Sinopsis A Girl Like Me Episode 1 - 1

 Awal musim gugur tahun ke-18 Dinasti Ye Zhenwu...

Keluarga bangsawan Ban sibuk luar biasa untuk menyiapkan pernikahan putri mereka, Ban Hua. Seorang putri yang masih termasuk keluarga kerajaan yang terkenal cantik, modis dan pintar bela diri.

Calon pengantin prianya adalah Xie Qilin yang sebenarnya biasa-biasa saja baik penampilan maupun kemampuannya. Semua rakyat menanti-nantikan pernikahan ini.

Tapi yang mereka nantikan bukanlah kemegahan pesta pernikahan ini, melainkan apakah pernikahan ini bisa berjalan lancar atau tidak. Karena dari gosipan mereka, seperti Ban Hua sudah beberapa kali gagal nikah.

Pihak pengantin pria datang. Tapi sesuai tradisi, mereka tidak bisa masuk begitu saja. Mereka harus bekerja keras untuk mendobrak pintu rumah pengantin wanita. Ban Hua begitu antusias menantikan calon suaminya.

Saat akhirnya mereka berhasil, si pengantin pria terjatuh tepat di bawah kaki Ban Hua. Err... tapi aneh, wajahnya kenapa tidak jelas?

Si pengantin pria yang wajahnya tidak jelas itu, menatapnya lalu memanggilnya dengan panggilan kesayangan. "Hua Hua."

Err... sebentar! Ini ternyata cuma mimpi. Tiba-tiba mimpi itu beralih. Dia melihat sebuah keramaian di jalanan, sebuah kereta kuda, lalu di sebuah jembatan di atas sungai, dia melihat calon pengantinnya, Xie Qilin yang kali ini wajahnya jelas.

Err... tapi kayaknya pengantin pria yang wajahnya buram sebelumnya itu bukan Xie Qilin. Malah dia melihat Xie Qilin sedang bersama wanita lain dan menyatakan bahwa dia tidak akan pernah menikahi Ban Hua.

Ban Hua terbangun dari mimpi itu dengan kebingungan. Kenapa dia bermimpi aneh sekali? Tapi yang lebih aneh lagi, mimpinya tentang Xie Qilin, saat itu juga tiba-tiba menjadi kenyataan.

Saat Ban Heng (Adiknya Ban Hua) sedang menikmati kudapan, tiba-tiba sebuah anak panah meluncur tepat menancap ke kudapannya. Ada sebuah surat terikat di anak panah itu... dari Xie Qilin yang menyatakan bahwa dia membatalkan pernikahan.

Ban Hua jelas marah karenanya dan langsung memacu kudanya dengan kecepatan tinggi, menembus kerumunan pasar malam yang ramai... hingga dia tiba di sebuah tempat yang benar-benar dia lihat dalam mimpinya.

Dan di sanalah, dia menemukan Qi Lin sedang bersama wanita lain. Dan sama seperti yang ada dalam mimpinya, Qi Lin dengan kejamnya menyatakan kalau dia tidak sudi menikah dengan wanita semacam Ban Hua.

Hmm, mungkin karena dia takut soalnya Ban Hua memang garang banget, sementara wanita selingkuhannya itu lebih lemah lembut. Mereka berdua sepertinya benar-benar saling jatuh cinta dan saling melindungi satu sama lain.

Sinis, Ban Hua langsung melempar beberapa lembar uang pada wanita itu dan dengan angkuhnya menyatakan dirinya terlahir cantik, kaya dan berkuasa. Dia tidak butuh pria untuk hidup enak.

Keluarga Xie sendiri yang memohon-mohon pada keluarga Ban untuk pernikahan ini. Jika tidak, mana mungkin Qi Lin bisa mendampinginya.

"Hari ini Xie Qilin mengecewakanku, mungkin suatu hari dia akan mengecewakanmu. Anggap saja uang ini sebagai ucapan terima kasih karena telah membuatku melihat pria ini dengan jelas. Xie Qilin akan mengecewakanmu, tapi uang tidak akan. Sebaiknya kau simpan uang ini, untuk jaga-jaga kalau nanti butuh. Kalau begitu, semoga kalian berdua berbahagia selamanya."

Ban Hua langsung pergi dan menggunakan ilmu bela dirinya untuk terbang di atas sungai. Tapi di tengah jalan, tiba-tiba matanya jatuh ke seorang pria tampan di atas perahu.

Ban Hua tercengang menatap wajahnya, soalnya wajah pria tampan itu familier banget, tapi siapa pria itu? Penasaran, Ban Hua langsung berbalik dan mendarat di perahu pria tampan itu untuk memperhatikannya lebih dekat.

Ban Hua tidak mengenalinya, tapi pria ini sangat tampan. Bisa dibilang, dia kualitas terbaik di Dinasti Ye saat ini. Mereka saling bersitatap cukup lama... saat tiba-tiba saja tangan pelayannya pria tampan itu menghalangi wajah tuannnya dari tatapan Ban Hua.

Soalnya dia takut tuannya bakalan jadi korban Ban Hua yang selanjutnya. Bisa gawat kalau Ban Hua sampai menyukai tuannya ini. Ban Hua jadi sebal mendengar ucapannya dan akhirnya pergi. Tapi pria tampan itu sepertinya tertarik dengan Ban Hua biarpun Ban Hua tidak lemah lembut seperti wanita-wanita lain.

Bukan cuma orang luar yang takut sama Ban Hua. Ayah, ibu, dan adiknya juga takut sama Ban Hua. Mereka bahkan tidak ada yang berani bicara saat Ban Hua pulang dengan tampang kesal dan khawatir kalau-kalau Ban Hua ngapa-ngapain Qi Lin.

Tapi masalah Qi Lin bahkan sudah tidak berarti baginya, karena sekarang yang membuat Ban Hua gelisah adalah masalah mimpinya yang menjadi kenyataan.

"Ayah, Ibu, apa kalian pernah dengar ada orang yang bisa memimpikan hal yang terjadi di masa depan?" Tanya Ban Hua.

Ayah dan Ibu bingung. "Ka-kami tidak terlalu mengerti maksudmu."

"Misalnya, Xie Qilin akan membatalkan pernikahan, membawa siapa lalu lari ke mana, sepertinya aku telah memimpikan semuanya."

Tapi siapa pula yang bakalan mempercayai kata-kata tidak masuk akal itu. Ayah dan Ibu malah langsung bisik-bisik dengan cemas, mengira putri mereka jadi tidak waras gara-gara patah hati.

Yakin banget dengan dugaan mereka, mereka langsung berusaha menghiburnya dan menyemangatinya untuk move on. Pernikahan memang penting, tapi kebahagiaan dan kesehatannya jauh lebih penting, tidak usah dipikirkan lagi, batal yah batal, masih banyak ikan di lautan.

Ban Heng bahkan langsung mengeluarkan buku gambar berisi daftar identitas dan gambar-gambar pria-pria tampan di seluruh ibu kota. Ban Hua tinggal pilih saja, mau yang mana.

Yang paling tampan tuh Tuan Cheng'an, levelnya jauh di atas Xie Qilin. Ditambah lagi, kedua orang tua Tuan Cheng'an sudah tiada. Kalau Ban Hua nikah sama Tuan Cheng'an, dia bisa hidup bebas tanpa mertua.

Ban Hua males banget mendengarkan cerocosan mereka yang nggak nyambung dan langsung balik ke kamarnya untuk maskeran pakai timun lalu menyuruh kedua pelayannya untuk menyiapkan riasan untuknya, dia mau keluar ke acara jamuan bunga Kak An Le.

Dia sama sekali tak peduli biarpun seluruh kota sedang menggosipkannya sekarang. Dia harus pergi dengan cantik. Biar semua wanita bangsawan tuh tahu bahwa biarpun dia dicampakkan, dia tetaplah wanita tercantik di ibu kota.

Tak lama kemudian, Ban Hua tiba di tempat acara dengan dandanan serba wah nan modis. Pakaiannya megah dengan dihiasi berbagai perhiasan mewah yang kontan membuat semua mata teralih memandangnya.

Dia benar-benar seorang trendsetter. Bahkan para pelukis langsung mencampakkan semua lukisan mereka demi melukis baju dan segala aksesoris yang dipakai Ban Hua karena sudah pasti semua itu akan laris manis saat dijual nanti.

Sesuai dugaan, para wanita bangsawan sedang menggosipkannya, yakin banget kalau Ban Hua sedang menangis meratapi nasibnya. Ban Hua tak gentar sedikitpun dan langsung balas menyindir mereka.

"Kau masih berani kemari?" Sinis Xie Wan Yu, adiknya Xie Qilin.

"Aku orang yang bertindak etis, kenapa juga tidak datang. Malah kalian, Keluarga Xie, mendidik seorang putra tidak benar yang kawin lari dengan orang lain dan masih menginginkan Keluarga Ban menanggung akibatnya."

Wan Yu tidak terima, malah menuduh Ban Hua yang salah karena Ban Hua terlalu boros sehingga membuat kakaknya ketakutan dan kabur. Kesal, Ban Hua sontak maju menyudutkannya sampai Wan Yu hampir terjatuh karenanya.

"Bagaimanapun, kalian Keluarga Xie itu... pengecut." Sinis Ban Hua.

Saat itu juga, Putri An Le muncul menyela mereka. Tapi berbeda dari yang lain, Putri An Le justru memuji Ban Hua dengan bangga. Wan Yu dan yang lain sontak berkasak-kusuk sinis, mengatai Ban Hua kasar dan galak, makanya tidak ada pria yang mau menikahinya.

Ban Hua dengan penuh harga diri menyatakan ada pria yang tertarik padanya, lelaki paling berbakat di dunia... Tuan Cheng'an. Pfft! Para wanita itu langsung mendengus sinis mendengar klaimnya.

Tak ada seorangpun yang percaya. Tuan Cheng'an adalah pria paling berbakat dan orang kesayangan Kaisar yang dipilih masuk istana oleh Kaisar sejak dia masih kecil. Dia bahkan belajar bersama Putra Mahkota. Dan Ban Hua pikir kalau Tuan Cheng'an menyukainya?

Tak gentar, Ban Hua berbohong bahwa beberapa hari yang lalu, dia kebetulan bertemu dengan Tuan Cheng'an dan obrolan mereka sangat menarik. Tuan Cheng'an bicara dengan lancar dan penuh semangat. Dari ucapan dan tingkah lakunya, Ban Hua yakin sekali kalau Tuan Cheng'an mengaguminya.

Padahal dia bahkan tidak tahu seperti apa wajah Tuan Cheng'an. Tiba-tiba pria tampan yang dilihatnya di sungai tadi, muncul di belakangnya. Dan sekarang pria itu menatapnya dengan intens. Ban Hua mendadak gugup, jangan-jangan pria ini Tua Cheng'an.

Memang benar, dia memang Rong Xia, atau yang lebih dikenal sebagai Tuan Cheng'an. Tapi alih-alih membantunya berbohong, Rong Xia malah sengaja membongkar kebohongannya dengan jujur mengakui bahwa dia belum pernah menghabiskan waktu dengan Ban Hua.

Dia bahkan menyindir Ban Hua secara halus karena Ban Hua bisa dengan entengnya menganggap batal menikah sebagai masalah sepele dan mengucap tentang rumor pernikahannya.

Jelas saja para wanita itu langsung mendengus geli mendengarnya, membuat Ban Hua jadi malu banget. Tapi... Ban Hua menolak kalah dari para wanita itu.

Maka kemudian Ban Hua menyibak rambutnya di depan Rong Xia, itu adalah kode agar Rong Xia bekerja sama dengannya, sambil mencoba mengingatkan Rong Xia akan pertemuan mereka di sungai tadi.

Rong Xia memang ingat tentang pertemuan mereka. Tapi dia sengaja berbohong dan mengklaim kalau dia tidak ingat, membuat para wanita itu jadi semakin sinis sama Ban Hua dan mempermalukan Ban Hua. Ban Hua akhirnya pergi dengan kesal.

Rong Xia pun akhirnya bisa fokus pada tujuannya datang kemari adalah untuk mengantarkan bunga seruni kiriman Kaisar untuk acaranya Putri An Le ini. Tapi dia dengan sopan menolak undangan Putri An Le untuk makan kepiting bersama dengan alasan masih ada urusan lain.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments