Sinopsis Before We Get Married Episode 2 - 4

Sinopsis Before We Get Married Episode 2 - 4

Selanjutnya: Episode 3 - Part 1

Zi Yuan kaget melihat Wei Wei, jadi orang yang mau membeli rumah ini ternyata pacarnya Wei Wei. Wei Wei mengiyakannya dan dengan sengaja menggenggam tangan Hao Yi biar dilihat Ke Huan. Hanya Ke Huan satu-satunya yang tidak mengerti dengan situasi ini dan langsung meminta penjelasan Zi Yuan.

"Bukankah kita sudah membicarakan masalah menjual rumah?" Santai Zi Yuan tanpa sedikitpun menyadari tatapan kesal Ke Huan.


Saat mereka saling memperkenalkan diri, Hao Yi langsung membahas mobil mewahnya Ke Huan yang dia lihat malam itu. Itu mobil kan limited edition. Hao Yi sendiri mengaku kalau dia cuma punya sepeda motor karena dia dan Wei Wei harus menabung untuk membeli rumah, jadi tidak ada budget untuk beli mobil.

Kalau boleh tahu, Ke Huan kerja apa sampai dia perlu menggunakan 3 layar komputer? Zi Yuan yang menjawabnya, Ke Huan adalah seorang trader di industri saham. Oh, Hao Yi sekarang mengerti kenapa Ke Huan bisa mempertahankan rumah ini dengan sangat baik walaupun rumah ini rumah lama.

Zi Yuan mengaku kalau mereka baru merenovasi rumah ini. Wei Wei langsung menduga kalau harga rumah ini pasti mahal, dia dan Hao Yi tidak akan sanggup membelinya. Tapi Ke Huan tiba-tiba menyela dan berkata kalau harganya bisa dinegosiasikan dengan alasan karena Wei Wei dan Zi Yuan adalah teman kuliah dulu.


"Tuan Li, apa kalian berdua membeli rumah sebagai persiapan pernikahan?" Tanya Ke Huan.

Hao Yi membenarkan. Dia merasa membeli rumah sebelum membentuk sebuah keluarga itu jauh lebih stabil. Ke Huan semakin penasaran, sudah berapa lama mereka pacaran? Wei Wei berkilah kalau masalah itu tidak ada hubungannya dengan masalah membeli rumah, tapi Hao Yi dengan senang hati menjawab kalau mereka sudah pacaran selama 3 tahun.

"Kalian mau menikah setelah pacaran 3 tahun? Apa itu tidak terlalu cepat?"

"Kurasa tidak. Wei Wei dan aku memulai hubungan kami dengan tujuan untuk menikah."

Mengalihkan topik, Zi Yuan tanya apakah mereka sudah melihat fasilitas publik di lantai bawah. Kalau belum, dia akan mengantarkan mereka melihat-lihat. Mereka langsung antusias beranjak bangkit.

Tapi Ke Huan dengan cepat menyela dan tanya apakah mereka sudah melihat-lihat keseluruhan rumah ini? Bukankah lebih baik salah satu dari mereka tetap tinggal untuk melihat-lihat lagi.

Karena Hao Yi sudah selesai melihat-lihat semuanya, jadi dia usul agar dia yang pergi bersama Zi Yuan, sementara Ke Huan bisa mengantarkan Wei Wei keliling rumah. Ke Huan jelas setuju, Wei Wei yang galau tapi dia tidak bisa protes. Dan jadilah mereka berduaan sekarang.


Ke Huan senang, akhirnya dia bisa berduaan dengan Wei Wei. Kesal, Wei Wei mengingatkan Ke Huan akan perjanjian mereka malam itu bahwa mereka harus saling melupakan satu sama lain dan tidak punya hubungan apapun lagi. Tapi Ke Huan sengaja mengacuhkannya dan berjalan ke balkon, bukankah pemandangan apartemennya ini bagus?

"Aku bicara padamu. Apa kau mendengarkanku?"

"Zhou Wei Wei, demi apa kau bersikap sesengit ini? Kau sendiri yang berinisiatif mencariku."

"Siapa yang berinisiatif mencarimu? Mana kutahu kalau ini rumahmu? Dan bukankah kau sudah melewati batas tadi? Kau punya hak apa untuk menanyai masalah hubunganku dengan Hao Yi?"

Ke Huan rasa pertanyaannya biasa saja. Wajar kan penjual dan calon pembeli untuk saling mengenal satu sama lain. Wei Wei tidak perlu sekalut ini. Wei Wei menyangkal, siapa juga yang kalut? Ke Huan sendiri yang kalut.

"Baiklah, ayo balik ke sofa dan saling mengenal satu sama lain."

"Dasar ca~~l!"

 

Habis sudah kesabaran Ke Huan. Sepertinya Wei Wei belum pernah bertemu orang ca~~l yang sesungguhnya. Biar dia tunjukkan! Ke Huan tiba-tiba membuka pintu balkon... lalu menggotong Wei Wei dan mendudukkannya di pagar yang jelas saja membuat Wei Wei ketakutan.


Panik, Wei Wei akhirnya nekat melempar dirinya ke Ke Huan hingga membuat mereka terdorong saling berangkulan yang sontak membuat mereka berdua terpana pada satu sama lain.


Cepat-cepat menguasai diri, Wei Wei berusaha kabur secepatnya, tapi Ke Huan lebih sigap menghalangi jalannya. Wei Wei jadi tambah panik, takut pacar-pacar mereka melihat mereka dan salah paham.

"Memangnya ada sesuatu di antara kita yang perlu disalahpahami?" Santai Ke Huan. "Atau adakah sesuatu di antara kita yang perlu didiskusikan?"

"Nggak ada!"

"Baguslah kalau begitu. Tolong kendalikan emosimu. Kenapa kau begitu gelisah saat melihatku tadi? Dan sekarang kau sangat kalut. Apa kau tidak menghapusku sepenuhnya dari ingatanmu? Kenapa aku melihat diriku seorang di dalam matamu? Kau tidak menghapusku sepenuhnya, kan?"

Wei Wei benar-benar kalut sampai-sampai air matanya berlinang. Kalau dia tidak melihat Ke Huan hari ini, dia pasti sudah melupakan Ke Huan sejak lama!

"Kalau begitu, lebih baik aku membantu mengembalikan ingatanmu. Karena aku menyadari kalau aku masih memiliki perasaan yang kuat padamu."

"Apa kau gila? Minggir!"

Tapi tentu saja Ke Huan menolak melepaskannya begitu saja, malah berkata. "Ci~m aku."

"Sinting!"

"Sedikit saja."


Emosi, Wei Wei sontak menyerangnya dengan ganas. Ke Huan santai saja membiarkannya... sebelum akhirnya dia mendorong Wei Wei ke kaca dan memerangkapnya. Apa Wei Wei mau mempertimbangkannya untuk jadi temannya?

"Aku tidak mau berteman denganmu!"

"Kita tidak harus berteman. Kita bisa..."

"Aku juga tidak mau jadi kekasihmu!"


"Jadi kekasih lumayan juga. Tapi aku bersumpah bahwa kata itu tidak pernah muncul dalam benakku."

(Hah? Maksudnya apaan? Jadi kamu benar-benar menganggap Wei Wei cuma hiburan doang, gitu?)
Wei Wei sontak menginjak kaki Ke Huan dan akhirnya dia bisa terlepas dari cengkeram Ke Huan.

Ke Huan tiba-tiba berubah sikap kembali dan mengalihkan topik ke masalah jual-beli rumah ini, dan tiba-tiba saja dia berkata kalau dia bersedia menurunkan harga jual rumah ini demi Wei Wei. Dia akan menurunkan harganya sampai ke jumlah yang tidak masuk akal.


Wei Wei hampir saja mau nyolot lagi. Tapi tepat saat itu juga, pintu terbuka dan pacar-pacar mereka kembali. Mereka langsung pura-pura seolah tak terjadi apapun barusan. Zi Yuan antusias menanyakan pendapat Wei Wei, apa dia menyukai rumah ini?

Hao Yi suka rumah ini, tapi Wei Wei tidak setuju dengan alasan tidak mau mengambil keuntungan dari teman kuliahnya sendiri. Mereka tidak mampu membeli rumah ini. Dia cepat-cepat pamit pergi sebelum Hao Yi sempat mengatakan apapun.

Tapi Ke Huan dengan cepat memberitahu Wei Wei bahwa harga rumah ini sangat bisa dinego jika dia benar-benar menyukai rumah ini. Wei Wei menolaknya dengan ketus yang jelas saja mengherankan semua orang.


Hao Yi bergegas mengejarnya dengan keheranan dengan sikap Wei Wei. Seharusnya kan mereka bernegosiasi dulu, kenapa Wei Wei malah bersikap seperti ini. Ini kan impian mereka untuk membeli sebuah rumah.

Tapi Wei Wei menegaskan bahwa jika Hao Yi mau beli rumah, mending dia beli saja rumah miring itu. Hubungi agen makelarnya, suruh pemilik rumahnya untuk menaikkan lantainya dan menurunkan harganya, maka Wei Wei akan mempertimbangkannya. Jika Hao Yi tidak mau, maka lebih baik dia mencari rumah kontrakan saja. Putuskan sekarang juga, dia mau beli atau sewa!

Baiklah, Hao Yi mengalah dan berjanji akan menghubungi agen real estate nanti. Tapi, apa Wei Wei lagi bad mood? Alih Alih menjawabnya, Wei Wei hanya berkata kalau dia menginap di rumah Hao Yi hari ini.

"Tapi sekarang hari minggu."

Wei Wei kesal mendengarnya. "Tidak bisakah hidup kita tidak selalu mengikuti rencana setiap saat?"

Baiklah, Hao Yi mengalah. Wei Wei boleh menginap di rumahnya.


Malam harinya, Ke Huan mencoba untuk bicara serius tentang hubungan mereka belakangan ini. Tapi Zi Yuan seperti sebelumnya, memotong ucapan Ke Huan dan nyerocos sendiri.

Dari ucapannya, sepertinya Ke Huan bersama Zi Yuan karena dulu dia pernah berjanji pada mendiang ibunya Zi Yuan bahwa dia akan menjaga Zi Yuan dan adiknya. Dan Zi Yuan berterima kasih karena Ke Huan sudah menepati janjinya itu.

Jelas-jelas bukan masalah itu yang ingin Ke Huan bicarakan, tapi Zi Yuan seolah tak mau dengar dan bergegas menghindari dengan masuk kamar.


Frustasi, Ke Huan akhirnya mengikuti jejak Wei Wei dengan mendengarkan lagu sendu di coco bar, lagu yang yang menggambarkan ketidakbahagiannya. Di tempat lain, Wei Wei pun tidak bisa tidur memikirkan ucapan Ke Huan tentangnya yang sepertinya belum bisa melupakan Ke Huan.


Keesokan harinya di kantor, Ke Fei mengendusi Wei Wei dengan curiga. Dia sudah punya pacar, yah? Wei Wei pasti habis menghabiskan malam di rumah pacarnya sepanjang weekend. Dia yakin kalau Wei Wei tidak pulanga kampung.

Soalnya kalau Wei Wei habis pulang kampung, biasanya dia bau bawang. Tapi hari ini baunya seperti habis mengincap di rumah cowok. Wei Wei berbohong menyangkal, dia cuma nggak ganti baju.

"Kuperingatkan kau. Kalau kau punya pacar dan tidak bilang-bilang padaku, aku akan marah padamu. Aku selalu memperlakukanmu dengan baik. Jika kau punya pacar dan tidak memberitahuku, kau akan mematahkan hatiku."

(Aww, Ke Fei. Seandainya kamu tahu kalau Wei Wei memang punya pacar rahasia selama 3 tahun)

"Kenapa kau bicara seolah kau pacarku?" protes Wei Wei.


"Kalau begitu ceritanya, bukankah menurutmu pacarmu ini adalah seorang nona muda yang anggun? Sedangkan kau malah selalu saja pakai jas, jas, jas, dan jas terus. Kau sudah pakai baju ini selama dua tahun, kan?"

Wei Wei tidak merasa ada yang salah kok. Baju ini kan masih layak pakai, ngapain juga musti ganti? Lagian kalau dia hidup hemat sekarang, dia pasti akan hidup enak di masa depan nanti.

"Di masa depan? Masa depannya seberapa jauh? Setelah kau mati? Kuberitahu kau, kehidupan yang belum kau alami hanyalah imajinasimu. Kau sangat tragis. Kau membangun kebahagiaanmu berdasarkan imajinasimu."

Wei Wei kontan terdiam memikirkan ucapan Ke Fei itu.


Di sebuah acara TV, tampak seorang CEO wanita bernama Mai Zi yang tengah diwawancara. Sepertinya dia CEO baru tapi sudah sukses dengan bisnisnya. Dan sepertinya kesuksesannya itu berkat Ke Huan sebagai penasehat investasinya.

Hari itu, mereka bertemu di sebuah cafe untuk mendiskusikan investor-investor mereka. Wanita itu mengaku kalau dia tidak terlalu khawatir dengan pendanaan mereka karena dia punya Ke Huan yang membantu perencanaan finansial mereka.

Masalahnya, dia membutuhkan seseorang untuk bagian internal perusahaannya. Apa Ke Huan bisa merekomendasikan seseorang yang bisa bekerja dengan baik dalam hidup penelitian dan pengembangan teknologi?


Tepat saat itu juga, Hao Yi kebetulan lewat dan langsung menyapa Ke Huan. Dia juga mengenali si CEO yang belakangan ini sangat terkenal. Mai Zi langsung antusias memperkenalkan namanya, mereka berdua bahkan langsung saling tukar kartu nama.

Hao Yi sebenarnya ingin bicara dengan Ke Huan, tapi karena Ke Huan masih sibuk dengan Mai Zi, akhirnya dia pamit. Dari kartu namanya lah, Mai Zi mengetahui kalau Hao Yi ternyata insinyur pengembangan komputer di perusahaan Hualai. Dan baru dari kartu nama itu pula Ke Huan menyadari kalau Wei Wei dan Hao Yi ternyata satu perusahaan.

Bersambung ke episode 3

Post a Comment

0 Comments