Sinopsis About is Love Episode 13 - 3

 Sinopsis About is Love Episode 13 - 3

Wei Qing membawa Zhou Shi untuk mengubah penampilan sesuai dengan gaya wanita ideal yang Ming Cheng sebutkan itu.


Tapi saat Zhou Shi keluar, Wei Qing dan Asisten An malah ngakak melihat penampilannya yang aneh banget. Bahkan Zhou Shi pun ngeri sendiri melihat penampilannya yang katrok abis. Heran dia, kenapa Ming Cheng menyukai cewek model begini?

"Entahlah. Mungkin Li Ming Cheng menyukai wanita yang sangat alami."

"Aku tidak mempercayaimu!"


Zhou Shi langsung balik ke kamar pas dengan kesal. Akhirnya dia mencoba gonta-ganti segala macam model dan sukses jadi hiburan gratis untuk Wei Qing dan Asisten An.


Hingga akhirnya, Zhou Shi kemudian keluar dengan penampilan yang paling sesuai seperti yang disebut Ming Cheng. Rambut pendek sekuping, pakai kacamata, dan baju casual yang kedodoran.

Tapi Zhou Shi merasa aneh saat menatap bayangan dirinya di cermin. Kenapa rasanya penampilan ini sangat familier?

Kali ini Wei Qing menyetujui penampilannya. Tapi tahukah Zhou Shi kenapa dia gagal dalam pengakuan cintanya yang sebelumnya?

"Karena kau menghilangkan surat cinta dan cincinku."

"Salah. Itu karena kau kurang percaya diri. Mulai besok aku akan mengatur latihan khusus untukmu. Sekarang ganti bajulah, akan kuantar kau pulang."


Asisten An penasaran, apa Wei Qing sungguh-sungguh mau membantu Zhou Shi untuk mengejar Ming Cheng.

"Li Ming Cheng tidak menyukai Zhou Shi. Tapi jika aku tidak membiarkannya mencoba sendiri, aku takut kalau dia akan menyesal."


Cuma ada Ning Fei di rumah saat Zhou Shi pulang. Dia sedang melukis dan lukisannya benar-benar membuat Zhou Shi kagum. Tapi aneh juga, gaya lukisannya Ning Fei sama seperti Xun Ran. Apa Ning Fei meniru Xun Ran? Ning Fei mengiyakannya saja dan Zhou Shi benar-benar mempercayainya.

"Kau sangat pintar menirunya. Aku pernah mencoba menirukan gayanya tapi aku tidak pernah bisa mendapatkan intisari lukisannya. Tapi lukisanmu ini sangat mirip dengan gayanya. Kau pasti sudah lama menirunya, yah?"

"He-eh."

"Oh yah, kudengar kau belajar melukis dari ayahnya Wei Qing."

"Iya."

"Kalau begitu, bisakah kau beritahu aku tentang beliau?"

Flashback.

Suatu hari, Ayah melihat-lihat hasil lukisan Ning Fei dan Wei Qing. Tapi satu-satunya yang Ayah puji setinggi langit hanya lukisannya Ning Fei.

Walaupun lukisannya Ning Fei masih amatir, tapi Ayah bisa merasakan passion-nya dalam seni. Ini adalah satu-satunya cara Ning Fei berkomunikasi dengan dunia karena dia tidak suka bicara.

Karena itulah, Ayah berharap Wei Qing bisa belajar dari Ning Fei. Teknik lukisannya Wei Qing memang bagus dan pro, tapi dia tidak punya passion seperti Ning Fei.

"Sepertinya, satu-satunya yang mewarisi bakatku hanya Xiao Fei." Puji Ayah.

Tapi sikap Ayah itu membuat Wei Qing jadi sedih dan cemburu hingga dia langsung pergi dengan tangan terkepal penuh amarah. Ayah benar-benar sedih dengan sikapnya. Alangkah bagusnya jika Wei Qing mampu melampiaskan amarahnya itu pada lukisannya.

Flashback end.



Wei Qing tidak pernah sadar kalau sebenarnya Ayah bersikap keras pada Wei Qing bukan karena dia tidak sayang, melainkan karena Ayah sangat menyayanginya dan lebih mementingkannya. Sayangnya, Wei Qing tidak pernah memahami hati ayahnya.

"Lalu bagaimana tentang hubungannya dengan ibunya? Kenapa ibunya sangat membencinya."

"Karena kematian uncle."

Flashback.


Hari itu saat mereka tiba di rumah, polisi sudah sibuk meneliti TKP yang tampak penuh dengan bercak darah berceceran di lantai dan Wei Qing duduk termenung sendirian di sana.

Seketika itu pula Nyonya He mengira kalau Wei Qing adalah penyebab kematian Ayah dan langsung marah-marah melabraknya. Wei Qing pun cuma diam tanpa menjelaskan apapun, sepertinya karena dia masih sangat shock dan trauma sehingga terlalu sulit baginya untuk mengatakan apapun.

Flashback end.


Zhou Shi penasaran, memangnya bagaimana ayahnya Wei Qing meninggal dunia sampai Nyonya He mengira kalau Wei Qing ada hubungan dengan kematian Ayah?

"Auntie tidak bilang."

"Siapa sangka kalau keluarganya Wei Qing ternyata serumit itu."

"Apa kau menyukai Senior?"

"Ngomong apa kau? Mana mungkin!"

"Senior sebenarnya bukan orang jahat, dia cuma jahat sesekali."

"Aku tahu. Sudahlah, aku akan masak makan malam sekarang."


Qiu Jing baru pulang saat itu. Zhou Shi santai saja mengajaknya untuk membantunya masak... sampai saat dia menyadari sesuatu dalam diri Qiu Jing yang kontan membuatnya membeku.

Gambaran wanita idealnya Ming Cheng persis seperti Qiu Jing, pantas saja tadi dia merasa familier dengan penampilan culunnya. Qiu Jing bingung melihatnya mendadak bengong. Zhou Shi mikir apa sih? Dia mau ganti baju dulu yah.

"Yang disukai Kak Ming Cheng itu... dia?"


Keesokan harinya, Zhou Shi langsung menanyai Ming Cheng tentang orang yang disukainya. Ming Cheng sampai heran mendapat pertanyaan yang sama lagi, apa pertanyaan itu lagi nge-trend belakangan ini? Untuk apa Zhou Shi menanyakannya?

"Aku cuma tanya kok. Kak Ming Cheng kan sudah tidak muda lagi sekarang. Sudah saatnya memikirkan masalah pribadimu."

Tapi Ming Cheng malah balik mengomeli Zhou Shi. Sebaiknya dia menggunakan otaknya itu untuk belajar biar dia lulus ujian bahasa Inggris tingkat 4. Zhou Shi ngotot meminta Ming Cheng untuk menjawabnya.

"Tidak ada."

"Sungguh? 4 tahun kuliah, tidak ada satupun gadis yang kau sukai?"

"Tidak."

Zhou Shi kecewa mendengarnya. Kalau begitu, bagaimana dengan Qiu Jing? Apa pendapat Ming Cheng tentangnya? Mereka berdua kan sama-sama jenius. Mereka pasti sering ngobrol, kan?

"Dibanding dengannya, aku tidak bisa dibilang jenius. Dia jauh lebih pintar dariku. Selain itu, dia jauh lebih open minded daripada aku."

Zhou Shi semakin sedih mendengarnya. Ini pertama kalinya dia melihat Ming Cheng memuji-muji seseorang seperti itu. Lalu, apa Qiu Jing itu bisa dianggap sebagai tipe idealnya Ming Cheng?


"Tipe ideal apaan? Kau mengatakannya seolah ini program kencan saja. Bisa dibilang dia adalah lawan yang ingin kukalahkan."

Zhou Shi mendadak berubah ceria. Jadi Qiu Jing itu cuma lawan? Ming Cheng pasti bisa mengalahkannya. Dia yakin kalau Ming Cheng pasti bisa mengalahkan Qiu Jing suatu hari nanti.

"Kau juga berpikir kalau dia jauh lebih baik daripada aku?"

"Tidak! Di hatiku, kaulah yang terbaik!"


Zhou Shi kembali ke rumah Wei Qing dan memakai dandanan culunnya lagi. Wei Qing menyuruhnya untuk latihan menyatakan cinta, anggap saja dia Ming Cheng. Ayo, mulai.

"Jangan bercanda. Aneh banget."

"Kau mau berhasil atau tidak?"

"Iya sih."

"Bersiap-siaplah lalu mulai."

Oke. Zhou Shi mulai mencoba dengan berbagai versi tapi semuanya dittampik oleh Wei Qing. Yang pertama terlalu imut, yang kedua terlalu lemes, yang ketiga terlalu ganas, nggak ada satu pun yang benar.


Zhou Shi ngambek, dia nggak mau latihan lagi, Wei Qing suka sekali menertawakannya. Baiklah, Wei Qing tidak akan menertawakannya lagi. Ayo latihan lagi. Pokoknya Zhou Shi harus menganggapnya sebagai Kakak Ming Cheng, pakai perasaan.

"Tapi aku tidak bisa melakukannya!"

Eh, tapi tunggu dulu. Zhou Shi tahu kenapa dia tidak bisa melakukannya. Ini karena Wei Qing tidak mirip Ming Cheng. Jadi... bagaimana kalau dia juga dandan kayak Ming Cheng? Pfft! Wei Qing nggak mau! Yah sudah, Zhou Shi juga nggak mau latihan.


Tak lama kemudian, Wei Qing pun turun... dengan dandanan culun ala Ming Cheng yang kontan membuat Zhou ngakak guling guling.

"Apa yang kau ketawain?! Aku melakukan semua ini demi dirimu!"

"Baiklah, baiklah. Makasih. Dandananmu ini... lumayan bagus."

"Sudahlah. Aku sudah mengubah semua penampilanku, kau sudah tidak punya alasan lagi sekarang. Ayo, mulai."

Oke. Zhou Shi mencoba untuk serius. Tapi baru beberapa detik, dia sudah tidak tahan dan langsung ngakak lagi.


Oke, coba lagi. Kali ini dia benar-benar mulai bisa serius dengan membayangkan Wei Qing adalah Ming Cheng.

"Kak Ming Cheng. Aku menyukaimu, aku menyukaimu sejak kita masih kecil. Karenamu, aku berhasil mendapatkan nilai sempurna dalam ujian. Aku sangat bahagia. Kau orang pertama yang ingin kuberitahu, tapi aku malah tenggelam dan kertas ujiannya basah. Itu pertama kalinya aku gagal menyatakan cinta padamu."

Lalu setelah itu, Zhou Shi tidak pernah lagi mendapat nilai 100 dan tidak pernah menyatakan cintanya lagi karena dia takut kalau Ming Cheng akan menganggapnya bodoh. Dia takut mengecewakan Ming Cheng.

Makanya dia terus berusaha mengejar, dengan harapan suatu hari nanti, dia akan bisa menyusul Ming Cheng. Tapi kemudian dia menyadari kalau Ming Cheng semakin lama semakin jauh darinya.

"Aku sudah lelah mengejarmu. Mungkin aku terlalu bodoh. Tapi aku masih menyukaimu. Aku terus berlari seorang diri, berharap suatu hari nanti aku akan bisa mengejarmu dan menepuk bahumu dan berkata, 'Kak Ming Cheng, aku berhasil mengejarmu, bukankah aku hebat?' Dengan begitu, kau akan menyukaiku. Tapi aku benar-benar sudah tidak sanggup barlari lagi. Bisakah kau berhenti? Tunggu aku dan beri aku pelukan."


Mereka berdua benar-benar terbawa perasaan hingga Wei Qing langsung memeluk Zhou Shi dan meyakinkan Zhou Shi kalau dia sudah hebat.

"Akankah kau menyukaiku?"

"Aku menyukaimu."

Zhou Shi bahagia. Wei Qing lalu mendekat untuk menc*umnya... tepat saat Asisten An mendadak muncul dan buru-buru berdehem. Seketika itu pula mereka sadar dan langsung saling menjauh. 

Bersambung ke episode 14

Post a Comment

5 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam