bahwa mereka tidak bersalah.

Namun yang tak disangkanya, para karyawan itu malah mengaku bahwa sebenarnya mereka memang bersalah karena tahun lalu mereka mendapat perintah untuk membongkar belasan tong pewarna yang melebihi izin pembuangan limbah, bahkan masih banyak yang belum mereka buka. (Berarti ada yang sengaja mau membuat pabrik itu ditutup?)

Mendengar itu, Chen menolak menyelesaikan masalah ini lewat jalan belakang dan keukeuh untuk menyelesaikan masalah ini sesuai prosedur. Jadi pabrik harus ditutup sementara waktu untuk perbaikan.

Bersambung ke episode 7

Post a Comment

0 Comments