sinopsis Prophecy of Love Episode 8 - 3

Thee akhirnya memperlihatkan foto-foto masa kecilnya bersama Ran sebagai bukti. Nama mereka bahkan mirip, Theerut dan Theeran.


"Yah mana kutahu kalau dia adikmu. Kau selalu memanggilnya Ran, Ran, Ran doang."

Rose terus menelusuri album foto itu dan Thee langsung narsis memuji-muji ketampanannya sendiri sejak dia masih kecil. Rose lalu menemukan foto masa kecil Thee yang tampak berfoto dengan seorang gadis gendut dengan pose mengusili si gadis gendut.

Thee nakal yah sejak dia kecil. Thee membela diri kalau dia cowok, jadi wajar kalau dia begitu. Lagian ini tuh acara sekolah.

"Atau mungkin kau menyukai gadis kecil ini? Apa kau tipe cowok yang suka menggodai orang yang kau sukai?"

"Siapa yang menggoda orang yang disukai. Orang hanya menggoda orang yang mereka benci."

Rose kesal mendengarnya. Thee berkata kalau dia sebenarnya tidak terlalu membenci gadis kecil ini, dia hanya senang saat melihat si lembu laut itu marah.

"Brengsek! Kau bahkan memanggilnya lembu laut!"

"Karena itu namanya."

"Siapa bilang..." (Hah? Kenapa Rose emosi banget dan kayaknya keceplosan yah? Apa dia si gadis gendut itu?)

Menyadari dirinya hampir keceplosan, Rose buru-buru ganti topik mengomentari Thee yang sepertinya sudah sangat populer sejak dia masih kecil.

"Kalau kau bicara, tolong kau hormati aktor nomor satu ini. Aku tidak mau sombong, sejak aku masih kecil, aku adalah anak paling ganteng di sekolah. Aku punya pacar hampir setiap naik kelas. Populer banget."

Rose langsung sinis mendengar kenarsisannya yang tiada tara itu. Mengalihkan topik ke Rose, Thee usul agar sekarang mereka membicarakan tentang Rose saja. Kapan dia mulai memacari si Paul itu?

"Paul bukan pacarku." Aku Rose. "Tapi dia adalah teman terdekatku. Orang-orang salah paham dan aku terlalu lelah untuk mengoreksinya."

Thee diam-diam tersenyum senang. Tapi sepertinya Paul itu tidak menganggap Rose sekedar teman saja. Rose tidak peduli, itu urusan Paul sendiri. Dia tidak bisa melarang perasaannya Paul, tapi dia sudah memperjelasnya dengan Paul.

Keesokan harinya saat mereka sarapan bersama, Rawee memperhatikan Thee sekarang jadi perhatian pada Rose bahkan sampai mengambilkan lauk untuknya dua kali. Rawee senang, apa mereka berdua sudah berbaikan?

"Lebih baik kau tanya saja pada kakakmu karena dialah yang marah."

Thee menyangkal. "Aku sudah tidak marah lagi, kami sudah saling mencintai."

Uhuk-uhuk! Rose sampai tersedak mendengarnya. Kedua ibu geli mendengarnya.

"Kau makan lebih kotor daripada Rawee."

"Gara-gara siapa?"

"Rawee tanya dan aku cuma menjawab yang sejujurnya. Nggak boleh?"

Ran baru keluar saat itu. Rawee mencoba mengajaknya makan bersama. Tapi Ran menolak dengan ketus lalu keluar. Rawee jadi sedih. Ibu buru-buru mengalihkan perhatian Rawee dengan mengupaskan udang untuknya dan memberitahu Rawee untuk makan yang banyak.

Di rumahnya Chang, Kratai dan Paul sedang berdebat tentang editan fotonya Paul dan Rose dengan latar belakang Menara Eiffel. Paul mau meng-upload-nya ke medsos biar mereka benar-benar dikira sedang berada di Perancis.

Tapi Chang ragu banget dengan cara ini, tak yakin cara ini bisa membodohi para penjahat itu. Tapi terserah sajalah, semoga saja para penjahat itu benar-benar mempercayainya.

Dan keraguan Chang memang benar, Auay tampak jelas tak mempercayai gambar itu saat dia melihatnya di IG dan berjanji pada tuannya untuk segera menyelidiki keberadaan Rose.

Rose memberitahu Thee bahwa dia melihat Phol mengenakan cincin kawin yang sama persis dengan cincin yang mereka temukan di kolam. Rose menduga kalau mungkin Phol punya dua cincin. Kalau benar begitu, berarti dia memang tersangkanya.

"Siapa yang akan punya dua cincin kawin?"

"Mungkin saja dia pesan ulang waktu dia sadar dia kehilangan cincin itu."

Rose dan Thee mendadak ingat saat mereka mengintip Phol membela kalung wanita dan sebuah cincin. Itu pasti cincin kawin yang baru dipesannya, dia pasti takut jika Pat tahu cincin itu hilang.

Jika mereka menyelidiki ke toko perhiasan itu, maka bisa dipastikan Phol-lah pemilik cincin yang jatuh ke kolam, sekaligus orang yang berusaha menenggelamkan Rose.

Dan berdasarkan penglihatannya saat dia menyentuh bunga mawar yang ditanam Guru Somphong waktu itu, Rose yakin kalau Phol pasti ada hubungan dengan menghilangnya Guru Somphong. Rose yakin pria yang melarikan diri ke hutan yang dia lihat dalam penglihatannya adalah Guru Somphong.

Thee heran. "Bunga mawar yang memberitahumu lagi?"

"Kau tidak percaya."

"Tidak. Aku percaya kok. Sebenarnya, mungkin aku mempercayaimu sejak awal, tapi aku menipu diriku sendiri untuk tidak mempercayaimu. Mungkin karena aku takut karena ramalanmu sangat akurat."

"Jadi kau menerima bahwa ramalanku akurat?"

"Aku akan menerima sepenuhnya jika kau memberitahuku bahwa ramalanmu ada hubungannya denganku, iya kan? Apa yang kau lihat?"

Rose sontak terdiam canggung teringat ramalannya tentang ciuman mereka. Thee heran, apa Rose melihat sesuatu yang memalukan? Rose sontak menyangkal tapi juga tidak tahu bagaimana harus menjawabnya.

Thee tiba-tiba membelai rambutnya dengan lembut sambil terus berusaha membujuknya untuk mengatakan isi ramalannya. Tapi tepat saat itu juga, mereka tiba-tiba mendengar suara teriakan Rawee.

Thee jadi cemas dan bergegas keluar. Mereka mendapati Rawee terjatuh ke tanah dan tangannya lecet, dan Ran malah mengomelinya. Thee jelas kesal sama Ran, apa yang dia lakukan ke Rawee?

Rawee refleks melindungi Ran dengan mengklaim bahwa dia jatuh sendiri. Dan Ran malah membenarkannya. Thee tak percaya, Rawee bukan gadis cengeng, dia biasanya tidak pernah menangis biarpun terjatuh.

"Katakan, apa yang kau lakukan padanya?"

"Anak ini menggangguku. Aku merasa terganggu, jadi aku berjalan pergi."

"Lalu apa harus kau mendorongnya sampai terjatuh? Aku benar-benar tidak tahan lagi, yang kemarin juga. Apa kau tahu betapa bahagianya Rawee saat bertemu denganmu? Betapa senangnya dia bahwa kau akan tinggal bersama kami?"

"Rawee-lah yang meminta kami untuk mengadakan pesta penyambutan untukmu. Dia bahkan membuat sebuah kartu untukmu. Hanya kau yang tidak mau menerima kebaikannya. Kau benar-benar tidak punya hati. Kau bahkan menyakitinya sekarang. Ibu macam apa kau?"

"Aku bukan ibunya anak ini!"

Thee buru-buru menyela dan meminta Rose untuk membawa Rawee masuk agar dia bisa bicara berdua dengan Ran. Thee mengerti alasan Ran membenci Rawee. Saat kita terluka, kita cenderung akan balas dendam pada orang yang menyakiti kita. Tapi apa perlu menyakiti orang lain yang tidak bersalah?

Atau Ran berpikir bahwa karena Rawee lebih lemah darinya, makanya Ran melakukan hal jahat itu padanya? Kalau begitu, lalu apa bedanya Ran dengan si bajingan yang mengambil keuntungan dari Ran?

"Rawee bukan orang lain, dia darah dagingmu sendiri!"

"Tapi sejak awal aku tidak ingin dia lahir!"

"Sudah pernahkah kau melihat cinta Rawee padamu? Kau baru saja melihatnya, kan? Dia melindungimu walaupun kaulah yang salah. Anak itu tidak bersalah, tapi dia punya insting untuk menjadi seorang putri. Sedangkan kau, ibu macam apa kau. Kenapa kau sangat jahat dan tidak punya insting keibuan sama sekali?"

"Apa-apa Rawee. Kalau rumah ini tidak bisa menerimaku, lalu kenapa kau menyuruhku pulang?" Kesal Ran lalu pergi sembari mengingat kejadian tadi.

Flashback.

Saat itu, Ran sedang membicarakan masalah pekerjaan di telepon saat Rawee tiba-tiba mendekatinya untuk meminta maaf atas kemarin. Dia dengan polosnya menduga bahwa Ran mungkin hanya tidak suka dengan kartu yang dia gambar.

Makanya dia mau membuat kartu lain untuk Ran, kali ini Ran boleh pilih sendiri kartu dan gambar yang dia suka. Dia mencoba menunjukkan semua gambar yang dia buat, tapi Ran ngotot menolak melihatnya.

Rawee pantang menyerah lalu menunjukkan gambar satu keluarga yang dia buat. Ran akhirnya menunjukkan reaksi saat melihat gambar itu. Rawee sudah hampir senang saja mengira Ran menyukai gambar itu. Tapi tidak, Ran justru jadi semakin marah karena gambar itu.

Dia bahkan langsung pergi sambil seenaknya menyenggol Rawee sehingga membuat Rawee terjatuh dan tangannya terluka. Rawee refleks berteriak kesakitan sehingga membuat Rose dan Thee terburu-buru datang dengan cemas.

Flashback end.

Bersambung ke part 4

Post a Comment

0 Comments