Sebelum Sanrak resmi magang, Na membawanya ke pabrik percetakan sambil memperingatkan Sanrak bahwa Sanrak harus bisa membuat kesan yang baik pada sekretarisnya, Jane, yang sangat perfeksionis.
Na mengaku kalau dia sengaja menyerahkan Sanrak pada Jane karena dia sendiri sudah pasti tidak akan bisa bersikap keras pada Sanrak.
Na lalu mengkuliahi Sanrak tentang apa peran percetakan bagi majalah mereka dan visi misi majalah mereka.
Sanrak berusaha fokus mendengarkannya padahal dalam hatinya sebenarnya dia ragu apakah dia akan bisa bekerja dengan baik karena sesungguhnya dia tidak bisa begitu mengingat apa saja yang Na katakan barusan.
Sanrak yang baru pertama kali ke tempat seperti itu, merasa tempat itu cukup menarik. Bahkan saking antusiasnya, dia langsung mengulurkan tangan untuk menekan beberapa tombol warna-warni yang ada di hadapannya karena menurutnya tombol-tombol itu lucu.
Tapi Na cepat-cepat mencegahnya dan memperingatkan Sanrak untuk tidak menekan tombol-tombol itu karena tombol-tombol itu bukan mainan, melainkan tombol-tombol pembuka pembatas lift barang yang bisa membuat Sanrak terjatuh.
"Ini adalah hari pertamamu bekerja. Jangan lagi bersikap ceroboh seperti ini saat bekerja"
Sanrak hanya menanggapinya dengan senyum canggung. Na benar-benar heran dengan Sanrak, kenapa dia selalu menanggapi setiap masalah hanya dengan senyum? Kapan Sanrak akan dewasa kalau seperti ini terus?
"Lalu apakah aku harus bertampang serius untuk membuatku kelihatan tua? Apa aku harus seperti ini?" balas Sanrak sambil memperlihatkan wajah seriusnya.
Ah, sudahlah! Pokoknya Sanrak harus ingat, saat dia resmi magang besok, tidak ada seorangpun yang boleh tahu tentang hubungan mereka.
Jika tidak, maka semua orang akan menganggap Sanrak magang di kantor ini melalui koneksi. Sanrak juga tidak perlu memakai seragam supaya dia dikira pegawai biasa.
Sandee terbangun dan shock mendapati Thada tidur di sisinya. Tapi bagaimana bisa? Tidak mungkin! Tidak mungkin! Sandee langsung memejamkan matanya lagi dan saat dia membuka mata... ternyata semua itu tadi memang cuma mimpi, nyatanya dia sendirian di tempat tidurnya.
Keesokan harinya adalah hari pertama Sanrak magang. Dia sudah menunggu kedatangan First yang katanya berjanji akan mengantarkannya ke kantor di hari pertamanya magang.
Seperti biasanya, dia percaya pada First dan sangat yakin kalau First pasti akan datang. Tapi sampai beberapa lama juga, First masih saja belum datang-datang.
Sandee tidak yakin kalau First akan datang karena biasanya juga dia selalu tidak datang dengan berbagai macam alasan, sibuk lah, inilah, itulah, bla-bla-bla, pokoknya banyak banget deh alasan First.
Tapi Sanrak menolak mempercayainya malah menuduh Sandee terlalu berprangsaka buruk pada pacarnya.
Sesaat kemudian, First akhirnya mengangkat teleponnya. Hmm... dari ekspresinya sih sepertinya ada yang buruk.
Tapi Sanrak tidak mau mengakuinya di depan Sandee dan Chacha dan cepat-cepat menghindar keluar dengan alasan sinyal buruk.
Penasaran, Sandee dan Chacha diam-diam menguping dan mendengar Sanrak menanyakan masalah wanita yang barusan menerima teleponnya.
First dengan lancarnya berbohong mengatakan kalau wanita itu adalah pelayan yang sedang mengambili baju-baju kotornya dan mungkin dia mengangkat teleponnya karena si pelayan mendengar hapenya berbunyi terus.
"Tapi suara wanita ity terdengar seperti suara wanita muda" ujar Sanrak tak percaya tapi nada bicaranya terdengar terlalu lemah untuk disebut sebagai konfrontasi.
First dengan santainya beralasan kalau pelayan jaman sekarang memang masih muda-muda. First jelas lupa dengan janjinya sendiri dan hanya meminta maaf karena dia tidak bisa datang dan berharap semoga Sanrak bisa memahaminya.
Walaupun jelas sedih tapi Sanrak memutuskan untuk tidak mempermasalahkan hal itu, bahkan pura-pura bersikap ceria di hadapan Sandee dan Chacha dan memberitahu mereka kalau pacarnya tidak bisa datang karena terjebak macet jadi lebih baik dia pergi sendiri saja sekarang.
Sandee sedang duduk sendirian di kampus saat seorang pria tiba-tiba mendatanginya, menyapanya akrab, lalu langsung duduk dihadapan Sandee walaupun Sandee belum memberinya izin. Pria itu memperkenalkan namanya adalah Thew dan dia berasal dari fakultas ekonomi.
Sandee bingung "Apa kita saling mengenal?"
Thew mengaku kalau mereka memang pernah bertemu dan sekarang ingin lebih mengenal Sandee. Kali ini Sandee benar-benar heran, karena dia yakin kalau mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Hmm... karena Sandee sepertinya lupa, pria itu pun langsung mengingatkannya.
Flashback,
Waktu itu di hari pertandingan futsal yang dimainkan oleh Thada dan kawan-kawan, Thew adalah salah satu tim lawan yang berhasil dikalahkan tim Thada.
Waktu itu Sandee menggerutu kesal pada Thada karena Thada melemparinya handuk bau keringat.
Saat itulah, Thew yang awalnya hendak mengkonfrontasi tim Thada, malah membeku di tempat karena terpesona melihat Sandee.
Kembali ke masa kini,
Sandee langsung bertanya terang-terangan, apakah Thew mendatanginya karena Thew ingin mengejarnya?
Dan Thew langsung membenarkannya tanpa ragu bahkan langsung meminta Sandee untuk memberikan nomor hapenya.
"Jika aku tidak mau memberikannya, kau tetap akan berusaha mencari cara untuk mendapatkannya dari orang lain kan?"
"Iya. Dan orang lain akan tahu kalau aku sedang mengejarmu"
Jadi apakah Sandee akan memberikan nomornya? Sesaat Sandee tampak ragu tapi pada akhirnya dia menyerah dan memberikan nomor hapenya pada Thew.
Tepat saat itu juga, teman-temannya Sandee termasuk Thada melihat mereka tak jauh dari mereka. Setelah memberikan nomor hapenya, Sandee langsung beranjak pergi karena dia ada kelas sekarang.
Setelah Sandee pergi, Thada yang jelas memiliki hubungan buruk dengan Thew, langsung melabrak dan menginterogasi Thew. Sedang apa Thew disini? Apa dia sedang berusaha mengejar Sandee?
Thew dengan senyum licik dan puas, mengaku terang-terangan kalau dia mendekati Sandee untuk minta nomor hapenya dan menyatakan keinginannya untuk mengejar Sandee. Memangnya kenapa Thada bertanya, apa Thada pacarnya Sandee?
"Bukan"
"Aku sudah tahu kalau kau bukan pacarnya"
Thada jelas tampak tak senang mengetahui Thew mengejar Sandee. Tapi salah satu temannya malah senang karena akhirnya ada juga cowok yang naksir Sandee dan mungkin sebentar lagi teman cewek mereka yang tomboy itu akan punya pacar.
Pete malah menyayangkan hal ini karena kalau Sandee punya pacar maka shipping mereka pada Sandee dan Thada yang mereka namai Dee-Da Couple, akan karam.
Tapi melihat ekspresi Thada, mereka jadi curiga jangan-jangan Thada cemburu yah pada pria itu? Thada menyangkal keras padahal jelas-jelas dia tampak sangat amat marah.
Bahkan selama di kelas, Thada lebih konsen memperhatikan Sandee dan hapenya daripada memperhatikan kuliahnya.
Gara-gara kelamaan menunggu First, Sanrak jadi telat ke kantor. Saat dia tiba di depan kantor majalah, dia langsung bertemu Jane disana. Sanrak menyapanya sopan tapi Jane dengan dinginnya berkata kalau dia tidak bisa membalas sapaan Sanrak karena tangannya penuh lalu menyuruh Sanrak mengikutinya sekarang juga. Sanrak hanya bisa bengong mendapat perlakuan sedingin itu di hari pertamanya kerja.
Saat mereka hendak masuk kantor, seorang wanita lain tiba-tiba menyapa mereka dan bertanya siapa Sanrak.
Wanita bernama Ella yang berprofesi sebagai model itu makin heran saat Sanrak memperkenalkan dirinya sebagai pegawai magang karena setahunya perusahaan ini tidak merekrut pegawai magang.
Jane membenarkan bahwa Sanrak memang pegawai magang yang barusan direkrut. Ella penasaran bagaimana bisa Sanrak direkrut dan kenapa dia tidak mengetahui masalah ini.
"Saya juga kurang tahu, Khun Ella. Jika anda ingin tahu, silahkan anda bertanya langsung pada Khun Na" jawab Jane dengan gaya sekretaris profesionalnya.
Na datang tak lama kemudian dan Ella langsung menggandeng lengannya mesra sambil bertanya apakah Na yang merekrut pegawai magang ini. Saat Na membenarkannya, Ella langsung protes, kenapa Na tidak pernah memberitahunya, padahal dia kan...
Entah apa yang hendak dikatakan Ella, tapi Na cepat-cepat menyelanya dan berkata bahwa sebaiknya mereka membicarakannya di kantor.
Sebelum pergi, Na memberitahu Sanrak untuk masuk kantornya 15 menit lagi. Setelah mereka berdua pergi, Sanrak langsung bertanya pada Jane tentang apa sebenarnya hubungan Na dan Ella. Tapi Jane menolak menjawabnya.
15 menit berlalu tapi Jane masih belum keluar dari kantornya Na padahal seharusnya sekarang waktunya Sanrak menemui Na di ruangannya sesuai perintah Na tadi.
Dia bingung harus bagaimana? Apakah dia harus menerobos masuk saja dan menyela pertemuan Na dan Ella? Dia mencoba menanyakannya pada Jane tapi Jane cuma diam saja.
Mengira kalau diamnya Jane artinya mengiyakan pertanyaannya, Sanrak langsung saja menerobos masuk ke ruangannya Na... tapi malah shock mendapati Na dan Ella sedang bermesraan.
Ternyata mereka lupa waktu gara-gara itu. Sanrak langsung panik dan canggung sementara Na dan Ella cepat-cepat saling menjauh.
Dengan bibir masih belepotan lipstik, Na memberitahu Sanrak bahwa mulai sekarang dia akan bekerja sebagai asistennya Jane. Canggung, Sanrak langsung cepat-cepat kabur setelah mendapatkan instruksi Na itu.
Dan sejak mendapat perintah itu, seharian Sanrak mengobservasi pekerjaan Jane. Tapi walaupun cuma sekedar mengobservasi, tetap saja melelahkan karena dia harus membuntuti Jane kemana-mana, membantunya membawakan berbagai dokumen, membagi-bagikan tiap-tiap dokumen ke pegawai yang tepat dan harus berjalan cepat karena Jane jalannya sangat cepat.
Pulang ke rumah malam harinya, Sanrak langsung kecapekan. Tapi Chacha memberinya semangat dan keyakinan bahwa Sanrak pasti akan bisa. Semangat dari Chacha itulah yang membuat mood Sanrak kembali membaik.
Sementara itu, Sandee masih di luar toko sedang asyik chatting dengan Thew. Awalnya dia santai-santai membalas chattingan Thew. Tapi tiba-tiba Thew meneleponnya.
Masih belum nyaman dan akrab, Sandee mengangkat teleponnya tapi pura-pura tidak bisa mendengar suara Thew dengan alasan sinyal buruk lalu cepat-cepat mematikan hapenya.
Sanrak dan Chacha yang sedari tadi menguping dari belakang, langsung bersorak dan menggodai Sandee "Bapak-bapak, ibu-ibu, para tetangga. Lihatlah, adikku akhirnya diajak kencan cowok"
"Apa kau gila? Tidak ada yang mengajakku kencan" protes Sandee malu.
Sanrak menduga mungkin pria itu Thada mengingat Thada pernah datang menjemput Sandee.
Sandee cepat-cepat menyangkalnya dan menekankan kalau dia dan Thada tidak ada hubungan apa-apa.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam