Sinopsis Find Me in Your Memory Episode 11 - 4

Sinopsis Find Me in Your Memory Episode 11 - 4

Tempat kencan yang dimaksud Ha Jin ternyata taman bunga sakura. Jalan yang dipenuhi kelopak bunga sakura yang berjatuhan itu sangat indah, bukan? Setiap kali lewat sini, Ha Jin sering melihat banyak pasangan berpegangan tangan di sini. Dia iri banget sama mereka.


Tapi Jeong Hoon hanya hanya menanggapinya dengan senyum.Kenapa? Apa Jeong Hoon merasa tempat ini terlalu biasa dan dia kecewa?

"Tidak. Aku tidak terpikirkan tentang tempat ini. Aku menyukainya."

Ha Jin senang. Sebaiknya mereka turun sekarang. Tapi sebelum itu, dia membantu memakaikan masker ke wajah Jeong Hoon biar mereka tidak dikenali. Tapi baru jalan sebentar, tiba-tiba ada dua anak remaja yang mengenali mereka dan langsung heboh memotreti mereka dan memuji betapa serasinya mereka.

Ha Jin jadi tidak enak. Ternyata mereka dikenali leboh cepat dari dugaannya. Sebaiknya mereka balik saja ke mobil. Tapi Jeong Hoon tiba-tiba mencegahnya, bukankah Ha Jin ingin menelusuri jalan ini.

"Tapi orang-orang bisa mengenali kita."

"Biarkan saja. Tidak ada alasan untuk bersembunyi."


Jeong Hoon langsung menggenggam tangannya dan mereka pun jalan-jalan dengan lebih santai tanpa masker, bahkan berfoto-foto dengan gembira. Ha Jin benar-benar bahagia, Jeong Hoon pun senang, pemandangan di sini memang benar-benar indah. Biasanya dia melihat bunga sakura mekar di berita saja.

"Mari kita kembali dan melihat bunga sakura setiap musim semi." Usul Ha Jin.

"Baiklah."

Tapi, Jeong Hoon merasa ini tidak adil. Hari ini dia mengabulkan lebih dari satu permintaannya Ha Jin. Karena itulah, sebagai ganinya, dia menuntut Ha Jin untuk mengabulkan permintaannya juga.

"Cih! Perhitungan sekali. Baiklah, apa?"

"Apapun yang terjadi, jangan pernah ucapkan perpisahan. Itu keinginanku."


Ha Jin terharu. Jeong Hoon tidak memintanya juga dia akan tetap melakukan itu. Baiklah, dia akan melakukannya.

"Kau janji?"

"Baiklah. Aku janji." Ujar Ha Jin. Dan Jeong Hoon langsung menyegel janjinya dengan ciuman manis.


Jeong Hoon mengantarkannya pulang malam harinya. Tapi tiba-tiba Ha Jin meminta Jeong Hoon untuk menyerahkan ponselnya lalu mengganti lockscreen-nya Jeong Hoon dengan foto selfie mereka tadi.

"Kau tidak boleh mengubahnya tanpa seizinku, mengerti?"

"Aku mengerti. Masuklah dan beristirahatlah."


Mereka pun berpisah dengan dengan berat hati. Bahkan beberapa lama kemudian, Ha Jin masih kangen sama Jeong Hoon dan langsung lari ke lemarinya untuk mengganti piyamanya dengan dandanan yang lebih cantik sebelum kemudian dia video call Jeong Hoon.

Dia kepedean banget menduga Jeong Hoon lagi mikirin dia, padahal Jeong Hoon malah sedang kerja lembur. Ha Jin kecewa, padahal dia lagi mikirin Jeong Hoon. Jeong Hoon tadi tidak mengiriminya pesan, makanya dia menelepon, kangen soalnya.

Jeong Hoon tertawa mendengarnya, bagaimana bisa Ha Jin begitu jujur? Ha Jin tiba-tiba menyuruhnya untuk menaikkan kameranya soalnya dia tidak bisa melihat Jeong Hoon dengan benar. Jeong Hoon menurutinya, tapi dia menaikkannya terlalu tinggi yang jelas jadi aneh.

"Bisakah kita bicara di telepon saja? Aku merasa agak canggung melakukan video call."

"Tidak! Kalau begitu kau diam saja, biar kucari cara untuk melihatmu."


"Oh yah, aku sudah mengubah nama kontakku di ponselmu, kan? (Ha Jin pakai dua heart di kedua sisi namanya). Kau tidak boleh mengubahnya tanpa seizinku."

"Lagipula hanya aku yang melihat ponsel ini, apakah sepenting itu?"

"Tentu saja. Dari semua orang, hanya kau yang melihat namaku seperti itu. Yeo Ha Jin-ssi. Itu dingin sekali. Nanti cintamu pudar."

"Apa nama kontakku di ponselmu?"

"Pewarta Lee."

"Itu tidak terdengar begitu berbeda dari yang kubuat."

"Sangat beda. Aku kasih heart di depan dan belakang namamu, masing-masing dua."

Ha Jin suka memanggilnya Pewarta Lee. Biasanya di drama-drama, orang-orang dipanggil manajer atau direktur, tapi jarang sekali ada pewarta. Jeong Hoon iyain sajalah, lakukan saja apapun yang Ha Jin suka.


Dia mau mengakhiri video call ini, tapi Ha Jin malah ngambek, mengira Jeong Hoon tidak suka bicara sama. Ha Kyung mendadak masuk saat itu sambil berujar lantang mengomentari kamarnya yang kayak kandang babi saking berantakannya.

Ha Jin jelas panik dan berusaha menujukkan kalau dia sedang bicara dengan Jeong Hoon. Tapi Ha Kyung malah sengaja mengangkat kakinya Ha Jin dan menunjukkan Ha Jin yang cuma pakai celana piyama dan kaos kaki, dia bahkan mengambil alih ponselnya biar Jeong Hoon lihat kamarnya Ha Jin yang super duper berantakan. Ha Jin buru-buru menutup video call-nya dan langsung kesal sama Ha Kyung. Dasar nggak sopan!


"Tidak sopan? Aku mau makan makanan lezat dan ingin mengajakmu, tapi lupakan sajalah."

Dan Ha Jin sontak berubah sikap. "Kau mau ke mana? Aku mau ikut."

"Jika kau keluar dalam 10 menit setelah membersihkan kamarmu."

"Akan kubersihkan setelah makan."

"Tidak boleh! Waktumu cuma sepuluh menit."


Terang saja Ha Jin galau melihat kamarnya yang kacau balau. Tapi tak lama kemudian, akhirnya mereka pergi juga ke coffee shop terdekat. Tapi seperti biasanya, Ha Kyung tidak membiarkannya makan banyak sampai Ha Jin harus memohon-mohon padanya.

Baiklah, Ha Kyung akhirnya mengizinkannya makan sesuap. Tepat saat itu juga, pesanan kopinya sudah siap, jadi dia meninggalkan Ha Jin sebentar untuk ambil kopi mereka dan Ha Jin langsung memanfaatkan saat itu untuk memakan sesuap besar.

Tiba-tiba ada orang yang memanggil nama Hana, dan seketika itu pula Ha Jin refleks menoleh padahal bukan dia yang dipanggil. Saat itulah dia mulai teringat kembali akan mimpinya yang membuat air mukanya memucat seketika. Ha Kyung langsung cemas melihatnya, dia kenapa? Sakit? Sebaiknya mereka ke rumah sakit saja.
 

Tapi Ha Jin tiba-tiba menarik tangannya dan  menanyakan sesuatu yang mengejutkannya. "Ha Kyung, apa kau tahu siapa Yeong?"

"Apa?"

"Kau tahu nama itu, kan? Siapa Yeong? Akua yakina kau tahu! Katakan sekarang. Kumohon?"


Pada saat yang bersamaan, Tae Eun mengajak Jeong Hoon ketemuan dengannya untuk membicarakan tentang Ha Jin. Ada sesuatu yang dia sembunyikan dari Jeong Hoon.

"Alasan Ha Jin merasa sangat tersiksa sampai dia ingin bunuh diri..."

Dalam flashback sesi konsultasinya, Ha Jin dengan berlinang air mata mengaku. "Yeong... meninggal karena aku." (Hah? Kok bisa?)

Bersambung ke episode 12

Post a Comment

3 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam