Sinopsis Before We Get Married Episode 4 - 2
Suatu hari, Wei Wei melihat Ke Huan ada di depan coffee shop langganannya. Sepertinya dia di sana untuk melihat Wei Wei, tapi begitu Wei Wei melihatnya, Ke Huan langsung pergi.
Sejak itu, Wei Wei jadi semakin gelisah sampai-sampai dia tidak sadar saat dia mencampur teh dengan kopi. Hao Yi heran melihatnya melamun, mereka akan segera pindah rumah tapi kenapa Wei Wei malah menghela napas berat?
Wei Wei beralasan bahwa pindah rumah itu banyak yang harus dipikirkan. Hao Yi jadi berpikir kalau Wei Wei pasti mengkhawatirkan masalah biaya dekor, jangan khawatir, kondisi rumah itu kan bagus, jadi mereka hanya butuh beberapa furnitur.
Dia santai saja nyerocos panjang lebar tentang masalah mendekor rumah baru mereka sampai tidak sadar kalau Wei Wei kembali melamun sambil tanpa sadar mencelupkan tehnya ke dalam kopi lagi.
Ke Huan sekarang malah jadi terlalu semangat bekerja sampai semua orang di kantor heran melihatnya. Dia bahkan jadi emosi saat Shu Ming mengonfrontasi keanehannya, pokoknya dia bertekad mau mendapatkan kembali kerugian 8 juta dolarnya.
Dia bahkan lembur sampai malam hanya demi menunggu pasar saham Amerika buka. Bai Yang berusaha membujuknya untuk pulang saja, tapi malah kaget saat Ke Huan mengaku kalau dia sudah menjual rumahnya dan tidak tahu ke mana dia harus pulang sekarang. Pfft! Saking nggak pedulinya sama rumah baru, dia sampai nggak tahu alamat rumahnya sendiri.
Jangan khawatir, Zi Yuan bilang rumah barunya sangat besar. Kakak Zi Yuan-nya Bai Yang itu pasti akan mengundang Bai Yang ke acara syukuran rumah baru. Bai Yang meyakinkan kalau dia selalu ada di pihak Ke Huan dan bukannya Zi Yuan. (Masak sih?)
Tapi sekarang, Bai Yang ngebet banget ingin pulang. Dia mau
'beli cola' (Pfft!), Ke Fei mengajaknya keluar. Ke Huan kesal mendengarnya, tapi akhirnya dia mengalah dan mengizinkan Bai Yang pulang duluan.
Tapi, Bai Yang masih cemas. "Apa segalanya baik-baik saja dengan Kak Zi Yuan?"
"Bai Yang, apa kau mau menyalakan komputermu dan mengejarkan laporan Nasdaq lagi?"
"Anggap saja aku tidak mengatakan apapun. Sampai jumpa besok, dadah!"
Bai Yang sudah menunggu dengan antusias di bar. Tapi begitu Ke Fei datang, dia malah mengembalikan perhiasan yang Bai Yang berikan untuknya. Tapi Bai Yang pantang menyerah, dia tetap ingin melanjutkan hubungan mereka.
Ke Fei nggak mau. Bai Yang memberikan hadiah ini untuk mengekangnya dan menjadikannya milik Bai yang seorang, gitu? Biar dia perjelas sekali lagi, hubungan mereka cuma hubungan saling menguntungkan.
Dan Bai Yang malah semakin memperburuknya dengan ngotot menginginkan sebuah hubungan dan sekarang Bai Yang bahkan memberikan hadiah untuk mengekangnya. Kalau begini, kenapa nggak sekalian aja Bai Yang ngasih dua duit? Apa Bai Yang menganggapnya sebagai wanita penghibur?
Tiba-tiba Ke Fei punya ide bagus. Bagaimana kalau Bai Yang membantunya, ajak bosnya Bai Yang itu ke pesta perjodohan. Bai Yang jelas tidak setuju, jangan mimpi untuk mengejar bosnya, dia sudah punya pacar.
"Aku kan tidak akan melakukan apapun padanya. Kalaupun iya..."
"Kau tidak boleh melakukan apapun dengannya! Pokoknya jangan berpikir melakukan itu dengannya. Belakangan ini dia sering lembur dan menolak pulang."
"Jadi dia ada masalah dengan pacarnya?"
"Mana kutahu. Dia bekerja terlalu keras sampai aku juga harus kerja lembur."
"Bukankah kau temannya, kenapa kau tidak tanya dia?"
Hari itu, Wei Wei tak sengaja bertemu kembali dengan Ke Huan di coffee shop langganannya. Wei Wei senang bertemu dengannya, tapi Ke Huan tidak seperti sebelumnya, kali ini dia benar-benar bersikap formal pada Wei Wei dan bergegas menghindar.
Wei Wei jadi kecewa dan canggung karenanya. Tidak tahan lagi, Wei Wei sontak mengejarnya dan memberitahu Ke Huan untuk tidak menghindarinya. Ke Huan menyangkal, itu cuma pikiran Wei Wei saja.
"Bagaimana kabarmu belakangan ini?"
"Bersiap pindah ke rumah baru."
"Selamat."
"Terima kasih."
Wei Wei langsung maju mendekatinya tepat saat Ke Huan tiba-tiba berbalik sehingga mereka saling bertatapan dalam jarak dekat. Kerinduan mereka pada satu sama lain tampak begitu jelas tergambar dalam tatapan mereka. Tapi Ke Huan dengan cepat menguasai diri dan pamit.
Malam harinya, Ke Huan makan malam bersama Zi Yuan dan Zi Ting. Zi Yuan dengan antusias memperlihatkan gambar-gambar chandelier pada Ke Huan tanpa sedikitpun memperhatikan Ke Huan sedang melamun dan sama sekali tidak mendengarkannya.
Justru Zi Ting yang lebih memperhatikan itu dan langsung menyadarkan Ke Huan dari lamunannya. Ke Huan mengklaim kalau dia mendengarkan Zi Yuan, tapi sama seperti sebelumnya, dia tidak mau repot-repot melihat-lihat gambar itu dan menyuruh Zi Yuan memutuskan segalanya sendiri. Dia bahkan langsung pamit dan beranjak pergi
"Kurasa Kak Ke Huan tidak tertarik dengan rumah baru. Apa di dalam hatinya masih ada dirimu?"
Zi Yuan seperti biasanya, beralasan kalau Ke Huan cuma sedang sibuk kerja. Makanya dia tidak tertarik pada hal-hal remeh semacam ini.
"Baiklah. Kalau kau ingin tetap membohongi dirimu sendiri, maka tidak ada yang bisa kulakukan. Kalian bisa hidup dalam kepura-puraan ini, tapi aku tidak bisa. Aku akan menginap di rumah temanku malam ini, aku tidak selera makan juga." Sinis Zi Ting lalu pergi.
Ayahnya Hao Yi puas banget dengan apartemen baru mereka. Apalagi pemilik lama rumah ini meninggalkan sebagian besar furniturnya di sini. Hao Yi senang. Ayah merasa Hao Yi sangat beruntung karena bersama Wei Wei. Jika bukan karena hubungan Wei Wei dengan teman sekolahnya itu, Hao Yi tidak bakalan bisa membeli rumah ini dengan harga sangat murah.
Hanya Wei Wei satu-satunya yang malah tidak tampak bahagia. Apalagi saat Ayah sedang mengagumi balkonnya yang kontan membuat Wei Wei makin sedih teringat kenangannya bersama Ke Huan di balkon itu. Kenangan yang membuat Ke Huan memutuskan untuk menjual rumah ini pada Wei Wei.
Wei Wei akhirnya memberitahu Ke Fei bahwa dia mau pindah rumah yang sontak mendapat protes keras dari ke Fei. Kenapa Wei Wei mau pindah? Wei Wei berusaha menghindari topik itu, tapi Ke Fei ngotot sengotot-ngototnya menuntut alasan sehingga terpaksa Wei Wei harus mengaku kalau dia punya pacar.
Ke Fei sakit hati, kenapa dia tidak tahu?! Teman macam apa Wei Wei ini! Katakan, siapa pacarnya Wei Wei? Apa Ke Fei pernah bertemu dengannya sebelumnya?
"Ya, kau pernah bertemu dengannya."
"Chu Ke Huan?"
"Kenapa kau mikirnya dia? Bukan dia! Kami sudah bersama selama 3 tahun."
"Kau dan Chu Ke Huan sudah bersama selama 3 tahun?!"
"Kau ngomong apa sih? Aku cuma membeli rumahnya, aku akan segera menikah."
"Chu Ke Huan beli rumah dan mau menikahimu?" (Wkwkwk!)
"Bukan Chu Ke Huan! Seseorang dari departemen penelitian dan pengembangan di kantor."
Ke Fei shock, dia pacaran sama Da Wei?! Wei Wei kok mau sama orang semacam Da Wei?! Wei Wei mengoreksi, bukan Da Wei! Orang yang duduk di sebelahnya Da Wei, Li Hao Yi.
"Li Hao Yi?! Siapa 321?"
"Li Hao Yi. Insiyur di departemen penelitian dan pengembangan. Aku pacaran dengannya selama 3 tahun."
"Li Hao Yi... siapa dia?" (Pfft! Nggak terkenal banget yah?)
Beberapa saat kemudian, kedua wanita itu mulai mabuk dan Ke Fei akhirnya mulai bisa nyambung. Jadi Ke Huan menjual rumahnya pada Wei Wei dan si Yi siapa lah itu, lalu Ke Huan dan pacarnya pindah ke rumah yang lebih besar?
Tapi Ke Fei sungguh tidak mengerti dengan Wei Wei. Jika dia yang jadi Wei Wei, dia pasti akan lebih memilih Ke Huan. Dia pacaran sama 321 selama tiga tahun dan tak ada seorangpun yang mengetahuinya. Wei Wei yakin mau bersama seseorang yang bahkan nggak terkenal itu?
"Kenapa kau berkata seperti itu tentang Hao Yi? Dia orang baik. Dia bisa diandalkan dan jujur. Dan yang paling penting, dia tidak menipu. Kau harus mencari orang semacam itu untuk jadi suami."
"Katakan padaku. Apa kau puas?"
"Apa maksudmu? Bukankah memang seperti itu? Hidup memang seperti itu."
Ke Fei sungguh tidak mengerti, kenapa Wei Wei tidak bersama Ke Huan saja? Bukankah Ke Huan mengejar Wei Wei? Kenapa? Wei Wei mengingatkan sekali lagi, Ke Huan adalah pacarnya teman kuliahnya.
Mereka akhirnya pindah ke rumah baru mereka yang sudah didekorasi. Karena mereka bisa membeli rumah ini berkat Ke Huan, Hao Yi usul agar mereka mengundang ke Huan dan Zi Yuan makan malam. Wei Wei setuju.
Zi Yuan mendapat telepon undangan makan malam itu tak lama kemudian. Ke Huan awalnya protes karena salah mengira Zi Yuan mengatur janji makan malam lagi entah dengan siapa. Tapi begitu Zi Yuan memberitahu kalau mereka diundang oleh pacarnya Wei Wei, dia langsung terdiam.
Ke Fei mengajak Bai Yang minum-minum sambil curhat sedih, dia merasa seperti dicampakkan. Bai Yang sontak merajuk cemburu kayak anak kecil, siapa yang mencampakkan Ke Fei? Katanya dia nggak punya pacar! Siapa orang itu?!
"Ngapain kau marah, orang gila?! Kami sudah bersama selama 3 tahun, dia punya pasangan tapi dia bahkan tidak pernah memberitahuku. Dan saat dia mau pindah rumah, dia baru memberitahuku. Aku ini apa baginya?! Dia meninggalkanku sendirian di sini dan kabur untuk tinggal di rumah besarnya Chu Ke Huan. Hiks!"
Bai Yang lega mendengarnya. Jadi yang Ke Fei maksud tuh Wei Wei? Mereka kan saudara, bukan pasangan. Itu kan bukan masalah besar.
"Kau tahu apa?! Jelas-jelas ada yang mencurigakan di sini."
"Berhentilah bicara omong kosong."
"Aku bicara omong kosong? Jika tidak ada sesuatu yang terjadi di antara mereka, aku akan mengaku kalah darimu."
"Jika Zi Yuan mendengar ini, dia pasti akan marah." Cemas Bai Yang (Halah! Tadi bilangnya memihak Ke Huan, tapi sekarang malah mengkhawatirkan Zi Yuan)
"Itu bukan masalahku, aku nggak kenal dia."
Bersambung ke part 3
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam