Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 10 - 3

 Sinopsis Bupphae Saniwaat Episode 10 - 3


Melanjutkan percakapan mereka yang tadi, Ayah memberitahu Kade tentang berbagai barang dagangan lainnya yang mereka perjualbelikan di Ayutthaya. Selain kulit binatang, mereka juga menjual ikan pari, gaharu, gading gajah... dan gajah.

Kade shock mendengarnya. "Gajah hidup?!"


Suaranya keras banget sampai terdengar Por Date cs dan para pelayan di dapur. Reung heran, apa yang Kade kagetkan tentang gajah.

"Iya. Kita menjual gajah dan gading gaja. Cuma ta* gajah saja yang tidak kita jual." Canda Luang Sorasuk.

"Kalau kita menjualnya, maka Ork Phra Phetrcha pasti akan semakin kaya raya, karena dialah pemimpin Pasukan Gajah Kerajaan." Timpal Por Date.


Kade tanya dari mana Raja mendapatkan barang-barang dagangan itu? Tentu saja dari para warga, jawab Ayah. Lalu kenapa bukan warga sendiri saja yang menjualnya? Kade tambah penasaran.

Karena menurut hukum, warga tidak boleh menjual barang dagangan pada siapapun selain pada kerajaan. Oh, Kade mengerti. Lalu pihak perbendaharaan kerajaan menjualnya ke luar negeri. Mereka membeli dengan harga murah, untuk dijual dengan harga mahal, iya kan?

"Begitulah. Tidak aneh. Perbendaharaan kerajaan mematok harga sendiri."

"Termasuk harga jual-beli, kan?"

Ayah membenarkan. Kade mengerti lalu menulis di bukunya bahwa sistem perdagangan yang dilakukan Ayutthaya adalah sistem monopoli. Ayah heran mendengarnya, Kade bilang apa barusan?

"Err... maksud saya... Khun Luang sangat ketat. Ketat dalam hal perdagangan. Jadi hanya perbendaharaan kerajaan yang jadi kaya."

"Warga yang tekun juga akan jadi kaya, mereka yang sangat rajin. Karena mereka mendapatkan barang-barang dari hutan untuk dijual dan mendapatkan uang. Mereka tidak perlu modal, mereka hanya perlu menggunakan tenaga mereka."

"Tapi mereka bisa menjual lebih banyak jika saja mereka bisa menjualnya sendiri pada para farang itu."

"Segala sesuatu di dalam negara ini adalah milik Paduka Raja."


Di dapur, Khun Ying gregetan banget memikirkan Kade yang suka kepo banget dengan segala hal.

Lebih baik ia segera menikahkan Kade biar dia jadi ibu rumah tangga saja. Jika tidak, setiap hari Kade akan terus bikin ribut.


Di istana, Phra Phetracha mengkonfrontasi Raja Narai karena dia yakin kalau Raja akan mengangkat Phaulkon menggantikan posisi Khun Lek sebagai perbendaharaan kerajaan dan penasihat utama Raja.

Raja mengaku kalau sebenarnya ia berniat menunjuk Phetracha, tapi Phetracha sendiri yang menolak. Phetracha beralasan itu karena dia tidak berbakat dalam perdagangan, dan dia juga benci para farang.

Raja penasaran, siapa yang memberitahu Petracha informasi itu. Phetracha menyangkal, tak ada yang memberitahunya, ia bisa menduganya sendiri dari melihat situasi.

Raja menolak bertemu dengan perwakilan perusahaan Inggris, itu artinya Raja menolak mendengar korupsi yang dilakukan si farang itu. Sekarang Khun Lek sudah meninggal dunia, jelas saja si farang itu sekarang mengincar posisi Khun Lek. Masa Raja tidak mengetahuinya?

Raja mengaku kalau dia memang berniat menunjuk Phaulkon, tapi Phaulkon menolak. Karena itulah, Raja akan menunjuk orang lain, yaitu Ork Ya Pra Sadit.

Phetracha lebih tidak setuju lagi kalau harus orang itu yang menggantikan posisi Khun Lek. Dia itu sudah tua dan tidak tahu menahu tentang perdagangan.

"Siapapun yang kutunjuk tidak pernah bisa memuaskanmu." Protes Raja. "Lalu apa yang harus kulakukan untuk memuaskanmu?"

"Kalau Paduka menunjuk Ork Ya Pra Sadit, maka si farang itu bisa melakukan perdagangan sesuka hatinya. Dia bisa menipu siapapun yang dia mau. Apa Paduka tidak tahu seberapa besar kekayaannya?"

"Bukankah kau sendiri kaya raya?!"


Sakit hati dan tidak bisa berkutik lagi, Phetracha langsung beranjak pergi dari sana... tepat saat Phaulkon datang.

Phaulkon memberinya salam hormat, tapi Pethracha tidak suka dengan tatapan Phaulkon dan langsung memperingatkan Phaulkon untuk sadar posisinya. Phaulkon sinis, jabatan mereka sebagai Ork Pra itu setara.

"Kau pikir kau kesayangan Raja? Hati-hati dengan bayangan di atas kepalamu. Hati-hatilah dengan dirimu sendiri." Geram Phetracha. Tapi Phaulkon sama sekali tak gentar dengan ancamannya itu.

Begitu Phetrcha pergi, Raja langsung tanya-tanya tentang Raja Perancis. Apa keahlian khusus Raja Louis XIV? Phaulkon pun dengan senang hati memberikan segala informasi yang Raja Narai inginkan.


Selesai bicara dengan Ayah, Kade akhirnya punya kesempatan untuk mendekati ketiga pria itu dan langsung to the point berkata. "Tuan-tuan, aku mau pergi ke kuil, apa kalian bisa mengantarku?"

BRAK! Por Date sontak membanting gelasnya, Reung dan Luang Sorasuk pun sontak mengalihkan tatapan mereka dari Kade.

"Ke manapun kau pergi, hanya orang dari rumah ini yang boleh mengantarmu. Kenapa kau malah meminta orang lain untuk mengantarkanmu?!" Omel Por Date

"Khun P' mau mengantarkanku? Terima kasih."

"Kuil apa?"

"Aku mau berderma ke 9 kuil dan berdoa selama setengah tahun juga."

Wkwkwk! Por Date shock. Kenapa Kade mau berdoa selama itu? Kalau selama itu, bisa sampai Songkran (Hari tahun baru Thailand, sekitar bulan April).

"Oh, benar juga. Itu sekitar April. Era ini kan tidak seperti era-ku." Gumam Kade. Kalau begitu, dia mau berdoa sampai tanggal 31 Desember.

Bingung menghadapi ocehan gaje Kade yang sulit mereka pahami, Luang Sorasuk dan Reung buru-buru pamit pergi saat itu juga. Tapi saat Reung pamit, Kade ngotot mau mengantarkannya sampai depan.


Begitu sampai depan, dia langsung mencoba memancing Reung untuk mengingatnya. "Khun Reung, apa kau pernah melihatku sebelumnya?"

"Ya, tentu."

Kade senang. Reung pasti ingat kalau dia pernah bertemu Kade dulu banget, kan? Tapi Reung berkata kalau dia cuma pernah melihat Kade saat dia baru datang dari Songkrae tahun lalu.

"Bukan, bukan waktu itu. Duluuuu sekali."

Reung bingung "Kalau selama itu... aku lupa."

"Khun Reung, kau tidak mungkin lupa. Kau punya ingatan yang bagus. Cobalah memikirkannya lagi, pernahkah kau melihatku sebelumnya? Pernahkah kau mengenalku sebelumnya? Karena aku jelas-jelas mengenalmu sebelum ini."


Reung tambah bingung mendengarnya. Dia mencoba mengingat-ingat, tapi tetap saja tak punya ide. Memangnya kapan Kade pernah mengenalnya?

"Di kehidupan yang sebelumnya."

"Hah?"

"Err... tidak. Maksudku, dulu. Khun Reung, jangan bingung begitu."

Tapi Reung benar-benar bingung dan tak mengerti. Kade kecewa. Por Date melihat hal itu dari kejauhan dan langsung cemburu berat.

 

Saking emosinya, dia malah melampiaskan amarahnya pada Joi yang tidak salah apa-apa. Cuma karena Joi tak segera menjawab panggilannya, Por Date sontak ngamuk-ngamuk memarahinya bahkan menyuruh Joi untuk enyah dari hadapannya dan hampir saja menendangnya.


Prik santai menghibur Joi, tidak usah dipikirkan, Por Date pasti lagi kesurupan. Para pelayan lainnya tak sependapat dengannya, ngapain juga nyalahin-nyalahin arwah.

Prik ngotot kalau Por Date itu lagi kesurupan. Jadilah dia dan Juang otot-ototan. Tapi Juang juga tak punya ide tentang alasan tentang kenapa Por Date mendadak ngamuk-ngamuk tanpa sebab.

Prik menyuruh Joi untuk berusaha membujuk tuannya itu dengan cara menuangkan teh untuknya. Dia yakin teh akan membuat Por Date senang.

Tapi belum sempat Joi menghidangkan tehnya, Por Date sontak marah-marah lagi mengusirnya. Joi sontak kabur dari sana.


Para pelayan terus bergosip. Jit dan Buong sepertinya tahu apa alasan Por Date ngamuk-ngamuk. Tadi Buong melihat Kade lagi ngobrol dengan Reung di dok. Prik kaget, jangan-jangan Por Date...

Juang langsung bisa membaca pikiran Prik. Juang sih senang-senang saja, tapi Prik tak senang dan langsung nyinyir. Bagaimana bisa orang semacam Karakade menikah? Cih!


Tak tahan lagi, Por Date langsung mendatangi Ibunya lalu meminta Khun Ying untuk mengadakan suatu upacara untuknya.

Khun Ying setuju-setuju saja, tapi Por Date mau mengadakan upacara apa? Apa upacara derma besar-besaran?

"Tolong Ibu adakan upacara pernikahan untukku. Aku ingin segera menikah."

Pfft! Khun Ying shock. Dan bahkan sebelum Khun Ying sempat mengucap apapun, Por Date langsung pergi seolah apa yang dia sampaikan itu sudah final dan tidak mau terima bantahan.


Mood Por Date mendadak membaik setelah itu. Joi sedang membersihkan meja kerjanya saat dia kembali. Joi sontak ketakutan dan berniat kabur, tapi Por Date mendadak memanggilnya.

"Kau mau pergi ke mana, Joi?"

"Ke sini, Tuan." Ucapnya.

"Ke mana?"

"Ke sini, Tuan" Joi mundur sedikit dengan takut-takut.

Por Date sontak mendekat yang jelas saja membuat Joi semakin ketakutan. Por Date pun langsung menepuk kepala Joi... lalu mengelus-elusnya bak ngelus puppy. LOL!

"Tidak usah menghiraukanku. Aku cuma emosi sesaat."

Tapi apa orang yang di dok itu sudah pergi? Joi bilang belum, Reung masih di sana. Tapi berhubung sekarang mood-nya sudah membaik kembali, Por Date tak lagi mempermasalahkannya.

Bersambung ke part 4

Post a Comment

0 Comments