Sinopsis So Wayree Episode 2 - 1

Mengabaikan ingatan buruk masa lalunya, Mitra akhirnya memutuskan mendekati Prin dengan pura-pura tak sengaja menginjak pecahan kaca.


Teriakannya membuat Prin langsung menghampirinya dan tercengang mengenali Mitra. Prin bahagia seketika, wanita yang dicari-carinya selama ini, akhirnya ketemu juga.

"Aku hampir menjungkirbalikkan bumi untuk mencarimu dan akhirnya aku bertemu denganmu. Jangan melarikan diri ke manapun lagi."


Di kantor, Nanthawan protes tidak terima sama suaminya karena bukan Chen (Chanathip) yang dikirim ke sana. Chatchai berusaha memberitahu Nanthawan bahwa ini adalah tugas sulit, akan ada negoisasi dan tawar-menawar, makanya dia mengirim Prin ke sana. Chen masih perlu banyak belajar.

Nanthawan sontak tambah emosi mendengar Chatchai secara tak langsung menuduh Chen tidak mampu dan tidak sebanding sama Prin. Bagaimana bisa Chatchai memandang orang lain lebih baik daripada anak mereka sendiri. Dia mau lihat apakah orang kesayangan Chatchai itu akan bisa sesuai harapannya.


Prin mengobati lukanya dengan lembut, bahkan memakaikan kembali sepatunya. Dia mengaku selama 3 tahun ini dia berusaha mencari-cari Mitra, dan sekarang akhirnya dia menemukannya. Prin senang.

Dia canggung saat dia hendak membahas masalah malam itu, tapi Mitra dengan cepat menyela dan mengklaim bahwa dia sudah melupakan tentang malam itu. Itu cuma sebuah kesalahan.

"Tapi aku tidak pernah melupakanmu."

Mitra tercengang mendengarnya. Tapi dia buru-buru menguasai diri dan cepat-cepat pamit. Tapi Prin tiba-tiba memegang tangannya, Mitra tak nyaman dan langsung melepaskan diri.

"Maaf. Bisakah aku mentraktirmu makan? Aku menginap di sini."

Mitra pura-pura tak tahu. "Kebetulan sekali, aku juga menginap di sini. Tapi lebih baik tidak usah. Lebih baik jangan mengungkit kenangan apapun lagi. Aku permisi."

Tapi Prin ngotot. "Aku akan menunggumu."


Malam harinya, Mitra akhirnya memutuskan untuk datang dengan berdandan secantik mungkin. Prin senang, dia kira Mitra tidak akan datang.

"Awalnya itulah niatku. Tapi aku berubah pikiran."

"Kenapa, Khun... siapa namamu?"

"Ploy." Bohong Mitra.
 
"Namaku Parin, kau bisa memanggilku Prin. Jadi, kenapa kau berubah pikiran?"
"Aku ingin bertanya padamu, kau bilang kalau kau tidak pernah melupakanku. Karena apa? Jangan-jangan kau mencintaiku?"

"Bagaimana jika aku bilang... iya?"

Mitra tidak percaya. Hubungan waktu itu hanya satu malam. Tidak mungkin bisa membuat seseorang mencintai orang lain. Butuh waktu bagi seseorang untuk mencintai orang lain. Dan seperti yang sudah dia bilang, kejadian malam itu, hanya sebuah kesalahan.

"Kalau begitu, bolehkah aku bertanya padamu? Kenapa malam itu kau mabuk berat sampai kau membuat kesalahan sebesar itu."


Mitra sontak terdiam, jelas tidak tahu jawabannya. Tapi alih-alih mencari tahu jawabannya, dia malah jadi kesal dan dengan dinginnya menolak menjawab. Dia bahkan mengancam Prin untuk tidak membicarakan masalah itu lagi atau dia akan pergi.

Baiklah. Tapi Prin sekali lagi menegaskan bahwa perasaannya terhadap Mitra adalah cinta walaupun dia tidak bisa menjelaskan kenapa dia mencintai Mitra hanya dari hubungan satu malam mereka.

Mitra langsung mengubah wajahnya jadi manis lagi. "Jika kau ingin aku percaya, kita mungkin harus saling mengenal satu sama lain."

Prin jelas senang. "Kau akan memberiku kesempatan, kan?"

Tentu saja, Prin sudah membuatnya merasa senang mengetahui ada seseorang yang mencarinya selama 3 tahun. Mitra ingin membuktikan apakah Prin jujur atau tidak.


Tak lama kemudian, Prin mulai protes saat Mitra mengisi ulang gelasnya lagi. Apa Mitra berniat membuatnya mabuk dan menghilang lagi seperti dulu?

"Kenapa kau berpikir begitu?"

"Kau tidak menyentuh wine-mu sendiri tapi terus mengisi ulang gelasku."

Mitra beralasan kalau dia harus tetap sadar untuk mendengarkan apa yang Prin katakan. Mereka sekarang dalam masa saling mengenal satu sama lain.

"Benar juga. Makanya kau terus menerus menanyaiku."

"Aku belum selesai menanyaimu."

"Tak ada lagi yang harus kukatakan padamu."

"Kalau begitu aku akan terus bertanya. Apa kau datang kemari untuk liburan?"

Prin jujur mengaku bahwa tujuan utamanya adalah untuk melakukan sebuah pekerjaan. Dia bekerja di bagian marketing di Sirimantra Group.

Tentu saja Mitra sudah tahu siapa dia berkat Traitot yang membekalinya dengan segala informasi tentang Prin dan peran penting Prin dalam memperkuat Sirimantra.


Pura-pura penasaran, Mitra tanya apakah pekerjaannya Prin di hotel ini. Tapi Prin menolak menjawab, malah mengajak Mitra ke pantai.

Dia mengaku bahwa dia menyukai pantai. Dia merasa punya dekat dengan pantai sejak saat dia pertama kali melihat Ploy di Hua Hin dulu.

Dia beberapa kali kembali ke Hua Hin untuk mencari Ploy, tapi sayangnya dia tidak pernah menemukan Ploy. Ke mana Ploy menghilang selama ini?

"Aku melanjutkan studiku ke luar negeri. Aku baru saja kembali."

Mendengar itu, Prin langsung menariknya mendekat dan memohon. "Bisakah kau jangan menghilang lagi?"

Dan bahkan sebelum Mitra menjawabnya, dia tiba-tiba saja memeluk Mitra erat-erat. Berusaha menahan kesal, Mitra berusaha memintanya untuk melepaskan pelukannya. Tapi Prin menolak, dia tidak akan melepaskan Ploy lagi.

"Apa kau tahu? Sejak malam itu, tak pernah seharipun aku tidak merindukan. Bagaimana denganmu? Apa kau merindukanku?"

Mitra menolak menjawab dan meminta Prin untuk melepaskan pelukannya dulu, takut dilihat orang. Bagaimanapun, sekarang ini mereka masih baru mulai saling mengenal.


Prin akhirnya melepaskannya dan meminta maaf. "Setelah malam ini, apa kau masih ingin bertemu denganku?"

"Lalu apakah besok kau masih akan ada di sini? Jika kau masih di sini, kau akan bisa bertemu denganku."

Senang, Prin langsung mendekat untuk menciumnya. Tapi Mitra dengan cepat buang muka. Dia cuma melempar senyum manis sebelum kemudian pergi.

"Jangan lupakan janjimu, Khun Ploy."


Begitu kembali ke kamarnya, Mitra berusaha keras untuk menenangkan dirinya, mengingatkan dirinya sendiri bahwa dia tidak boleh goyah oleh pria itu. Pria jahat yang telah menghancurkan hidupnya.

"Sekaranglah saatnya, hidupnya juga harus hancur!"


Selama beberapa hari berikutnya, mereka berdua berkencan dengan penuh kebahagiaan bak sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta. Err... lebih tepatnya, Prin-lah yang berpikir begitu.

Dia bahkan langsung percaya 100% pada Mitra dan menceritakan segala hal tentang proyeknya Tuan Lee pada Mitra. Bahkan saat Mitra tanya ini-itu dengan alasan belajar bisnis sama dia, Prin tidak curiga sedikitpun. Dia malah bangga saat Mitra cepat tanggap terhadap segala informasi yang diberikannya.


"Yah, siapa tahu aku tidak punya pekerjaan, jadi aku bisa minta pekerjaan padamu. Banyak hal yang harus kupelajari."

"Sungguh? Aku akan sangat senang jika kau benar-benar bekerja untukku."

Mitra canggung mendengarnya. "Biarkan aku menggunakan kemampuanku dulu untuk mendapatkan pekerjaan. Jika tidak bisa, baru aku akan memikirkanmu."

"Ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan."

Tak lama kemudian, Prin mengantarkan Mitra ke kamar hotelnya. Tapi Mitra tidak mengundangnya masuk, membuat Prin jadi berpikir kalau Mitra takut padanya. Mitra canggung menyangkal.

"Aku tidak akan pernah melakukan hal seperti itu lagi jika kau tidak bersedia." (Yang dulu juga dia tidak bersedia, Bambank!)


Lagi-lagi dia mendekat untuk menciumnya. Tapi kali ini Mitra tidak menghindar dan langsung menutup mata. Tapi ternyata Prin tidak melakukannya dan hanya berbisik mengucap selama malam. Mitra jadi canggung.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam