Xia Chu bergegas mendatangi Mu Ze ke waduk dan berusaha untuk menyuruhnya istirahat biarpun cuma 5 menit. Tapi Mu Ze keras kepala menolak. Lagipula ini tubuhnya sendiri, dia yang paling tahu kondisi tubuhnya sendiri dan dia yakin kalau dia baik-baik saja.
Xia Chu terus ngotot dan jadilah mereka ribut heboh hingga Mu Ze tidak tahan lagi dan langsung menggotongnya pergi. Tapi Brigadir mendadak muncul saat itu dan langsung meneriaki Mu Ze. Bahkan di hadapan Brigadir, mereka masih saja ribut sampai Brigadir harus membentak mereka berdua.
Tiba-tiba ada tentara yang pingsan dan demam tinggi. Tidak cuma satu tentara itu saja, malah beberaa tentara lain juga ambruk dengan gejala yang sama. Demam tinggi, flu, sakit tenggorokan, batuk dan juga diare.
Xia Chu jadi curiga kalau mereka tertular wabah virus. Maka dia langsung memberi perintah untuk melakukan isolasi. Jadilah para tentara sibuk melakukan desinfeksi ada semua tenda, sementara para dokter merawat para pasien.
Hujan akhirnya berhenti keesokan harinya. Xia Chu keluar dari tendanya dan mendapati Mu Ze seorang diri menyelimuti para anak buahnya yang ketiduran di berbagai tempat saking capeknya.
Xia Chu kagum juga padanya. Jadilah mereka berdua duduk bersama mengawasi semua tentara yang ketiduran itu. Mu Ze penasaran apakah para tentara yang diisolasi itu bisa sembuh.
Dia jelas khawatir. Satu-satunya yang dia harapkan adalah membawa pulang semua tentara ini dalam keadaan utuh, mengembalikan mereka pada keluarga mereka masing-masing dalam keadaan hidup dan sehat. Dia benar-benar tidak tahan melihat air mata keluarga militer, terutama jika teringat betapa sedihnya Meng Zheng saat suaminya meninggal dunia dulu.
Seandainya dia bisa memilih, lebih baik dia saja yang terkubur di makam itu. Xia Chu mulai mengerti kenapa Mu Ze begitu histeris saat Tian Yong tertembak di Isaiah waktu itu.
Mu Ze menegaskan bahwa sikapnya waktu itu bukan cuma karena Tian Yong terluka, tapi juga karena dia kesal sama Xia Chu dan kecerobohannya. Mengambil pistol para perampok itu sama saja bunuh diri.
Kalau saja waktu itu dia tidak berpikir panjang, mungkin dia akan salah paham mengira Xia Chu juga anggota para penjahat itu dan langsung menembak Xia Chu. Dan mungkin saja karir militernya akan hancur. Dan gara-gara insiden itu, peringkat satunya di sekolah pemburu Isaiah, jadi turun ke peringkat dua.
Xia Chu jadi merasa bersalah mendengarnya. Maaf. Tapi Mu Ze tak mempermasalahkannya. Toh dia percaya diri kalau dia akan bisa mendapatkan kembali peringkat satunya. Bagaimana dengan Xia Chu, ala dia takut?
Xia Chu bercerita bahwa pada tahun 2003, ibunya dulu adalah seorang kepala perawat di rumah sakit terbaik di kota mereka. Namun suatu hari saat tengah merawat pasien SARS, ibunya tertular.
Meski kemudian ia sembuh, tapi tubuhnya sudah tidak sebaik dulu lagi sehingga terpaksa ia harus mengundurkan diri. Xia Chu belajar kedokteran karena terpengaruh oleh ibunya. Beliau sempat menentang, sampai saat surat penerimaannya datang.
"Dia melihatnya cukup lama, lalu berkata padaku, 'Nak, kau tidak punya jalan untuk kembali."
Untuk menjadi dokter, mereka harus bisa mengatasi ketakutan mereka. Tapi dibandingkan rasa takutnya, Xia Chu lebih ingin berada di garis depan dan melakukan tugasnya sebagai dokter, dia tidak ingin memiliki penyesalan.
Mu Ze juga sama sepertinya, makanya dia bertekad untuk melaksanakan tugasnya sampai akhir menjaga bendungan ini. Xia Chu tak menyerah berusaha meyakinkannya bahwa melaksanakan tanggung jawab tugasnya, bukan berarti dia harus mengorbankan nyawanya. Tidak beristirahat dengan baik, justru bisa menimbulkan lebih banyak masalah.
"Kau takut terjadi sesuatu padaku?"
"Tentu."
"Kenapa?"
Pfft! Xia Chu mendadak membisu tak tahu harus menjawab apa. Mu Ze jadi berharap, tapi Xia Chu tiba-tiba berkata bahwa itu hanya karena dia seorang dokter, dia tidak tahan melihat seseorang merusak tubuhnya sendiri. Mu Ze kecewa.
Tepat saat itu juga, mereka akhirnya melihat Brigadir datang dengan membawa tim medis militer yang memberitahu bahwa vaksinnya sedang dalam perjalanan lalu memuji kerja bagus Xia Chu yang telah melakukan tindakan pencegahan dengan melakukan isolasi pada para pasien. Semua orang langsung sibuk dengan tugas masing-masing untuk menyembuhkan para pasien itu.
Saat Mu Ze istirahat tak lama kemudian, dia galau menatap obat pemberian Xia Chu itu. Tian Yong datang saat itu, melapor bahwa demam Xiao Teng sudah mulai menurun. Tapi waktu dia demam tinggi kemarin, dia berhalusinasi Xia Chu punya sayap bak malaikat dan sekarang dia terus menerus menanyakan keberadaan malaikatnya itu.
Mu Ze lalu bergegas keluar untuk mengantarkan tim medis yang akan kembali ke kota. Tanpa bersuara, Xia Chu meminta Mu Ze untuk berhati-hati, dia akan menunggu Mu Ze pulang. Mu Ze dan para tentara pun mengantarkan kepergian mereka dengan memberikan hormat.
Malam harinya, Mu Ze yang lagi-lagi tidak bisa tidur, memutuskan untuk meminum obat pemberian Xia Chu itu. Tapi baru juga lidahnya mencecap obat itu, Mu Ze langsung memuntahkannya. Aneh! Obat itu rasanya aneh. Lebih anehnya lagi, saat dia mencoba mencampurkannya dengan air, obat itu langsung meleleh, seperti tablet effervescent tapi bukan.
Xia Chu dan Xiao Xiao akhirnya kembali ke rumah sakit yang sudah sangat mereka rindukan. Dokter Zhang muncul saat itu dan langsung memuji Xia Chu atas kesuksesan operasinya. Karena itulah, Dokter Zhang sekarang menyuruh Xia Chu untuk masuk ke ruang operasi sekarang juga.
Xiao Xiao jadi iri. Xia Chu menyadari itu dan langsung berusaha meminta izin Dokter Zhang untuk mengikutsertakan Xiao Xiao juga. Sayangnya ditolak karena sudah penuh.
Para polisi akhirnya mendapat informasi terbaru tentang Kak Xiong. Sebenarnya dia sudah lama diawasi oleh regu pemberantasan narkoba karena mereka yakin bisnis obat herbal Cina-nya Kak Xiong itu hanya kedok. Dan memang benar, dia sebenarnya adalah kartel narkoba luar negeri.
Tapi belum ada tindakan apapun dari regu pemberantasan narkoba karena merkea belum punya bukti kalau Kak Xiong ini berhubungan langsung dengan pembeli di luar negeri dan belum mengetahui jalur perdagangan mereka. Jalur perdagangan?... Ah! Rao Zhi jadi curiga kalau situs City of Desire itulah jalur perdagangan mereka.
Xia Chu menolak makan bersama rekan-rekannya dengan alasan ada kerjaan di rumah. Tapi teman-temannya langsung heboh, meyakini kalau Xia Chu mau cepat-cepat pulang soalnya mau ketemu 'Prajurit-nya' yang hari ini pulang.
Xia Chu keukeuh menyangkal hubungannya dengan Mu Ze. Tapi dia memang pulang untuk bersiap menyambut kedatangan Mu Ze. Dia bahkan mengganti sprei Sailormoon-nya Mu Ze dengan sprei polos hitam dan meletakkan seragamnya Mu Ze yang sudah dia lipat bersih dan rapi di atas kasurnya.
Bel pintu berbunyi tak lama kemudian, Mu Ze akhirnya pulang. Xia Chu langsung semangat membuka pintu, menyambutnya bak seorang istri menyambut suaminya pulang kerja.
Mu Ze tidak pulang dengan tangan kosong, melainkan membawa sekotak kue kesukaan mereka berdua. Kue yang kontan mengingatkan Xia Chu akan perseteruan mereka di restoran waktu itu, saat mereka sama-sama memesan kue itu, tapi ternyata menu itu cuma tinggal satu dan akhirnya sama pelayan restoran diberikan pada Mu Ze saja.
Mu Ze dengan cuek mengklaim kalau dia membelinya untuk Xia Chu karena tadi dia juga ingin memakannya. Dia langsung memeluk sayang si kucing, tampak benar-benar bahagia saat dia memeluk kucing itu dan pemandangan itu membuat Xia Chu semakin terpesona padanya.
"Liang Mu Ze, kau harus lebih banyak tersenyum. Caramu tersenyum cukup enak dilihat."
"Dangkal." Sinis Mu Ze.
Tapi saat dia selesai mandi tak lama kemudian, dia malah praktek nyengir di depan cermin. Pfft! Sementara Xia Chu sibuk di dapur, Mu Ze memutuskan untuk mengecek rekaman kamera mini yang dia pasang pasca insiden jendela terbuka waktu itu.
Niatnya cuma mau melihat keseharian Xia Chu selama perpisahan mereka kemarin. Namun yang tak disangkanya, dia malah mendapati rekaman yang memperlihatkan Mi Gu diam-diam menukar obat penenangnya Xia Chu dengan obat lain sebelum Xia Chu pergi ke lokasi bencana waktu itu. Dan Xia Chu sama sekali tidak tahu perbuatan jahat sahabatnya sendiri itu.
Mu Ze memutuskan untuk merahasiakan masalah rekaman itu dari Xia Chu. Bahkan saat Xia Chu tanya apakah dia sudah meminum obat pemberiannya, Mu Ze berbohong mengiyakannya.
Tanpa menyadari Zhou Ran mencuri dengar percakapan mereka, Xia Chu dengan riang memberitahu Mu Ze bahwa dia suka masak karena makanan bisa bikin bahagia. Dia penasaran apakah rekan-rekan tentaranya Mu Ze sudah pulang semuanya. Mu Ze mengiyakannya saja dengan singkat. Tapi... dia pikir kalau para dokter seperti Xia Chu menganggap hidup dan mati itu sangat ringan.
"Aku tidak tahu bagaimana dengan yang lain. Tapi aku sepertinya tidak punya bakat untuk acuh tak acuh."
Waktu dia bertugas di kebidanan dulu, pernah ada seorang ibu lanjut usia tapi anaknya tak segera lahir. Ibu itu meraih tangannya dan berkata bahwa dia sangat kesakitan dan tak ingin melahirkan anaknya.
Dan dua menit kemudian, ibu tersebut benar-benar meninggal dunia karena emboli cairan ketuban. Suaminya menggendong bayi perempuan mereka sembari menangis dengan keras. Saat itu dia baru tahu bahwa pria juga bisa menteteskan begitu banyak air mata.
"Itu adalah pertama kalinya aku menyaksikan kematian pasien secara langsung. Sampai sekarang aku masih tidak bisa melupakan yang terbaring di meja operasi. Aku merasa seperti ada tangan yang menarikku dengan kuat. Tak peduli seberapa sulitnya dia menyuruhku untuk berlari ke depan." Xia Chu menangis mengingat kenangan itu.
Mendengar itu, Mu Ze pun menceritakan kisahnya sendiri terkait kematian neneknya. Waktu keluarganya memberitahunya tentang kondisi kritis neneknya, Mu Ze langsung minta izin cuti. Neneknya sudah tidak bicara saat itu, tapi raut wajahnya bahagia saat melihat cucunya datang.
Mu Ze tidak tahu harus bagaimana waktu itu. Dia hanya duduk di samping neneknya, menyanyikan lagu untuknya sembari menggenggam tangannya... Hingga neneknya meninggal dunia di tengah nyanyiannya. Dan saat itu terjadi, Mu Ze sangat tenang.
"Iya, sangat tenang. Ngomong-ngomong, kenapa kita tiba-tiba membahas topik ini?"
"Kau yang mulai."
"Tapi, tidak apa-apa membicarakan topik ini. Tentara dan Dokter adalah profesi yang dekat dengan kematian. Memahami kematian, akan membuat kita lebih menghargai masa kini. Selagi masih hidup, takkan melewatkan banyak keindahan, benar kan?"
"Kau takut melewatkannya?"
Tapi Xia Chu sengaja menghindari pertanyaan itu dengan beralih topik mengajak Mu Ze minum-minum, minuman kesukaan tokoh detektif favoritnya Xia Chu. Sambil minum, dia menceritakan tentang masa lalunya dengan teman sebangkunya, Zhou Ran.
Dulu teman sebangkunya itulah yang memengaruhinya untuk membaca novel-novel detektif. Bahkan dulu teman sebangkunya itu bercita-cita ingin menjadi penulis novel detektif. Tapi tekanan hidup kemudian membuatnya mengubah cita-citanya menjadi abdi negara.
Dulu Xia Chu merasa apa pun yang dikatakan teman sebangkunya itu benar dan bagus. Tapi kemudian, teman sebangkunya itu tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Xia Chu tak bisa menemukannya di mana-mana dan akhirnya dia hanya bisa membaca kembali novel-novel detektif pemberiannya.
Setelah selesai membaca semuanya, dia terus pergi ke toko buku untuk membeli lebih banyak novel detektif, berharap suatu hari nanti dia akan menemukan sebuah novel detektif karya teman sebangkunya itu, Zhou Ran.
Tapi ternyata temannya itu pada akhirnya tidak menulis novel dan tidak pula menjadi tentara, melainkan membuka perusahaan percetakan 3D. Selama ini dia selalu mempertahankan kebiasaan Zhou Ran, tapi sekarang dia menyadari babws masa-masa SMA itu, usia 18 yahun itu, sudah berlalu selamanya.
Mu Ze mengerti, jadi karena itu Xia Chu tidak menyukai tentara. Mu Ze mengaku kalau dia tahu apa yang Xia Chu katakan pada Zhou Ran di rumah sakit waktu itu dari membaca gerak bibir Xia Chu.
Keesokan harinya, Mu Ze ingin membaca kembali novel detektif-nya Xia Chu yang kemarin. Tapi Xia Chu jadi bingung saat menyadari novel itu menghilang entah ke mana (Dicuri Zhou Ran waktu dia memasang alat penyadap).
Tapi ujung-ujungnya Mu Ze tidak memedulikan hilangnya buku itu, malah beralih topik mengajak Xia Chu untuk pergi menemaninya ke toko furniture. Dia ingin mengganti beberapa furniture rumah ini dan dia ingin Xia Chu ngasih pendapat. Xia Chu setuju.
Jadilah mereka pergi belanja ke toko furniture bersama, saling bekerja sama mengganti dan memasang berbagai furniture baru rumah itu, lalu mengakhiri kerja keras mereka dengan berbagi kue kesukaan mereka berdua.
Kue yang kontan membuat Xiao Chu terkikik geli teringat saat mereka sama-sama memesan kue yang sama di restoran waktu itu. Waktu itu saling kesalnya sama Mu Ze, Xia Chu sampai berpikir ingin memuncratkan isi kue itu ke muka Mu Ze.
Mendengar pengakuannya itu, Mu Ze sontak usil mau mengerjai Xia Chu, dan jadilah mereka kejar-kejaran dengan riang gembira... Hingga keduanya tak sengaja sama-sama terjatuh ke sofa dalam posisi sangat dekat yang kontan membuat keduanya jadi canggung.
Mereka baru sadar saat Er Miao mendadak mengeong keras, sontak keduanya saling menjauh. Xia Chu memerintahkannya u tuk menghapus ingatan itu, dia mau ganti baju, Mu Ze bersihkan kotoran kucing. Hah? Mu Ze keberatan, Xia Chu sontak memelototinya dengan garang dan Mu Ze akhirnya menurut dengan patuh bam suami takut istri.
Bersambung ke episode 12
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam