Sinopsis Hua Jai Sila Episode 8 - 1

 Sinopsis Hua Jai Sila Episode 8 - 1

Keesokan paginya, Sila datang menjemput Kwan. Ibu Tiri langsung heboh begitu melihat Kwan turun dengan dandanan cantik. Ayah penasaran dia mau pergi ke mana.


Kwan juga tidak tahu, Sila tidak memberitahunya, katanya kejutan. Kwan juga ingin tahu pria seperti Sila akan membawanya ke mana. Kwan pun pergi bersama Sila tanpa menyadari Min menguping segalanya dari belakang dengan cemas.

Ae juga berada tak jauh dari sana, mengawasi mereka dengan kesal. Kwan tidak melihatnya. Tapi Sila melihatnya dan langsung tersenyum licik penuh kemenangan.

Ae sepertinya sudah menyusun rencana. Dia langsung menelepon seseorang dan menyuruh orang itu untuk menemuinya di tempat yang dia tunjuk nanti.


Berniat membuntuti kedua orang itu, Min menggunakan alasan kerja untuk pamit pada Ibu Tiri. Ibu Tiri awalnya tak percaya mengingat sekarang hari libur, Ibu Tiri yakin kalau Min mau menggagalkan kencannya Kwan. Karena itulahnya, Ibu Tiri berusaha menghalangi Min pergi.

Tapi kemudian Tun - temannya Min datang, membantunya pergi dengan pura-pura mengklaim bahwa mereka harus segera pergi untuk meeting dengan klien. Min meyakinkan Ibu Tiri bahwa dia sudah tidak berani lagi mencapuri urusan Kwan setelah pertengkaran hebat mereka semalam. Ibu Tiri sukses terpedaya dan akhirnya melepaskan Min.


Sila ternyata membawa Kwan ke sebuah fitness center, biar nggak mainstream kayak cowok-cowok lain yang biasanya membawa ceweknya shopping. Mereka langsung disambut oleh seorang pegawai yang menyapa Sila dengan ramah, tampak jelas kalau dia langganan di tempat ini.

Kwan jadi curiga bahwa dia bukan wanita pertama yang pernah Sila bawa ke tempat ini. Sila akui bahwa dia pernah mengencani banyak wanita sebelumnya. Tapi dia meyakinkan belum pernah ada seorang wanita pun yang pernah membuatnya jatuh cinta padanya seorang.

Kwan jadi semakin kepedean mendengarnya. Ae yang membuntuti mereka, langsung menelepon wanita suruhanannya dan mengiriminya foto Sila, sepertinya dia menyuruh wanita itu untuk berakting dan menggagalkan kencannya Kwan dengan Sila.


Tapi begitu mengetahui targetnya adalah Sila, wanita itu mendadak galau. Dia bahkan tampak panik dan langsung ngotot menyuruh resepsionis untuk memanggilkan Sila sekarang juga, penting!

Kebetulan Min juga ada di sana dan jelas penasaran melihat wanita yang mencari Sila itu. Apalagi dari ucapannya terdengar seolah dia pacar yang cemburuan.

Tun buru-buru menyeret Min keluar sebelum Sila dan Kwan keluar biar dia tidak ketahuan kalau dia membuntuti kedua orang itu. Tapi Min ngotot mau menolong Kwan karena dia yakin wanita itu mungkin akan menyakiti Kwan.

Tun dengan bijak menyarankannya untuk tidak gegabah, sebaiknya dia menunggu dan melihat situasi dulu. Kalau Kwan benar-benar bermasalah, baru dia masuk dan menolongnya. Tapi jika tidak ada masalah, maka sebaiknya Min tetap di sini saja. Jika bertindak gegabah, maka mungkin Min lah yang bakalan kena tampar karena Sila.


Begitu Sila keluar, alih-alih merusak kencannya Sila, wanita itu langsung membisiki Sila lalu membawanya ke Ae. Jelas saja Ae kesal dikhianati wanita itu.

"Kau menyuruh seorang wanita berbohong, bahkan datang sendiri untuk menonton para wanita saling menampar satu sama lain. Apa kau bahkan seorang pria, Khun Sawit Litinatgoson?" Sinis Sila.

"Kau mengkhianatiku!"

"Maaf, Khun Ae. Khun Sila adalah dermawan-ku, jadi aku tidak bisa menuruti rencana jahatmu. Permisi."

Kwan tak percaya mendengarnya. "Kau benar-benar melakukan itu Khun Ae?"

Ae cuma diam. Sila nyinyir, pria yang cuma bisa bersembunyi di bawah rok wanita, mana berani mengatakan kebenaran.


Ae tersinggung, Sila pikir dia tidak akan berani ngomong jujur? Apa Sila sendiri berani jujur bahwa dia tidak pernah membawa wanita lain ke tempat ini? Jangan menyangkal, karena dia tahu tak ada germo yang tak pernah meniduri pel~~~r-nya sendiri.

Kwan kesal, Ae menyewa wanita lain untuk menyakitinya. Sikap Ae ini jelas menunjukkan seberapa rendah dan tidak jantannya Ae. Ae tidak terima dihina seperti itu. Sila dengan cepat menyela dan menyuruh Ae untuk minta maaf pada Kwan lalu pergi.

Ae sinis, jangan bersikap sok jantan karena Sila jelas tidak jantan. Sila kan bersikap sok kaya dan menghabiskan uang untuk Kwan dengan cara menjual wanita-wanita lain. Oh yah, keluarganya Sila kan juga begitu. Bibinya juga menjual wanita.


Habis sudah kesabaran Sila dan BUG! Dia sontak menghajar Ae keras-keras. "Oil saja sudah cukup, aku sudah cukup bersabar. Jangan menghina bibiku jika kau masih ingin hidup dan melihat ibumu menua."

Ae berusaha melawan, tapi dia benar-benar bukan tandingannya Sila. Dengan cepat Sila memelintirnya dan membuatnya berlutut di hadapan Kwan dan memaksanya untuk meminta maaf pada Kwan.

Kwan dengan cepat menyudahi semua ini, dia sama sekali tidak butuh permintaan maaf. Ini saja sudah membuatnya sadar bahwa dia tidak memilih orang yang salah.

Dia langsung menyuruh petugas untuk menyeret Ae keluar. Kwan menggenggam tangan Sila saking cemasnya. Tak suka, Sila langsung melepaskan tangan Kwan darinya, tapi dia melakukannya dengan selembut mungkin biar tidak ketahuan kalau dia tidak menyukai sentuhan Kwan. Dia lalu menyuruh Kwan untuk ganti baju saja sekarang, dia juga mau ganti baju.


Sila masuk ke ruang ganti pria sambil sinis memikirkan kejadian tadi. Sebenarnya dia harus berterima kasih juga pada Ae karena rencana jahat Ae justru membantu anjing yatim piatu seperti dirinya, terlihat seperti seorang pangeran.


Min yang menyaksikan kejadian tadi dari kejauhan, jadi semakin bertekad bulat untuk membuat Kwan percaya bahwa Sila adalah Tor. Tun penasaran, apa rencana Min?

Karena yang boleh masuk ke tempat itu hanya para member, Min dan Tun pura-pura mau mendaftar jadi member. Tapi sebelum itu, apa boleh mereka melihat-lihat ke dalam dulu.

Untung saja si resepsionis percaya lalu mengantarkan mereka berkeliling tempat itu. Padahal begitu masuk, Min langsung pura-pura kebelet ke kamar kecil. Padahal dia menyelinap masuk ke ruang ganti pria.

Dia melihat Tor masuk ke salah satu bilik toilet, Min langsung masuk ke bilik sebelah lalu berpijak pada tong sampah, bertekad mau memotret tubuh Sila dan bekas luka yang dia yakini ada di d~~anya untuk dia tunjukkan pada Kwan.

Tapi dia agak kesulitan melakukannya, apalagi tong sampah yang dipijaknya mendadak oleng dan Min langsung terjatuh sambil menjerit heboh. Jelas saja Sila jadi curiga.


Min berusaha menutup mulutnya biar tidak ketahuan. Hmm, sepertinya berhasil. Tapi saat dia berpijak lagi, Sila ternyata sudah menunggunya. Wkwkwk!

"Aku baru tahu kalau kau ternyata tukang ngintip."

Min panik berusaha melarikan diri, tapi Sila dengan cepat menghadangnya sambil nyinyir. Kalau Min ingin melihatnya, seharusnya dia minta dengan cara baik-baik.


Min terus berusaha memberontak dan lari, tapi Sila dengan cepat menangkapnya dan memerangkapnya di tembok. Bukankah dia sudah pernah memperingatkan Min untuk tidak lagi ikut campur. Tapi Min bukan cuma tidak mendengarnya, dia bahkan diam-diam mengintipnya ganti baju.

"Apa kau menyukaiku sebesar itu?" Goda Sila.

Kesal, Min berusaha melawannya dan mengancam akan berteriak kalau Sila melakukan sesuatu padanya. Tapi Sila dengan mudahnya memelintir tangannya dan santai mengingatkan bahwa ini adalah toilet pria. Jika dia bilang bahwa Min masuk untuk mengintipnya, menurut Min, orang-orang akan lebih percaya pada siapa?

"Kau mungkin bisa membuat orang lain mempercayaimu, tapi aku tidak akan pernah mempercayaimu dan aku tidak akan pernah membiarkan P'Kwan jadi milikmu."


Jadi Min lebih suka menyelinap ke toilet pria hanya demi mencari sebuah bekas luka di d~~a? Bukankah kemarin Min bilang kalau Min tidak mau dia jadi P'Tor-nya? Terus sekarang apalagi yang mau dia buktikan?

"Karena jika kau P'Tor, maka P'Kwan akan berhenti berhubungan denganmu."

"Kenapa? Apa Khun Kwan membenci P'Tor-mu sebesar itu?"

"Kau seharusnya tahu sendiri seberapa besar P'Kwan membenci P'Tor. Tapi kalau kau tidak tahu, aku akan memberitahumu."

Karena Tor adalah anak seorang gundik. Baik Kwan maupun Ae sama-sama membencinya, karena mereka menganggap Tor jauh lebih rendah daripada mereka dan tidak seharusnya dia tinggal bersama dengan orang-orang kelas atas seperti mereka.

Bahkan setiap kali melihat Tor, Kwan pasti selalu mencaci maki dan menghina Tor sebagai anjing yatim piatu.

Tor kontan terdiam sedih, teringat bagaimana Kwan dan Ae dulu selalu bekerja sama untuk membulinya dan menghinanya habis-habisan sebagai anjing yatim piatu.

"Apa kau ingat sekarang?" Tanya Min menyadarkannya dari lamunan.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments